Di sebuah kerajaan yang makmur dan damai, sang Raja memutuskan untuk mencari pegawai baru yang akan membantu menjalankan tugas pemerintahan. Untuk itu, diadakanlah proses seleksi yang panjang dan penuh tantangan. Setiap rakyat yang ingin berbakti, mulai dari petani hingga pendekar, turut berpartisipasi. Mereka semua melalui serangkaian tes dari uji kecerdasan hingga ujian ketangguhan.
Setelah melewati banyak tahapan, akhirnya tibalah hari pengumuman. Para peserta berkumpul di alun-alun kerajaan dengan penuh harap. Namun, kejutan besar terjadi. Pengumuman yang seharusnya mengakhiri penantian justru membuat semua orang terdiam: hasil seleksi itu dianulir!
Pak Bijak, seorang petani tua yang dihormati di negeri itu, duduk di bawah pohon ek tua di pinggir jalan, merenung. “Kenapa hasilnya bisa dibatalkan? Bukannya sudah ada yang lulus?” gumamnya sambil memandang sawah yang menghijau di sekelilingnya.
Di pasar kerajaan, kabar itu menyebar dengan cepat. Para peri, kurcaci, dan rakyat lainnya mulai membahasnya. Ada yang mengatakan bahwa keputusan ini tepat karena ada kecurangan, sementara yang lain curiga bahwa ada permainan politik di balik pembatalan ini. Nenek Penjual Bunga, yang setiap hari menjajakan bunga mawar di alun-alun, tampak khawatir. “Kalau begini terus, kapan negeri kita bisa terus damai? Yang ada malah ribut terus,” ujarnya sambil merapikan kelopak mawar di keranjangnya.
Di istana, suasananya makin memanas. Para calon pegawai yang sudah merasa lolos kini kecewa, merasa harapan mereka diambil begitu saja. Di sisi lain, mereka yang tadinya gagal mulai kembali berharap. Raja pun bingung di satu sisi, ia ingin menjaga ketenangan rakyatnya, namun di sisi lain, ia juga harus memastikan bahwa proses seleksi berjalan dengan adil.
Hari-hari berlalu, namun situasi bukannya mereda, malah semakin rumit. Negeri yang dulunya damai kini terpecah. Sebagian mendukung pembatalan sebagai langkah untuk memperbaiki keadilan. Namun, ada juga yang kecewa, menganggap keputusan itu penuh dengan kejanggalan. Akibatnya, rencana pembangunan negeri tertunda. Jalan-jalan di sekitar kerajaan yang seharusnya diperbaiki tak kunjung dikerjakan, pelayanan untuk rakyat melambat, dan suasana persaudaraan yang dulu hangat mulai pudar.
“Kita ini kerajaan kecil, tapi kok masalahnya sebesar ini,” gumam Pak Bijak sambil tersenyum pahit.
Di tengah situasi yang kacau, beberapa pihak mulai memanfaatkan keadaan. Mereka berbisik di telinga rakyat, mengadu domba dan memanaskan suasana. Alih-alih mencari solusi, situasi malah makin keruh. Kerajaan yang dulunya harmonis kini dirundung kecurigaan dan perpecahan.
Pada akhirnya, keputusan untuk menganulir hasil seleksi yang diharapkan bisa membawa keadilan justru menciptakan masalah baru. Rakyat yang dulunya hidup rukun kini saling menuding, pembangunan terhenti, dan kepercayaan kepada Raja dan pemerintahannya perlahan-lahan memudar.
Pak Bijak hanya bisa menghela napas panjang. “Membangun negeri bukan hanya soal siapa yang terpilih, tapi bagaimana kita tetap rukun dan berjalan maju bersama,” katanya dengan suara lembut.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews