Menurut surat kabar Le Parisien, kepanikan semakin menjadi-jadi ketika orang-orang membuat rumor bahwa pria itu memiliki senjata.
Agak miris membaca berita ini, bagi umat muslim kalimah mengagungkan kebesaran Allah Ta'ala seharusnya adalah sesuatu khidmat, bukanlah sesuatu yang menakutkan. Ini malah sebaliknya menjadi sesuatu yang menakutkan.
Seperti dilansir Sindonews, Pemutaran film Joker di sebuah bioskop di Paris, Prancis, berakhir dengan kekacauan. Para penonton yang berada di dalam bioskop berlari keluar karena panik setelah seorang penonton pria berteriak "Allahu Akbar".
Insiden itu terjadi hari Minggu malam di bioskop Grand Rex di Paris. Film itu diputar sekitar pukul 21.30. Awalnya, penonton pria pemicu kekacauan itu berteriak "itu politis" saat adegan film Joker berlangsung. Para penonton lainnya menyuruh pria itu untuk diam.
Bukannya diam, pria itu justru berdiri di kursinya, meletakkan tangannya di dada, dan berteriak "Allahu akbar".
Betapa kalimah yang agung ini terpatri dibenak sebagian besar orang diluar sana, sebagai sebuah kalimah yang sering digunakan teroris mengawali perbuatan teror. Sehingga kalimah ini begitu diucapkan maka dianggap akan diikuti dengan serangan tembakan.
Apalagi penonton bioskop menerima isu kalau orang yang teriak Allahu Akbar tersebut membawa senjata, maka bertambah paniklah mereka.
Bisa dibayangkan seperti apa situasi didalam bioskop saat itu, penonton yang kocar-kacir untuk menyelamatkan diri, dan ada juga yang berusaha untuk meringkus oknum yang menciptakan kegaduhan tersebut.
Menurut surat kabar Le Parisien, kepanikan semakin menjadi-jadi ketika orang-orang membuat rumor bahwa pria itu memiliki senjata.
"Itu benar-benar panik. Orang-orang melompati kursi dan para wanita jatuh ke tanah di gang-gang," kata seorang penonton bioskop bernama Victor kepada Le Parisien, yang dikutip Mirror, Selasa (29/10/2019) malam.
Kita wajib mengutuk terorisme, terlebih lagi yang menggunakan atribut Islam, apapun motif dari serangan yang dilakukan. Hampir semua peristiwa terorisme, dikaitkan dengan Islam, yang pada akhirnya mencitrakan Islam sebagai agama kekerasan.
Sementara umat Islam sendiri menggunakan Allahu Akbar tersebut untuk senantiasa mengagungkan kebesaran Tuhan. Sebaliknya para teroris menggunakan takbir tersebut untuk menghancurkan sesama mahluk ciptaan Tuhan.
Entah apa yang merasuki pria pemicu kepanikan tersebut saat menonton film Joker tersebut, sehingga begitu tergugah perasaannya, yang pada akhirnya sampai mengeluarkan kalimah takbir dari mulutnya.
Pria tersebut berhasil ditangkap aparat kepolisian. Setelah digeledah, pria berusia 34 tahun itu tidak bersenjata. Dia merupakan warga Boulogne-Billancourt, pinggiran Paris.
Peristiwa ini memberikan kesan, betapa takutnya sebagian besar orang terhadap kalimah takbir. Akibat dari seringnya teroris menggunakan kalimah tersebut dalam kegiatan terorisme.
Gara-gara Nila setitik rusak susu sebelanga, gara-gara terorisme rusaklah citra Islam sedunia. Seharusnya, umat Islam bukan saja cuma mengutuk terorisme, tapi juga menganggap terorisme sebagai musuh bersama umat Islam.
Tidak bisa dinafikan kalau kegiatan terorisme tersebut selalu dikaitkan dengan Islam, karena orang-orang yang terlibat kegiatan terorisme itu sendiri selalu menggunakan atribut Islam. Inilah yang harus diperangi umat Islam.
Tidak ada Islam radikal, yang ada pelaku tindakan radikal dengan 'atribut' Islam.
Disengaja ataupun tidak, namun kesan itu menyisakan anggapan negatif terhadap Islam. Sudah sewajarnya kalau umat Islam sendiri mempunyai kegelisahan terhadap perilaku radikal yang mengatasnamakan Islam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews