Mewaspadai Hoax dan Infodemi Covid-19

Jangan mudah mempercayai suatu berita dan cek kebenarannya. Karena bisa jadi itu berita palsu, memakai foto lama, atau judulnya hasil editan.

Senin, 20 Juli 2020 | 23:10 WIB
0
154
Mewaspadai Hoax dan Infodemi Covid-19
Ilustrasi hoax pandemi (Foto: suara.com)

Pandemi covid-19 masih melanda Indonesia dan sayangnya di tengah ketidakpastian ini, muncul hoax di kalangan masyarakat. Infodemi tentang corona membuat mereka kadang bingung membedakan antara berita asli dengan hoax. Masyarakat harus waspada dan wajib memeriksa dulu, jangan membaca berita mentah-mentah. 

Kita sudah hidup di era keterbukaan dan bisa mengakses internet kapan saja melalui gawai. Sayangnya kebebasan yang kebablasan itu bisa membuat masyarakat terjeblos dalam infodemi, yakni kondisi ketika derasnya arus informasi yang kadang malah membingungkan. Tiap hari ada berita baru tentang corona dan sayangnya tidak semua itu benar.

Mengapa sampai ada infodemi? Penyebabnya karena akses ke dunia maya makin mudah dan harga kuota internet juga cukup terjangkau. Informasi tentang corona berloncatan dari gawai, bahkan tercatat sejak awal pandemi, sudah ada 100 juta status atau tweet tentang corona. Hal ini membuktikan bahwa pandemi covid-19 ini menjadi perhatian banyak orang..

Jika dulu informasi hanya bisa dilihat lewat media cetak atau televisi, maka sekarang dengan mudahnya bisa kita lihat melalui media online. Perubahan informasi dari media cetak ke online membuat terbatasnya waktu atau bahkan tidak adanya proses pengeditan berita. Sayangnya semua orang bisa menulis di internet. Jadi tidak semua berita itu benar alias hoax.

Bahkan sekarang infodemi dianggap sama berbahayanya seperti pandemi. Karena sebuah informasi yang salah ketika diulang-ulang akan dianggap sebagai kebenaran. Sebagai contoh adalah isu bahwa corona menular melalui buah, dan pedagang buah jadi kena imbasnya. Mereka jadi rugi karena kena fitnah dari infodemi ini.

Pada awalnya berita yang tidak benar alias hoax muncul di era informasi dan masyarakat kadang mempercayainya karena judul beritanya yang kadang menghebohkan, padahal istilahnya menyesatkan. Mengapa sampai ada hoax yang menyesatkan? Karena bisa dimanfaatkan oleh segelintir oknum yang menginginkan keuntungan tertentu dan memancing di air keruh.

Sebagai contoh hoax tentang vitamin C bisa jadi obat corona. Orang memborong kapsul dan tablet vitamin C hingga hilang di pasaran. Jika ada maka harganya jadi sangat mahal. Bisa jadi, hoax tentang vitamin ini dihembuskan oleh oknum yang ingin jualannya laku keras. Vitamin C memang baik untuk menjaga imunitas tapi bukan jadi obat corona.

Ada pula hoax tentang tanaman herbal seperti jahe dan serai yang bisa menangkal virus covid-19. Nasib mereka sama, harganya jadi melonjak drastis. Pemilik katering dan para ibu rumah tangga bingung karena mereka tidak bisa masak menggunakan jahe dan serai karena tidak ada stoknya. Hoax ini menguntungkan satu pihak tapi merugikan yang lain.

Untuk mengatasi infodemi dan menangkal hoax, maka jangan mudah percaya ketika ada berita tentang corona. Periksa dulu siapa yang menulis. Jika nama medianya bonafid dan ada versi cetaknya, maka bisa dipercaya. Namun jika berita tentang covid-19 ditulis oleh koran online abal-abal, jangan dibaca dan jauhkan gawai dari jangkauan Anda.

Ciri hoax yang lain adalah berita yang umumnya tersebar lewat grup WA. Kita tidak tahu siapa penulis aslinya dan ada embel-embel ‘sebarkan’ atau ‘sangat penting, wajib baca’. Bisa dipastikan itu hanya hoax. Periksa dulu di situs pengecek berita hoax dan jangan buru-buru di copy-paste ke grup WA lain atau media sosial Anda.

Infodemi dan hoax di tengah pandemi covid-19 sangat berbahaya karena masyarakat jadi termakan suatu berita, padahal palsu. Jangan mudah mempercayai suatu berita dan cek kebenarannya. Karena bisa jadi itu berita palsu, memakai foto lama, atau judulnya hasil editan.

***