Ternyata kalo dia kolaps tidak berfungsi bisa membawa dampak yang luar biasa bagi kelangsungan hidup seseorang.
Selama ini kita menganggap indra pengecapan biasa-biasa saja, take it for granted (sudah semestinya begitu). Makan gula ya pasti manis, makan garam ya pasti asin, makan sirsak ya pasti asam.
Sampai kita terpapar covid-19, kita baru mendusin betapa pentingnya indra pengecapan ini. Salah satu gejala yang cukup menonjol dari covid-19 ini adalah "ageusia" (hilangnya indra pengecapan) bersama-sama juga dengan "anosmia" (hilangnya indra penciuman).
Orang yang belum merasakan ageusia ini, selalu memberi encouragement kepada mereka yang mengalaminya "gak apa-apa hilang indra pengecapan, tetaplah paksakan diri untuk makan. Karena kalo kita tidak makan, imun tubuh tambah turun dan penyakit akan lebih parah".
Ini nasehat yang baik. Tapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Indra pengecapan ini bukan cuma sekedar hilang, namun semua makanan berubah menjadi aneh rasanya. Tidak ada kekecualian. Lidah kita mengalami error total mengenali taste (rasa). Semua makanan terasa seperti dedak (sekam).
Anda bayangkan disuruh makan dedak, betapa pun kuat will power Anda, pasti sesuap pun tidak akan tertelan. Juga nasi yang biasanya enak di lidah, kini terasa keras dan terasa spt makan beras mentah.
Yang lebih aneh lagi, makan sambal yang biasanya memberi "penyemangat" nafsu makan kita, kini menjadi penyiksa di mulut. Dia menjadi 3 kali lebih pedas dari normalnya. Dan rasanya seperti membakar lidah kita, bukan pedas yang nikmat. Pokoknya lidah kita mengalami malfungsi yang parah sekali.
Itulah yang saya alami 5 hari pertama mengalami ageusia. Praktis tidak makan sama sekali. Bukan kehilangan semangat juang, tapi memang tidak sanggup menelan sesuap makanan pun. Dan inilah keluhan teman-teman seruangan yang dirawat karena covid-19.
Tidak ada nafsu makan dan banyak juga yang mual dan muntah. Jadi makanan yang sudah dengan susah payah ditelan, akhirnya keluar lagi.
Sampai betapa lama ageusia ini berlangsung? Ada yang memberi testimoni bahkan setelah dinyatakan PCR negatif, sekitar 2 minggu dia masih ageusia. Saya merasa "beruntung" indra pengecapan yang hilang ini hanya berlangsung kira-kira 5 hari.
Selanjutnya saya sudah mulai normal mengecap makanan, meskipun sampai sekarang masih makan bubur karena makan nasi biasa belum sanggup sebab terasa keras dan seret di kerongkongan.
Bagaimana dengan anosmia (hilangnya indra penciuman) yang juga menyertai gejala covid-19?
Saya tidak merasakannya. Mungkin ada juga sedikit anosmia, karena waktu kita makan, indra pengecapan dan indra penciuman bersinergi membuat kita berselera untuk makan. Ya, dua indra karunia Tuhan ini selama ini kita abaikan dan sepelekan.
Ternyata kalo dia kolaps tidak berfungsi bisa membawa dampak yang luar biasa bagi kelangsungan hidup seseorang.
Saya mendengar cerita ada seorang penyintas covid yang sampai turun berat badannya 25 kg. Tapi biarpun turun drastis berat badannya dia merasa bersyukur kpd Tuhan karena masih diberi kesembuhan dan kesempatan melanjutkan hidup.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews