Kalau kita bicara soal keberadaan Tuhan, jadi agak mudah kita memahami bahwa Tuhan bukanlah realitas objektif.
Banyak orang berdebat soal ada tidaknya Tuhan tanpa lebih dulu mendefinisikan keberadaan dan Tuhan. Akibatnya, yang terjadi adalah diskusi yang tidak nyambung. Tapi mungkin mereka memang menikmati hal-hal yang tidak nyambung itu.
Apa itu ada atau keberadaan? Definisi dalam KBBI sungguh sederhana. Kata “ada” menurut KBBI adalah hadir, tesedia di suatu tempat. Dalam bahasa Inggris ada atau existence itu didefinisikan the fact or state of living or having objective reality. Artinya, punya fakta, punya realitas objektif.
Maksudnya bagaimana? Misalnya kalau kita katakan bahwa ada sepiring nasi di meja, maka saya dan Anda bisa melihat adanya nasi tadi. Kita bisa memegangnya, menciumnya, dan memakannya. Kalau hal-hal itu tidak bisa kita lakukan terhadap nasi tadi, maka nasi itu tidak ada.
Baca Juga: Kerumitan Konsep Kehendak Tuhan
Apakah yang ada itu harus selali bisa dideteksi dengan panca indera? Tidak juga. Setidaknya tidak secara langsung. Bakteri dan virus tidak bisa dideteksi dengan panca indera. Kita harus menggunakan alat khusus untuk bisa mendeteksinya. Demikian pula atom-atom.
Apakah sesuatu yang ada itu harus selalu berbentuk materi? Tidak juga. Gelombang elektromagnetik itu bukan materi. Tapi ia ada. Dari mana kita tahu bahwa ia ada? Kita bisa mendeteksinya dengan menggunakan alat. Kita juga bisa membuatnya, dan mengendalikan perilakunya. Dengan kendali terhadap perilaku gelombang elektromagnetik saya bisa menulis artikel ini di internet, dan Anda bisa membacanya.
Jadi, kalau seseorang mengklaim adanya sesuatu, ia harus bisa membuktikannya secara objektif. Bagaimana kalau tidak bisa? Kalau tidak bisa, maka klaim tadi adalah klaim sepihak.
Contohnya, A mengklaim punya uang 5 juta rupiah. Ia harus membuktikannya dalam bentuk fisik uang, catatan di bank, atau uang elektronik. Bila tidak ada bukti objektif apapun, ya kita senyumin aja.
Sama halnya, kalau seseorang mengklaim bahwa di dekat kita ada makhluk tertentu, dia harus membuktikannya. Kalau tidak, ya senyumin aja. Kalau orang mengatakan ada sesuatu yang tidak bisa dideteksi oleh manusia dengan cara apapun, apakah keberdaan itu masih punya makna? Dalam bahasa yang lebih sederhana, kita bisa tanyai dia, kamu kok bisa tahu?
Lalu, bagaimana dengan hal-hal abstrak seperti cinta? Apakah cinta itu ada? Saya bisa katakan bahwa cinta itu bukan realitas objektif. Bahkan seseorang yang mengaku punya cinta sekali pun tidak bisa membuktikan keberadannya kepada dirinya sendiri.
Yang disebut cinta biasanya adalah sekumpulan perasaan yang kompleks, antara rasa memiliki, mengendalikan, keinginan, birahi, dan banyak lagi komponen lain.
Kalau mau didefinisikan dalam konteks neuroscience, cinta adalah sesuatu yang dihasilkan dari keberadaan sejumlah hormon dalam darah, aktivitas di bagian tertentu pada otak manusia. Bila dilihat dengan cara itu barulah cinta bisa disebut realitas objektif.
Ada banyak jenis realitas yang tidak objektif ini, sebagaimana dibahas panjang lebar oleh Yuval Noah Harari dalam buku Sapiens. Keadilan, misalnya, adalah realitas yang diciptakan manusia, menggerakkan manusia dalam jumlah besar. Tapi realitas obektifnya tidak ada.
Sesuatu bisa saja dianggap ada dalam realitas tertentu yang tidak objektif. Misalnya, sekolah Hoghwart itu ada, dalam realitas cerita Harry Potter. Demikian pula dengan Cinderella. Kalau Anda pergi ke Disneyland, Anda bisa bertemu dengan Cinderella beserta istananya.
Nah, nanti kalau kita bicara soal keberadaan Tuhan, jadi agak mudah kita memahami bahwa Tuhan bukanlah realitas objektif.
(Bersambung)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews