Musim Berjemur Karena Corona

Kekurangan vitamin D yang berasal dari paparan sinar matahari bisa menyebabkan berbagai macam penyakit kelas berat atau menyebabkan autoimun.

Minggu, 29 Maret 2020 | 06:41 WIB
0
275
Musim Berjemur Karena Corona
ILustrasi berjemur (Foto: Grid.id)

Berjemur, dalam bahasa Sunda disebut moyan, mungkin kata ini menjadi sering didengungkan setelah menyebarnya wabah atau virus corona. Orang-orang yang tadinya malas atau tidak berjemur, sekarang mulai berjemur. Kata Mang Kabayan, mimiti moyan.

Setiap makhluk hidup, apakah itu hewan, tanaman atau manusia sangat membutuhkan sinar sang surya atau matahari. Hanya kebutuhan sinar matahari itu berbeda-beda.

Untuk tanaman seperti padi, sayuran, cabe, tomat dll atau tanaman buah-membutuhkan sinar matahari penuh dari pagi sampai terbenamnya matahari. Ada juga tanaman atau bunga yang hanya sedikit atau hanya memerlukan 30% sinar matahari. Seperti tanaman jenis anggrek bulan, dendro, vanda, cattleya dan tanaman hias seperti Aglaonema. Kalau kebanyakan sinar matahari malah gosong dan layu.

Burung berkicaupun juga perlu dijemur di pagi hari, kalau tidak-akan mudah terkena penyakit dan tidak mau berkicau atau ngoceh.

Begitupun manusia juga  perlu paparan sinar matahari untuk meningkatkan sistem kekebalan  tubuhnya. Akan tetapi manusia hanya sedikit memerlukan sinar matahari. Ada yang 10 menit, 15 menit atau 30 menit dan waktunya antara jam 07.00 sampai dengan 09.00.

Kekurangan vitamin D yang berasal dari paparan sinar matahari bisa menyebabkan berbagai macam penyakit kelas berat atau menyebabkan autoimun yaitu sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat.

Untuk negeri tercinta ini paparan sinar matahari sangat melimpah. Hanya terkadang orang-orang kurang peduli terhadap kesehatannya dan dianggap remeh. Baru kalau terkena penyakit,menyadari akan pentingnya berjemur di pagi hari.

Apalagi ketika kerja di perkantoran yang suhu udaranya cukup dingin karena AC, bahkan dari masuk kerja sampai dengan pulang kerja, badan tidak pernah terpapar sinar matahari, lama kelamaan bisa menyebabkan gangguan kesehatan.

Tanaman atau tumbuhan saja kalau kurang sinar matahari juga menjadi layu dan mati. Tetapi kebanyakan sinar matahari juga bisa menyebahkan layu dan mati juga. Tergantung jenis tanaman atau tumbuhannya. Burungpun juga begitu, kalau terlalu lama menjemur malah merusak bulunya. Tetapi ada juga burung yang tahan dijemur sekalipun matahari sangat terik, seperti burung Beranjangan dan Decu.

Masyarakat kita sering menghindari paparan sinar matahari dengan alasan takut kulitnya hitam atau merusak kulit. Apalagi di negeri ini gelapnya kulit bisa untuk mengetahui status sosial seseorang. Semakin hitam atau gelap kulitnya dianggap status sosialnya rendah. Semakin bersih dan putih kulit dianggap statusnya sosianya borjuis.

Berbeda dengan orang Eropa atau bule yang suka berjemur kalau melancong ke Indonesia dengan maksud menghitamkan kulitnya. Mengapa bule suka berjemur dan sengaja melegamkan atau menghitamkan kulitnya? Karena ada anggapan atau pandangan di masayarakatnya kalau kulitnya hitam itu tandanya suka melancong/piknik dan yang suka melancong tandanya orang berduit atau kaya. Jadi kebalikannya dengan masyarakat kita.

"Rogo diragati" maksudnya raga harus dijaga dan dirawat.

***