Tuhan Milik Siapa?

Manusia hanya bisa meraba, menduga dan membuat prakiraan tetapi tidak akan pernah bisa menebak apa yang dipikirkan Tuhan.

Jumat, 24 Mei 2019 | 22:24 WIB
0
504
Tuhan Milik Siapa?
Ilustrasi agama (Foto: Tribunnews.com)

Orang kaya berdoa agar kekayaannya terus awet maka ia perlu berdoa dan melakukan pendekatan Tuhan dengan berderma dan rutin berkunjung ke tempat- tempat suci untuk sujud syukur agar hartanya tetap berlimpah dan hidupnya bergelimang rejeki. Ia membangun tempat ibadat, membangun tempat pendidikan, selalu berderma atas segala kelimpahan hidupnya.

Salah satu alasan berderma agar kekayaannya tidak menguap dan ia selalu bahagia. Kaya raya dan nanti mati masuk surga.

Orang miskin berdoa agar terlepas dari dari segala penderitaan dan dijauhkan dari kesialan- kesialan hidupnya. Ia memohon dengan tekun agar kemiskinannya segera berakhir, menjadi orang kaya agar iapun bisa berderma dan menjadi penyandang dana untuk membiayai orang- orang miskin seperti dirinya. Yang miskin masih bermimpi dan selalu berharap.

Bertahun- tahun berdoa tetapi ia merasa Tuhan diam tidak menolongnya, tidak mengubah rejekinya, tidak mengubah apapun dan tetap miskin, lama- lama ia bosan dan tidak berdoa lagi karena merasa Tuhan tidak menolongnya.

Ada orang miskin kedua yang menyerahkan kehidupannya pada garis nasib, tetapi ia tetap bekerja keras. tidak tergantung pada doa, ia anggap doanya adalah bekerja sesuai dengan kemampuannya. Ia bahagia atas apa yang bisa ia nikmati hari ini. Ia tidak ingin menggugat siapapun atas kemiskinannya, ia bahagia masih bisa tertawa dan bercanda meskipun iapun harus selalu sigap mencari rejeki seberapapun yang ia peroleh.

Ia tidak peduli apakah ia masuk surga, atau neraka bila mati, ia hanya menjalani kehidupan, seperti air mengalir.Miskin itu pikiran bukan jiwa. Ia sudah kaya jiwanya bila Tuhan memberi kekayaan ya rejeki baginya tetapi jika Tuhan menggariskan miskin ia tetap beryukur sebab Tuhan tahu batas kemampuan manusia seperti dirinya.

Tuhan dan Kekisruhan Politik

Akhir- Akhir ini mungkin Tuhan sangat sibuk memenuhi permintaan manusia. Apalagi di zaman media sosial, Nama Tuhan bisa menjadi viral, sering dibicarakan dan dimanfaatkan. Setiap menghujat atau nyimyir manusia juga menyebut Tuhan. Saat berjuang karena kalah dalam pemilu mereka selalu menyebut Tuhan.

Sambil melempar batu, mengumpat kasar dan didoping oleh narkoba dan minuman keras, aparat dihina- hina, fasilitas umum di rusak, warung- warung dijarah dan masih sempat menyebut Tuhan dalam setiap aksinya. Tuhan  ternyata ada di mana - mana. Mulut dengan enteng menyebut Tuhan dengan kebesarannya tetapi jiwanya diliputi kebencian dan dendam membara.

Orang politik memanfaatkan agama untuk meyakinkan pemilihnya bahwa ia direstui Tuhan, ia dilindungi Tuhan sehingga tidak mungkin kalah. Apakah karena dekat dengan Tuhan ia bisa terus menang. Dan Apakah manusia tahu pikiran Tuhan sehingga  bisa digiring untuk mendukung perjuangannya meraih kekuasaan.  Banyak orang semakin aneh menyeret- nyeret Tuhan untuk hasrat kekuasaanya yang besar.

Tuhan dibawa dalam unjuk demonstrasi, dengan identitas kental, berteriak sambil melempar bom Molotov mengutuk aparat yang cenderung tidak membela mereka. Mereka berteriak agar pemimpinnya dimenangkan karena bagaimana mungkin kalah karena mereka didukung ulama- didukung ahli agama yang selalu berdoa siang dan amlam. Bukankah Tuhan lebih sayang pada orang yang khusuk berdoa.

Sebenarnya Tuhan milik siapa? Perusuh yang rajin berdoa? Menjarah sambil meneriakkan kebesaran nama Tuhan? Atau yang pasrah menerima kehidupan dengan mensyukuri apapun yang diberikan. Banyak manusia sekarang yang dipenuhi hasrat kekuasaan, syahwat politik memelintir ajaran agama untuk kepentingan kelompok atau golongannya saja.

Ada yang fanatik bahwa Tuhan akan selalu membela mereka yang tidak henti- hentinya berdoa. Ya, Tuhan adalah milik semua manusia  orang baik,  miskin,   kaya,  yang beruntung dan pada mereka yang selalu sial hidupnya. Tuhan pun milik penjahat, milik koruptor, presiden dan yang selalu gagal menjadi presiden.

Tuhan selalu diseret seret dalam setiap kali manusia masuk dalam polemik dan kekisruhan. Baru baru ini masih segar dalam ingatan ketika Indonesia selesai menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg nuansa identitas agama teramat kental. Tuhan diseret- seret dalam setiap kali kontes perdebatan. Semua merasa paling suci, paling dekat dengan Tuhan.

Baju baju agama menjadi begitu laris manis membalut politisi. Drama ekspresi manusia menjadi pemandangan biasa luar biasa. Apakah sebentuk kemunafikan atau karena keterbatasan manusialah yang membuat mereka tidak tahu sedang memanfaatkan Tuhan untuk membungkus dirinya agar mendapat simpatik dan pembelaan. Lalu siapa yang dibela dan restui Tuhan.

Misteri Tuhan Sang Pemilik Jagad Raya

Itu misteri hanya Tuhan yang tahu, tetapi nafsu dosa manusialah yang selalu berharap dirinya dan kelompoknyalah yang paling dibela Tuhan, Penjahat? Tidak mungkin dibela Tuhan. Koruptor ke laut saja, orang miskin ya sudah pasrah saja sudah nasib. Tuhan bingung siapa yang mau dibela? Hahaha Tuhan tidak mungkin bingung karena Dia – lah menciptakan dunia ini.

Skenario apapun, rencana apapun tentang dunia Tuhan yang paling tahu. Manusia hanya bisa meraba, menduga dan membuat prakiraan tetapi tidak akan pernah bisa menebak apa yang dipikirkan Tuhan. Siapa tahu penjahat lebih layak dibela, siapa tahu yang kalah bisa memetik pelajaran dari kekalahan. Yang menang harus selalu waspada untuk tidak jumawa dan selau ingat bahwa kuasanya bisa dicabut sewaktu- waktu.

Bagaimana yang mengatasnamakan Tuhan padahal lakunya hanya untuk menjarah dan membuat rusuh, Tuhan pasti mempunyai rencana untuk mereka. Anggaplah ini sebuah peristiwa yang akan menjadi pelajaran bangsa ini agar lebih dewasa dalam mengelola negara. Penjahat, preman, ulama. Pastur, guru, pengemis, orang tajir mempunyai hak sama untuk dicintai Tuhan.

Tuhan adalah milik semua. Dan alangkah lebih baik jika setiap manusia selalu bersyukur atas hidupnya atas garis kehidupan yang dijalaninya sambil tetap berusaha keras menjadi lebih baik dan belajar dari kesalahan.

Mengenai siapakah yang lebih dibela Tuhan ketika muncul kemelut pemilu saat ini. Tanya diri sendiri saja, sudahkah doa- doa anda lebih didengar daripada orang- orang yang memprovokasi negara sehingga menjadi rusuh. Pada saatnya nanti anda tahu siapakah yang lebih dibela Tuhan. Saya sendiri berharap Tuhan selalu hadir mendengarkan doa- doa saya.

Saya hanya berdoa agar negara tentram dan damai, setiap warga negara mau bahu membahu bekerja untuk kejayaan bangsa. Masalah beda pilihan politik itu adalah dinamika kehidupan tidak perlu dibawa sampai menimbulkan konflik dan perang antar saudara. Salam Damai.

***