Ageusia

Ternyata kalo dia kolaps tidak berfungsi bisa membawa dampak yang luar biasa bagi kelangsungan hidup seseorang.

Selasa, 3 Agustus 2021 | 09:53 WIB
0
109
Ageusia
Lisag untuk merasakan (Foto: Kompas.com)

Selama ini kita menganggap indra pengecapan biasa-biasa saja, take it for granted (sudah semestinya begitu). Makan gula ya pasti manis, makan garam ya pasti asin, makan sirsak ya pasti asam.

Sampai kita terpapar covid-19, kita baru mendusin betapa pentingnya indra pengecapan ini. Salah satu gejala yang cukup menonjol dari covid-19 ini adalah "ageusia" (hilangnya indra pengecapan) bersama-sama juga dengan "anosmia" (hilangnya indra penciuman).

Orang yang belum merasakan ageusia ini, selalu memberi encouragement kepada mereka yang mengalaminya "gak apa-apa hilang indra pengecapan, tetaplah paksakan diri untuk makan. Karena kalo kita tidak makan, imun tubuh tambah turun dan penyakit akan lebih parah".

Ini nasehat yang baik. Tapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Indra pengecapan ini bukan cuma sekedar hilang, namun semua makanan berubah menjadi aneh rasanya. Tidak ada kekecualian. Lidah kita mengalami error total mengenali taste (rasa). Semua makanan terasa seperti dedak (sekam).

Anda bayangkan disuruh makan dedak, betapa pun kuat will power Anda, pasti sesuap pun tidak akan tertelan. Juga nasi yang biasanya enak di lidah, kini terasa keras dan terasa spt makan beras mentah.

Yang lebih aneh lagi, makan sambal yang biasanya memberi "penyemangat" nafsu makan kita, kini menjadi penyiksa di mulut. Dia menjadi 3 kali lebih pedas dari normalnya. Dan rasanya seperti membakar lidah kita, bukan pedas yang nikmat. Pokoknya lidah kita mengalami malfungsi yang parah sekali.

Itulah yang saya alami 5 hari pertama mengalami ageusia. Praktis tidak makan sama sekali. Bukan kehilangan semangat juang, tapi memang tidak sanggup menelan sesuap makanan pun. Dan inilah keluhan teman-teman seruangan yang dirawat karena covid-19.

Tidak ada nafsu makan dan banyak juga yang mual dan muntah. Jadi makanan yang sudah dengan susah payah ditelan, akhirnya keluar lagi.

Sampai betapa lama ageusia ini berlangsung? Ada yang memberi testimoni bahkan setelah dinyatakan PCR negatif, sekitar 2 minggu dia masih ageusia. Saya merasa "beruntung" indra pengecapan yang hilang ini hanya berlangsung kira-kira 5 hari.

Selanjutnya saya sudah mulai normal mengecap makanan, meskipun sampai sekarang masih makan bubur karena makan nasi biasa belum sanggup sebab terasa keras dan seret di kerongkongan.

Bagaimana dengan anosmia (hilangnya indra penciuman) yang juga menyertai gejala covid-19?

Saya tidak merasakannya. Mungkin ada juga sedikit anosmia, karena waktu kita makan, indra pengecapan dan indra penciuman bersinergi membuat kita berselera untuk makan. Ya, dua indra karunia Tuhan ini selama ini kita abaikan dan sepelekan.

Ternyata kalo dia kolaps tidak berfungsi bisa membawa dampak yang luar biasa bagi kelangsungan hidup seseorang.

Saya mendengar cerita ada seorang penyintas covid yang sampai turun berat badannya 25 kg. Tapi biarpun turun drastis berat badannya dia merasa bersyukur kpd Tuhan karena masih diberi kesembuhan dan kesempatan melanjutkan hidup.

***