Usia boleh tua atau udzur berkepala delapan. Tapi jangan tanya soal dorongan syahwat, karena masih menyala dan membara. Tetapi akibat syahwat yang menyala dan membara malah berakhir dengan penyesalan dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Terjadi kasus pembunuhan yang dilakukan oleh suaminya sendiri, yaitu Haji A Soto (80) kepada istrinya Hj Isa (60).
Peristiwa ini terjadi di Desa Abbumpungeng, Kecamatan Cina, Bone,Sulawesi Selatan, Minggu (4/11/18) waktu Subuh.
Kasus pembunuhan itu dipicu urusan sepele, yaitu Hj Isa (istri) menolak atau tidak mau diajak untuk bercinta atau indehoi oleh suaminya Haji A Soto. Inilah kalau nafsu sudah di ubun-ubun yang tidak tersalurkan bisa menjadi agresif dan beringas. Padahal mereka berdua (suami/istri) baru dua bulan rujuk.
Sebenarnya banyak kasus-kasus kekerasan yang berakhir dengan pembunuhan yang dipicu atau dilatarbelakangi oleh urusan syahwat yang tidak terkendali. Dan yang jadi korban adalah pihak wanita atau istri. Bahkan kasus semacam ini malah sering terjadi pada pasangan remaja atau yang sudah berkeluarga.
Malah kasus-kasus pembunuhan itu terjadi setelah mereka bercinta atau indehoi, atau mendapatkan kenikmatan surgawi. Dan biasanya kekerasan yang berakhir pembunuhan itu terjadi karena tersinggung karena ucapan atau perkataan yang dianggap melecehkan kejantanannya atau minta bercinta kembali tetapi ditolaknya.
Kasus diatas menarik cukup menarik, karena di usia yang termasuk uzdur 80 tahun tapi syahwat masih tinggi dan membara.
Lelaki secara seksualiatas dipengaruhi hormon testoteron dan semakin usia bertambah produksi hormon tersebut juga mulai berkurang. Akan tetapi kejantanan lelaki masih tetap normal sebelum masuk keliang lahat.
Ini berbeda dengan wanita yang di pengaruhi oleh hormon estrogen, hormon ini juga mulai berkurang ketika memasuki masa menopause atau berhentinya masa menstruasi.
Bagi wanita ketika usia makin bertambah dan sudah menopause keinginan untuk bercinta juga mulai berkurang. Dan kebutuhan biologis tidak lagi menjadi hal yang utama. Sedangkan lelaki untuk urusan bercinta tidak ada masa menopause seperti yang dialami oleh kaum wanita. Bagi wanita memasuki masa menopause saja harus perlu persiapan psikologis tersendiri.
Kenapa laki-laki ketika libido atau birahi lagi tinggi sering berubah menjadi agresif atau beringas seakan tidak terkendali kalau tidak tersalurkan?
Ini mirip dalam dunia binatang khususnya binatang berkaki empat atau burung. Binatang seperti Gajah kalau sudah memasuki masa kawin atau birahi akan berubah menjadi agresif dan beringas, tidak jarang pawangnya mati karena jadi korban Gajah yang mengamuk karena lagi birahi. Begitu juga dalam burung, ketika memasuki masa kawin atau birahi akan menjadi agresif yang kadang burung betina bisa mati akibat diserang oleh burung jantan yang lagi birahi.
Hanya bedanya, manusia atau laki-laki punya akal untuk bisa berfikir dan tidak seperti binatang atau hewan yang hanya mengandalkan insting atau naluri. Parahnya, banyak lelaki ketika lagi birahi mengandalkan instingnya atau nalurinya untuk mengejar kenikmatan surgawi. Akal pikirannya hanya tertuju pada barang yang dijepit diantara dua paha atau selangkangan saja.
Sebenarnya laki-laki dalam urusan ranjang atau seksualitas hanya menang nafsu yang membara saja. Kalau dilayani beneran paling satu atau dua gebrakan sudah terkapar tidak berdaya. Beda dengan wanita,ia tidak selalu mau ketika diajak indehoi, tetapi jangan tanya ketahanannya,banyak lelaki dibuat tak berdaya.
Laki-laki boleh hebat dan selalu memenangkan pertempuran dalam perang sesungguhnya, tetapi ketika di atas ranjang ia hanya menjadi prajurit yang selalu gagal dalam medan pertempuran.
Wanita bukan obyek penderita atau hanya dijadikan pelayan saja dalam rumah tangga.
"Ketika usia sudah senja,perbanyak amal ibadah,jangan hanya mencari atau menuruti hawa nafsu dengan mencari lobang bayi".
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews