Warisan

Kadang kami terlalu lama membiarkan batu nisan mereka berlumut. Sementara itu, kami menikmati peninggalan hasil jerih payah mereka tanpa putus.

Sabtu, 14 November 2020 | 06:50 WIB
0
182
Warisan
Hamparan sawah (Foto: Pepih Nugraha)

"Apa yang harus kuingat dari orangtua? Wong mereka tidak meninggalkan apa-apa buatku, tidak meninggalkan warisan, karenanya bikin aku sengsara."

Saya percaya, ucapan yang lebih menyerupai umpatan di atas hanya kita jumpai dalam percakapan film atau novel fiktif. Tetapi, barangkali pernah tercetus dalam hati, siapapun, bahwa ucapan ini sempat terberat di hati atau pikiran, disadari atau tidak.

Begini, Bro...

Taruhlah orangtuamu tidak mewariskan harta kekayaan apapun buatmu. Tetapi percayalah, yang membuatmu jadi seperti kamu sekarang ini adalah orangtuamu juga. Itulah warisan terbesar orangtuamu!

Hitung, berapa biaya untuk membesarkanmu, menyekolahkanmu? Berapa besar tenaga orangtuamu yang terkuras untuk mengurus? Itu adalah salah satu bentuk warisan yang bernama pengorbanan, yang tidak bisa disetarakan dengan nilai materi sebesar apapun.

Warisan orangtua tidak melulu soal harta kekayaan; rumah, tanah, uang dan perhiasan. Kadang keberanianmu berusaha dan bertindak, merupakan warisan orangtuamu juga lewat pengajaran yang mereka berikan.

Lalu, kamu lupakan begitu saja jasa orangtuamu hanya karena mereka tidak memberimu warisan? Bahkan, melihat batu nisan yang berlumut pun kamu sudah tak sudi lagi.

Benar, berdo'a bisa dilakukan darimana saja, bahkan dari rumahmu yang megah. Tidak harus pergi ke kuburan. Sementara, kamu biarkan "rumah" orangtuamu berlumut, ditumbuhi ilalang dan rumput liar nun jauh di pekuburan sana, hanya karena kamu merasa mereka tidak meninggalkanmu warisan?

Dan, ini hari saya terpekur, menundukkan kepala sedalam-dalamnya. Saat memandang hamparan sawah peninggalan orangtua di kampung halaman kami. Sawah peninggalan orangtua yang membuat kami tidak pernah membeli beras selama bertahun-tahun.

Terlalu cepat mereka - orangtua kami - berpulang di saat kami, saya dan adik-adik, belum sempat membahagiakan mereka. Belum sempat pula membalas jasa dan kebaikan mereka.

Kadang kami terlalu lama membiarkan batu nisan mereka berlumut. Sementara itu, kami menikmati peninggalan hasil jerih payah mereka tanpa putus.

Alfatihah....

***