Najwa Shihab; Membacalah, Niscaya Negerimu Kuat!

Membaca buku juga mencegah pikun, karena ada banyak syaraf yang bekerja saat membaca. Dan, bagi umat Islam, membaca itu adalah ibadah, menjalankan perintah pertama dari Tuhan.

Senin, 17 Juni 2019 | 06:29 WIB
0
472
Najwa Shihab; Membacalah, Niscaya Negerimu Kuat!
Najwa Shihab (Foto: Facebook/Yus Husni Thamrin)

Jika patuh pada perintah Tuhan, seyogianya umat Islam memiliki semangat untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan melalui budaya membaca yang sudah diperintahkan secara tegas oleh Tuhan. Namun, rasanya harapan itu masih jauh dari realitas.

Menilik hasil survei badan PBB, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), dari 61 negara yang disurvei, masyarakat Indonesia yang adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, minat bacanya terendah kedua di dunia, setelah Botswana, sebuah negara di tengah negara Afrika Selatan.

Kondisi itulah yang membuat tuan rumah acara ‘Mata Najwa’, Najwa Shihab begitu antusias mengampanyekan budaya literasi kepada masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Nana pun ditunjuk oleh Perpustakaan Nasional sebagai Duta Baca Indonesia, melanjutkan estafet dari seniornya, Andy F. Noya.

Najwa mengaku sangat prihatin dengan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Ia mengungkapkan, rata-rata orang Eropa membaca 25 judul buku dalam setahun, orang Singapura 17 buku setahun. Orang Indonesia? Banyak yang tidak membaca satu buku pun selama hidupnya (tapi kalo berdebat soal politik dan agama.... dah kagak ada lawan).

Dalam hal lain, Indonesia adalah negara dengan pengguna internet terbanyak ke-6 di dunia, sekaligus sebagai negara dengan jumlah pemilik akun media sosial tertinggi di dunia. Tapi lagi-lagi terjadi anomali. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan internet bukan untuk membaca, belajar, riset, atau bekerja. Melainkan untuk berekreasi, bersosial-media atau aktivitas senang-senang lainnya. 

Lebih buruk lagi, kalaupun mereka mau membaca, maka objek bacaannya yang bersifat sensasional. Tak peduli yang dibacanya itu bernilai atau tidak, informasinya benar atau bukan, dan seterusnya. Karenanya, tak heran jika hoax atau informasi palsu yang sensasional dan kontroversial sangat mudah diterima, diteruskan, dan berseliweran memenuhi ruang jemala masyarakat. 

Baca Juga: Rumor Panas Seputar Najwa Shihab dan AHY, Gara-gara PAN Plin Plan?

Menurut Nana, gejala tersebut sebetulnya bisa dengan mudah dicegah, jika masyarakat mempunyai minat dan kesadaran akan pentinya membaca. Selain akan dengan mudah mengenali berita hoax, membaca pun dapat menumbuhkan kemampuan dalam menganalisis informasi atau berita.

“Harus menjadi pembaca yang bisa memahami. Itu berita palsu, ini bukan. Iitu harus dilatih, sama halnya dengan olahraga. Membaca memahami makna, menghubungkan satu ide dengan ide lainnya, mencari hubungan kausalitas di antara variabel satu dengan variabel lainnya, kemampuan menganalisis didapat dari banyak membaca,” jelas Najwa Shihab.

Ia menambahkan, beberapa kendala yang menyebabkan minimnya minat baca masyarakat Indonesia, bukan semata karena masyarakatnya yang enggan, namun juga karena fasilitas dan akses yang bisa dimanfaatkan juga masih sangat terbatas. Problem di daerah pelosok juga berbeda-beda, terutama soal infrastruktur yang masih tidak mendukung, yang akhirnya akses bagi masuknya buku-buku ke daerah juga jadi terbatas. 

Najwa yang juga putri dari ulama termasyhur nan sejuk, Quraish Shihab, mengaku senang ketika Presiden Jokowi memperhatikan soal akses buku bagi masyarakat di daerah terpencil. Di depan para pegiat literasi yang diundang ke Istana, Presiden Jokowi memberikan maklumat untuk menggratiskan distribusi buku pada satu hari di setiap bulan melalui kantor pos. 

“Excited sekali. Setiap kali ke daerah, bertemu dan melihat para pegiat literasi, perpustakaan. Mereka selalu bersemangat. Tapi bagaimana kemudian semangat itu bisa terus berlanjut? Seperti di Sumatera Barat, buku diantar ke keluarga, satu keluarga dipinjami empat sampai lima buku selama dua minggu. Dalam perjalanannya belum dua minggu mereka sudah minta buku lagi. Jadi saya percaya, begitu orang kenal dan dikasih buku, mereka akan mau membaca dan mulai mencari (bacaan lain). Karena problemnya, bagaimana kita memberikan akses, terutama ke orang-orang yang di pelosok,” paparnya.

Najwa Shihab menyayangkan sikap masyarakat di kota-kota besar, di mana akses terhadap buku yang sudah begitu besar dan mudah, justru tidak mendorong semangat untuk menggali ilmu melalui buku bacaan, selalu saja kalah oleh gadget. 

Maka, bersama Perpustakaan Nasional, ia merancang aplikasi smartphone yang bernama iPusnas. Hal itu sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Konten dari iPusnas tersebut cukup bervariasi, yaitu buku-buku yang disesuaikan dengan berbagai tingkatan usia pembacanya. iPusnas platform dipublish dengan memanfaatkan trend di masyarakat, yaitu penggunaan gadget. 

Ia menyimpulkan, poin utama dalam meningkatkan minat masyarakat berliterasi adalah kemudahan. Di daerah problemnya terkait pengiriman buku, sedangkan di perkotaan masyarakatnya sudah dijamah internet. Menurut Najwa, pada dasarnya semua anak memiliki naluri untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Jadi, harus ada perubahan cara pandang, bahwa ‘perpustakaan’ itu bukan lagi kata benda, melainkan ‘kata kerja’. 

“Kita yang harus mendatangi, kita yang harus memberikan kemudahan bagi mereka. Tugas saya berkeliling ke daerah-daerah, kampus, sekolah, komunitas-komunitas, dan menjadi penghubung dengan pemerintah. Intinya mengajak orang untuk membaca buku, entah itu cetak atau elektronik,” jelasnya.

Selain menjadi Duta Baca Nasional, perempuan kelahiran Makassar 16 September 1977 ini juga didapuk menjadi Duta Pustaka Bergerak. Yakni gerakan sukarela meningkatkan minat baca dengan dukungan orang-orang yang sangat mencintai buku. Bersama Pustaka Bergerak, Najwa mengaku optimistis karena di luar sana masih banyak orang yang peduli akan pentingnya sebuah buku. 

Dari kegiatannya itu, muncul banyak kisah menyentuh terkait dengan buku. Misalnya, ada seorang mantan petinju di Papua yang rela memanggul nokennya yang berisi buku-buku dengan menyusuri pegunungan agar masyarakat Papua di pelosok bisa membaca buku.

Ada pula komunitas di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang memiliki perahu pustaka yang berlayar dari pulau ke pulau dengan tujuan membawa buku untuk dibaca masyarakat di pulau-pulau yang disinggahinya.

Kisah lain adalah tentang Yudi, seorang pria dari desa di Wonogiri yang berjualan burger dan telor ceplok ke pelosok desa sembari meminjamkan buku bacaan untuk anak-anak. Ada juga Sugeng yang dengan sepeda motor jadulnya menyusuri jalan berbukit di Lampung untuk mengantarkan buku-buku ke desa-desa. Siapa sangka inisiatif mereka semua mendapat perhatian khusus dari orang nomor satu di negeri ini, Presiden Jokowi?

Pada bulan Mei 2017 lalu, mereka memenuhi undangan Presiden ke Istana Negara. Ini membuktikan bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Dukungan dari Kepala Negara yang sangat berarti, pun mereka dapatkan.

Ia menekankan bahwa tantangan untuk meningkatkan minat baca itu bisa menjadi gerakan, bukan jadi program. Kalau program, seolah-olah dari pemerintah, kalau gerakan semua orang terlibat, dan harus turut melakukan. Semakin banyak orang yang menjadi duta baca, semakin banyak orang yang memperkenalkan buku, semakin banyak orang yang terlibat dalam penyebaran buku. Pada akhirnya minat baca masyarakat Indonesia akan meningkat. 

“Teman-teman di perpustakaan bergerak, teman-teman aktifis literasi, kita punya hashtag lawan data UNESCO yang menyebutkan, hanya 1 dari 10 anak Indonesia yang membaca. Bukan data UNESCO itu salah, tapi kita harus buktikan bahwa apa yang mereka kemukakan itu (menjadi) tidak benar,” gegap Najwa penuh optimisme. 

Terakhir, Najwa mengimbau bahwa membaca buku memberikan banyak manfaat bagi kesehatan jiwa. Membaca buku membuat hidup lebih bahagia, berkualitas, dan jauh dari stres. Membaca buku juga mencegah pikun, karena ada banyak syaraf yang bekerja saat membaca. Dan, bagi umat Islam, membaca itu adalah ibadah, menjalankan perintah pertama dari Tuhan.

Membacalah!

***