Buku Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo')

Buku ini penting dibaca dan dikaji oleh generasi manusia Lengilo’, terlebih bagi generasi mudanya.

Selasa, 27 September 2022 | 22:47 WIB
0
125
Buku Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo')
Cover: Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) di Sungai Krayan

Judul: Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) di Sungai Krayan

Pengarang: Tirusel STP, S.E., M.Si.

Editor: Masri Sareb Putra, M.A.

Penerbit: Lembaga Literasi Dayak, 2022

Catakan : Pertama, 2022

Tebal: 178 halaman

ISBN: 978-623-5890-15-9

Sebelum memahami isi buku ini. Saya coba menarasikan pemahaman saya tentang budaya. Budaya merupakan fenomena kolektif, yang mana fenomena kolektif ini hidup dalam lingkungan sosial yang sama, dimana budaya itu dapat dipelajari maka terjadi ikatan emosional yang kuat. Hal yang sama juga kita maknai terhdap keberagaman di Indonesia. Terdapat beragam suku, etnis dan budaya melekat pada Indonesia yang sangat luas. Hal ini ditandai dengan beranekaragam nilai kearifan lokal yang menjadi ciri khas di hampir semua daerah yang budayanya berbeda-beda.

Oleh karen itu, budaya sebagai kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai. 

Melalui nilai-nilai kearifan lokal budaya itu dapat mempengaruhi karakter dan perilaku kehidupan di masyarakatnya. Dalam pengertian lain, pengaruh nilai-nilai lokal dapat mengembalikan dan mengendalikan perilaku masyarakat dalam menghadapi kemajuan zaman, termasuk dalam perilaku profesionalnya. Banyak studi yang mengatakan, nilai kearifan lokal dianggap memberi doktrin dan keyakinan yang efektif dalam membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bertindak. Keberagaman budaya lokal yang tidak ternilai harganya. Sehingga, budaya yang dimiliki telah menjadi dasar bagi sebagian besar perilaku yang ada pada setiap masyarakat itu sendiri.

Perjumpaan saya dengan buku, Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) Di Sungai Krayan. Memperkaya saya tentang salah satu budaya lokal di Dataran Tinggi Borneo.  Dimana terdapat peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) di Sungai Krayan. Peradaban itu ternyata berlangsung dari beberapa generasi yang hidup dan beranak cucu disan­—sampai hari ini.

Hal ini dibuktikan melalui buku Manusia Dayak Krayan (Lengilo’): Jejak Peradaban di Sungai Krayan. Sebelum saya mengulas buku ini, tentu yang akan menjadi pertanyaan ialah dimana jejak manusia Dayak krayan (Lengilo’) ini berada?

Dalam buku ini di jelaskan beberapa nilai lokal atau local wisdom yang bisa di mania sebagai nilai kerarifan yang positif, ambilah salah satu contohnya. Katika cuaca sedang mending berat, maka akan muncul ungkapan dari seseorang begini, “ Kudng item puwet’ Daleng yang Langet so sini.” Yang artinya, cuaca hari ini seperti hitam pantat orang Daleng. Penulis menguraikan, nilai lokal yang diperoleh dari ungkapan tersebut bisa dimaknai bahwa hal itu menunjukan tentang kehidupan mereka Manusia Lengilo’ yang sangat berkecukupan. Makmur akan keberlimpahan makanan yang enak, lezat, serta juga sehat (Halaman 16).

Lebih lanjut penulis menjelaskan, Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) Di Sungai Krayan. Menarik pembaca memahami cara hidup Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) yang hidup di Sungai Krayan sangat menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Mereka lebih mengutamakan hidup penuh kebersamaan, gotong-royong, saling melindungi, saling menolong, saling memberi, dan saling berbagi di dalam keluarga besarnya. Sehingga dalam perjalanan waktu, tidak pernah ada muncul pertikaian di antara mereka (Halaman 17).

Secara singkat buku ini menjelaskan keberadaan dimana peradaan manusia Dayak Krayan ini berasal. Lataknya di Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Indonesia. Atau yang sering di sebut dengan nama Dataran Tinggi Borneo. Kalau kita lihat di peta pulau Kalimantan, kita dapat menemukan titik lokasi daerah ini paling Utara Indonesia. Didalam buku ini, dikatakan Daerah Long Padi adalah salah satu pusat awal perkembangan kehidupan manusia Dayak Krayan (Lengilo’) di Sungai Krayan.

Disertai dengan bukti peninggalan artefak di Long Padi, terdapat Makam Batu. Di tambah juga telah ditemukan beberapa teknologi, peralatan yang terbuat dari batu. Dalam hal ini, penulis mengajak kita sebagai pembaca, sebelum memahami isi buku harus mengenali apa yang telah menjadi dasar penulisan dari Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) Di Sungai Krayan.

Jadi, buku ini ditulis dengan peroses yang lama dan pencarian mengali informasi terhadap informan kunci, yang tentu membutuhkan waktu yang lumayan lama. Penulis menguraikan tujuan penulisan ini pada judul tulisan Jejak Penulisan Silsilah Manusia Dayak Krayan (Lengilo’). Baginya, isi buku ini menyangkut ikatan emosional keluarga besar, maka yang lebih paham silsila keluarga inilah yang harus menulisnya. Sampai dengan cabang-cabangnya, pada titik simpul keluarga terkecil. Oleh sebab itu, sebaiknya sebagai generasinya yang hidup saat ini, yang seharusnya menjadi penulisnya (Halaman 160).

Jejak Peradaban dan Peranan Kepemimpinan Manusia Dayak Krayan

Suatu peristiwa baik masa lalu, sekarang, maupun masa depan sering kita kaitkan dengan jejak suatu peradaban, serta perubahan-perubahan yang dihasilkan dari peristiwa lampau tersebut. Dalam buku ini diungkapkan oleh penulis, peran si Krayan (kemampuan kepemimpinan membagi wilayah). Dalam bahasa setempat, disebut tanah leluhur (Bahasa Lengilo’; tana’ tepon), melalui pembagian wilayah kepada anak-anaknya si Krayan saat itu, antara lain (si Libung, si Mengkuban, Si Ada’ dst),

dalam pemahaman kita, bagaimana saat itu seseorang kepala keluarga berpikir untuk kebaikan anak-anaknya, tidak hanya untuk mereka hari ini tetapi bagaimana mereka harus mengelola, melindungi, dan merawat tanah leluhur tetap terjamin terpelihara dengan baik.

Jika kita kembali ke masa sekarang, tentu saja berbeda. Misalnya saat ini, adanya desakan dan pengaruh budaya asing dalam iklim globalisasi menjadi penting menjaga dan memperkuat kearifan lokal yang sarat nilai dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan masyarakat lokal serta mengawal proses pembangunan. Oleh karena itu, implementasi kearifan lokal didasarkan kepada perkembangan budaya dan kondisi sosial yang terjadi dalam masyarakat yang selalu berubah setiap waktu ke waktu, agar nilai-nilai yang terkandung dapat diterima oleh masyarakat.

Sejak zaman nenek moyang Dayak Krayan (Lengilo’) di Sungai Krayan hidup berdampingan secara asli. Mereka beradaptasi, kontak langsung dengan alam. Kemudian melalui pengalaman yang mereka hadapi dari waktu ke waktu, membuat mereka belajar, ba gaimana caranya bertahan di tengah alam dengan cuaca yang sangat ekstrim. Cuaca yang buruk bisa saja berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa mereka. Berpijak dari berbagai pengalaman tersebut, mereka mulai membuat tempat untuk berteduh dan berlindung saat hujan maupun sebagai tempat untuk istirahat pada malam harinya (Halaman 142).

Buku ini penting dibaca dan dikaji oleh generasi manusia Lengilo’. Terlebih bagi generasi muda Lengilo’ sekarang ini, agar mereka dapat mengetahui dan memahami identitas leluhur mereka di setiap perkembangan atau generasi hingga masa sekarang ini.

Lalu, hadirnya buku ini juga dapat menjawab kepenasaranan para pembaca tentang sejauhmana Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Lengilo’) Di Sungai Krayan yang diungkapkan dengan runtut dalam buku ini.

***