Belanja di Toko Pribumi

Tidak semua masyarakat memiliki kemampuan dan kemauan membuka toko kelontong penyedia kebutuhan sehari-hari masyarakat atau berwirausaha.

Kamis, 28 November 2019 | 15:07 WIB
0
363
Belanja di Toko Pribumi
Ilustrasi belanja (Foto: femina.co.id)

Tanpa perlu gerakan-gerakan atau digerakkan oleh siapapun, saya sudah memprioritaskan belanja di Toko Kelontong dibandingkan di toko-toko retail besar atau waralaba sejak jaman baheula..

NO! Bukan karena saya anti aseng & asing, karena itu artinya saya sudah RASIS, dengan membawa sentimen SARA ke dalam perniagaan.

Dan sentimen seperti itu jelas bukan perniagaan yang diterapkan ala Rasulullah (silakan yang mengklaim pengikut Sunnah, bantah saya).

Bukan juga karena saya anti kapitalisme (pemodal besar). Seringkali kita yang tidak memiliki modal juga tidak bisa hidup tanpa topangan dari Big Capital. Accept that reality.

Banyak orang tidak akan bisa punya rumah, kendaraan, bahan bakar, pangan, dan perlengkapan penunjang hidup lainnya, jika tidak ada Big Capital yang menalanginya dahulu agar masyarakat bisa memiliki semua itu dengan cara mencicil.

Itulah sunatullah diciptakannya si Kaya dan si Miskin untuk menciptakan keseimbangan hidup dan alam semesta. Padahal Tuhan bisa menciptakan semua manusia dalam satu rupa jika Dia berkehendak (silakan yang mengklaim pengikut Sunnah, bantah saya).

Tapi saya memprioritaskan berbelanja di Toko Kolontong, sepanjang barangnya tersedia, karena ingin mengangkat para pemodal kecil, agar mereka tetap hidup meskipun berdampingan dengan toko-toko retail besar.

Kalau soal harga, sudah pasti toko retail besar bisa menawarkan harga yang lebih murah.
Tapi justru itulah, kita mensupport UMKM karena mereka tidak akan mampu bersaing dengan para pemodal besar.

Dasarnya supporting ekonomi kerakyatan, bukan karena alasan-alasan rasisme.

Toko-toko retail besar pun tetap dibutuhkan kehadirannya untuk menjaga inflasi, menjaga daya beli masyarakat, memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak bisa disediakan para pemodal kecil, dan paling penting membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Tidak semua masyarakat memiliki kemampuan dan kemauan membuka toko kelontong penyedia kebutuhan sehari-hari masyarakat atau berwirausaha. Sebagian lainnya membutuhkan lapangan pekerjaan.

Baca Juga: Kemenag Cuma Tukang Stempel Sertifikat Halal, MUI yang Menentukan

Toko kelontong paling hanya menyerap 1-10 tenaga kerja, namun toko-toko retail mampu menyerap ribuan hingga jutaan tenaga kerja.

Ada dompet masyarakat yang terisi dengan mereka mendapatkan kesempatan kerja, kemudian ada daya beli yang tumbuh dari sana. Belum lagi dengan pendapatan pajak yang bisa diperoleh oleh negara dari sana.

Jadi menghidupkan toko-toko retail dengan berbelanja ke sana pun, tetap memiliki peranan membantu masyarakat umum dan negara.

Setiap nilai dari sebuah tindakan, tergantung dari niatnya. Anda bisa membangun niat atas dasar sentimen kebencian atau kecintaan. Pilihannya ada pada diri anda sendiri.

Manusia sudah diberi hati dan akal oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, sebagai guidance Untuk menentukan pilihan-pilihan yang ditawarkan kehidupan.

Karena kehidupan bisa menawarkan kebaikan atau menjerembabkan kepada kerusakan. Itulah gunanya hati dan akal, untuk membedakan yang haq dan bathil.

Saya memilih membangun niat dengan cinta. Bagaimana dengan anda?

***
.