Contoh yang "senang" fotonya waktu diopname di-share di medsos adalah Ibu Ani Yudhoyono saat beliau di-chemo di Singapura.
Sudah lama saya terusik dengan hal yang satu ini: melihat postingan foto orang yang sedang terbaring sakit di rumah sakit.
Postingan ini tentu dimuat di medsos dan seperti biasa terus menyebar karena di-forward berkali-kali.
Orang yang sakit ini bisa teman lama, bisa kolega, bisa juga orang yang terkenal (public figures), malah bisa juga diri sendiri (memotret diri sendiri yang sedang opname di RS).
Seblum adanya medsos, nyaris tak pernah kita melihat foto orang yang terbaring sakit di RS. Kita hanya mendapat kabar bahwa si A sedang dirawat mondok karena sakit tifus, malaria, DBD bla...bla... bla.
Semuanya berubah setelah ada medsos. Foto teman/anggota keluarga yang lagi dirawat di RS diumbar di medsos. Si sakit yang sedang dipasangi selang macam-macam (infus, oksigen, NGT dll) berpose dikelilingi di sebelah kiri kanan bed teman-teman yang bezoek atau anggota keluarganya.
Sementara si sakit karena lemah tak berdaya (feeble) cuma pasrah saja diambil fotonya. Saya yakin semua orang tidak berkenan diambil fotonya pada saat wajahnya kusut, mukanya kurus karena sakit.
Dari seribu orang mungkin hanya 1 atau 2 org yang senang diambil fotonya dlm kondisi sakit serius (kalo tidak serius tentu tidak akan diopname di RS).
Ini wilayah yang sangat private, menurut saya. Tidak appropriate (tidak pantas) untuk diumbar ke medsos dengan alasan apa pun. Sekalipun si sakit tidak berkeberatan untuk di-upload di medsos. Kendatipun si sakit senang foto dirinya sedang diopname di-share di medsos.
Contoh yang "senang" fotonya waktu diopname di-share di medsos adalah Ibu Ani Yudhoyono saat beliau di-chemo di Singapura.
Ini personal opinion (pendapat pribadi) saya. Netizen yang tidak setuju dengan opini saya monggo saja. Tiap orang toh berhak memiliki point of view sendiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews