Revitalisasi (Pendidikan) Pramuka

Bagi sekolah-sekolah yang lokasinya memang sudah di desa dan siswa/i nya juga berasal dari desa setempat maka kegiatan sosial kemasyrakatan bisa dilakukan di kota.

Rabu, 14 Agustus 2019 | 12:43 WIB
0
377
Revitalisasi (Pendidikan) Pramuka
ilustr: news.detik.com

Setiap tanggal 14 Agustus kita senantiasa diingatkan tentang eksistensi (pendidikan) pramuka, maka rasanya sangat pantas kalau kita membahasnya di tulisan kali ini. Pramuka yang selama ini hanya dianggap sebagai kegiatan ekstra kurikuler, sesungguhnya sangat berperan dalam membentuk kepribadian bangsa.

Terkait dengan pendidikan karakter yang saat ini semakin digalakkan, alangkah baiknya kita merevitalisasi pramuka sebagai bagian dari pendidikan  karakter. Pramuka semestinya dimasukkan dalam pelajaran intra kurikuler seperti mata pelajaran olah raga.

Pendidikan pramuka sesungguhnya bisa menjadi media kaderisasi kaum muda untuk mempersiapkan diri sebagai calon pemimpin bangsa. Pemerintah, secara khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebaiknya menyusun kurikulum khusus untuk pendidikan pramuka sebagai bagian dari pelajaran utama, bukan lagi hanya sebagai kegitan ekstra kurikuler.

Selama ini kegitan pramuka terkesan kurang diminati oleh para pelajar atau siswa-siswi karena terkesan monoton alias itu-itu saja kegitannya.  Biasanya hanya diisi dengan pengetahuan tentang tali-temali, berbagai sandi dan kegiatan perkemahan yang berlangsung dalam bentuk persami (perkemahan sabtu minggu di sekolah) atau perkemahan di luar sekolah  yang berlangsung di bumi perkemahan. 

Kadang ada juga yang sedikit beruntung bisa terlibat dalam jambore daerah atau jambore nasional.

Untuk merevitalisasi, sudah saatnya (pendidikan) pramuka dimasukkan dalam pelajaran utama, dalam seminggu mungkin bisa diberi jatah 2 jam pelajaran.  Sebagai bentuk kaderisasi,  pendidikan pramuka sebaiknya muatannya berjenjang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan para pelajar atau siswa-siswi. Karena masuk dalam mata pelajaran utama maka secara otomatis semua pelajar atau siswa-siswi harus menempuh pendidikan ini.

Pendidikan pramuka idealnya dimulai pada kelas 4 Sekolah Dasar. Pada jenjang pendidikan kelas 4-6 SD, pelajaran bisa diisi dengan pengetahuan dasar pramuka, memperkenalkan sejarah pramuka, memaknai visi dan misinya serta menanamkan kecintaan pada pramuka.

Sebagai pendidikan ketrampilannya bisa diisi dengan pengetahuan dan praktek tentang tali-temali, berbagai macam sandi dan tehnik dasar kegiatan perkemahan, di dalamnya tentu diisi juga dengan kegiatan refreshing bermain dan bernyanyi seperti yang selama ini dilakukan dalam kegiatan ekstra kurikuler. Sebagai praktek nyata kegiatan berkemah untuk tahap ini bisa dilakukan persami dulu di halaman atau lapangan sekolah.

Pada jenjang kelas 7-9 (SMP), pendidikan pramuka bisa dilanjutkan dengan ketrampilan berorganisasi. Para siswa-siswi mulai dilatih tehnik diskusi, rapat, debat dan pidato (public speaking) yang baik dan benar.  Tak ketinggalan pula latihan untuk dinamika kelompok, pemecahan masalah (problem solving) dan notulensi.  Untuk jenjang ini sudah mulai banyak kegitan yang dilakukan di luar sekolah, misalnya hiking dan atau camping di bumi perkemahan.

Selanjutnya bagi jenjang kelas 10-12 (SMA/SMK), pendidikan berlanjut dalam bentuk lebih banyak kegitan luar sekolah, yakni terjun dalam masyarakat. Kegiatan bisa dalam bentuk Kemah Bakti Sosial di pedesaan, Live In (satu siswa/i tinggal bersama satu keluarga di desa) selama 2 atau 3 hari atau kegiatan sosial kemasyarakatn yang lain khususnya di desa.

Bagi sekolah-sekolah yang lokasinya memang sudah di desa dan siswa/i nya juga berasal dari desa setempat maka kegiatan sosial kemasyrakatan bisa dilakukan di kota.

Bagaimana dengan pendidikan pramuka di jenjang Perguruan Tinggi, apakah masih perlu?

Tentu saja masih diperlukan. Dalam tahap ini mahasiswa/i dilatih tehnik penulisan untuk media massa. Bisa dalam bentuk untuk mengisi buletin kampus dan media massa mainstream (surat kabar atau majalah cetak) atau di media massa on-line yang sekarang semakin mudah dan efisien.

Sedangkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan bisa dilaksanakan lagi kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang mana sejak era reformasi kegiatan ini hanya tinggal dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi tertentu saja. KKN bisa dilaksanakan 1 atau 2 bulan dengan lokasi terutama desa-desa tertinggal di luar Jawa. Selain itu mahasiswa/i juga bisa berlatih dan terlibat dalam kegiatan Team SAR.

Demikianlah sedikit sumbangsaran sederhana dalam rangka revitalisasi (pendidikan) pramuka. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait dalam rangka ikut mendukung pendidikan karakter demi kemajuan bangsa kita.

***
Solo, Hari Pramuka, 14 Agustus 2019. 12:40 pm
'salam pramuka penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko