Ada banyak nilai positif kehidupan yang ditularkan para petinggi Kompas di dalamnya atau code of conduct ketat yang harus dilaksanakan setiap karyawan dan pemangku kepentingan di dalamnya.
Mukadimah
Dari jauh saya mendengar dan melihat meski samar-samar, kapal besar yang tengah berlayar di lautan itu tengah terguncang oleh ombak dan badai yang bergulung, datang silih berganti.
Sejauh ini para penumpang di dalamnya masih berusaha tenang meski ada beberapa di antaranya sudah mengenakan pelampung dan mendekati sekoci yang siap diturunkan. Sang Nakhoda juga mampu menyembunyikan kekhawatirannya, meski ia gamang kemana kapal besar itu harus diarahkan secara tepat untuk bisa membawa kapal besar itu sampai tujuan. Di depan sang nakhoda, terbentang kabut tebal penghalang-pandang yang sulit ditembus penglihatan.
Boleh jadi terlalu ekstrem saya membayangkan Harian Kompas, tempat di mana separuh nyawa dan keluarga saya titipkan, sebagai sebuah kapal besar yang sedang oleng. Mungkin tidak demikian, hanya empasan ombak dan badai yang melingkupinya saja yang telah sedemikian mengguncang perjalanannya. Sebagai orang Kompas, meski itu sekadar mantan (bukan pula mantan terindah), saya tetap berdoa, berharap, mendorong, agar kapal besar itu tetap aman menempuh perjalanannya yang penuh gelombang itu.
Saya tidak berpretensi sok tahu. Tak ingin sok tahu menulis tentang keadaan koran yang pernah menyandang sebagai harian terbesar se-Asia Tenggara itu, toh saya bukan orang dalam lagi. Saya sudah di luar, sudah menjadi manusia bebas, tanpa dikangkangi keharusan berkantor setiap hari, turun ke lapangan, mewawancarai banyak narasumber, melobi, dan seterusnya. Sebagai orang yang sudah berada di luar, saya hanya bisa mendengar dan melihat dari kejauhan, tidak tahu persis apa yang sesungguhnya sedang terjadi di dalam.
Namun demikian, saya punya keterikatan batin yang kuat dengan kampus kehidupan bernama Kompas ini. Dari hasil memeras tenaga dan pikiran selama 26 tahun, toh saya masih menikmati uang pensiunan yang dibayar secara rutin setiap bulan, persis seperti para pegawai negeri. Uang pensiunan bulanan itulah yang menjamin dapur tetap ngebul di rumah. Sesekali melancong ke luar jika ada sisa uang dapur.
Saat saya bercerita tentang keadaan Kompas dari dalam (Inside Kompas) tentu saja saya sedang bercerita masa lalu, bernostalgia, bahwa saya pernah bergabung dengan perusahaan koran terbesar di Tanah Air ini. Itu menjadi kebanggaan saya.
Kalaupun saya tidak sedang bernostalgia, barangkali saya sedang beropini, sedang berangan-angan, bagaimana seharusnya Kompas bertindak dan berlaku ke depan, meski sekali lagi, sekadar urun saran.
Saya sedang ingin bercerita tentang hal-hal apa saja yang pernah saya alami. Peristiwa remeh-temeh, yang kebanyakan menyangkut interaksi saya dengan Kompas sebagai lembaga, dengan para pejabat di dalamnya, para kolega, para wartawan, dan para karyawan lainnya. Namun demikian, sebisa mungkin untuk tidak menyebut nama jika persoalannya bernuansa negatif atau sesuatu yang mengusik martabat si empunya nama. Saya akan jaga itu.
Ada banyak nilai-nilai positif kehidupan yang ditularkan oleh para petinggi Kompas di dalamnya atau code of conduct ketat yang harus dilaksanakan setiap karyawan dan pemangku kepentingan di dalamnya. Hal-hal positif yang menjadi penyemangat itulah yang akan saya tulis, hal-hal inspiratif dari kesederhanaan hidup seseorang yang kebetulan pernah bernaung di bawah payung Kompas.
Adapun kalau dalam tulisan ini saya menyinggung orang-orang yang punya karakter negatif -dalam arti di luar akhlak baik secara umum- bukan berarti saya sedang "ngomongin", "ngerumpiin" atau "ngata-ngatain" orang itu. Tidak.
Jika itu terpaksa saya ceritakan, tidak lain dan tidak bukan sebagai cermin kehidupan saja, bahwa hal semacam itu harus dihindari, bukan contoh yang baik, sesuatu yang merugikan diri sendiri, dan seterusnya.
Are you ready, Guys!
(Bersambung)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews