Penanganan pandemi Covid-19 Tahun 2022 diyakini akan lebih baik karena Pemerintah telah memiliki pengalaman dari tahun sebelumnya. Masyarakat pun diimbau untuk selalu taat Prokes maupun berbagai kebijakan Pemerintah lainnya.
Tahun 2021 baru saja berlalu dan kita masih berjuang agar survive dan tidak ketularan penyakit berbahaya ini. Pemerintah pun terus mengatasi berbagai efek pandemi, terutama di bidang ekonomi. Turunnya daya beli masyarakat memang membuat para pedagang pusing tetapi kita optimis bahwa hal ini akan berubah tahun 2022.
Juru bicara Tim Satgas Penanganan Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito menyatakan bahwa perjuangan (untuk mengatasi Corona) belum berakhir tetapi kita optimis menyambut tahun baru dengan doa dan harapan. Semoga tahun 2022 pasien Corona lebih sedikit dan kasus Covid di Indonesia serta dunia lebih terkendali.
Prof Wiku melanjutkan ungkapan rasa terimakasihnya kepada segenap elemen masyarakat yuang telah berjuang dalam menangani Corona dan efek negatifnya.
Mulai dari tim satgas penanganan Covid, dokter, perawat, dan para tenaga kesehatan lain, juga relawan yang bekerja ekstra keras agar semuanya sembuh.
Kita optimis penanganan pandemi tahun 2022 akan jauh lebih baik karena pertama, jumlah pasien Covid terus berkurang. Jika bulan lalu angka pasien Corona masih di kisaran 500-an per hari maka di akhir desember ini hanya 200-an saja per harinya. Diharap pada januari 2022 jumlah pasien akan kembali menurun sehingga bisa sampai angka 0 yang berarti pandemi bisa lekas selesai.
Turunnya angka pasien Corona terjadi karena semua orang patuh dalam melaksanakan poin-poin dalam protokol kesehatan. Jadi, pada tahun 2022, kita tidak boleh kendor dan lalai. Justru harus makin getol dalam mengkampanyekan pemakaian masker ganda (untuk memperkuat filtrasi), rajin cuci tangan atau memakai hand sanitizer, dan tetap menjaga jarak.
Jika ingin 2022 aman maka cara menangani efek pandemi Corona adalah tetap menyebarkan pentingnya protokol kesehatan. Penyebabnya karena ada yang masih belum tertib, misalnya membuat acara hajatan dengan alasan situasi sudah aman (karena turunnya angka pasien Corona) padahal ia jelas melanggar aturan jaga jarak.
Jangan lupakan fakta bahwa saat ini Corona terus bermutasi dan terakhir omicron. Virus hasil mutasi akan lebih ganas dan cepat menular, sehingga harus disiplin protokol kesehatan tanpa kecuali.
Jangan sampai tahun 2022 malah jadi bencana karena jumlah pasien Covid naik lagi, hanya karena banyak yang malas pakai masker dan mengabaikan prokes lain.
Tahun 2022 harus dilalui dengan optimis dan penanganan Corona wajib lebih baik lagi. Program vaksinasi nasional masih tetap dilanjutkan karena saat ini baru sekitar 60% WNI yang sudah diinjeksi. Vaksinasi akan lebih digenjot agar kekebalan tubuh masyarakat meningkat dan aman dari penularan Corona (dengan catatan tetap taat protokol kesehatan 10M).
Untuk menangani dampak pandemi pada tahun 2022 maka vaksinasi makin digencarkan, terutama untuk anak-anak. Saat ini vaksin Sinovac sudah bisa diinjeksikan kepada anak yang berusia 6 hingga 12 tahun, sehingga mereka bisa aman dari penularan Corona, dan vaksin sangat penting karena anak-anak lebih beresiko.
Penanganan efek pandemi di bidang ekonomi juga akan dilanjutkan tahun 2022. Caranya dengan meneruskan proyek pembangunan ekonomi nasional sehingga dengan banyaknya infrastruktur akan turut memperbaiki kondisi finansial juga. Selain itu, pemerintah menaikkan KUR pada pengusaha UMKM, sehingga makin banyak yang mendapat pinjaman modal, sehingga roda perekonomian kembali lancar.
Ada berbagai dampak dari pandemi yang telah kita lalui selama 2 tahun ini. Akan tetapi kita harus optimis bahwa tahun 2022 akan jadi gebrakan baru, di mana efek pandemi mulai dari kesehatan hingga ekonomi akan segera teratasi.
Sebagai warga negara yang baik maka kita wajib mendukung semua program pemerintah, termasuk vaksinasi.
Rahmat Siregar, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews