Jangan bersikap sebagai umat Islam yang namanya saja umat Islam tapi tidak mengikuti ajaran-ajaran Nabi. Jangan jadi umat Islam yang hanya mengikuti ego dan nafsu belaka.
Seorang teman dengan wajah kusut bertanya pada saya soal pertarungan KPK vs DPR yang akhirnya meluas dan merembet ke berbagai masalah. “Aku kok bingung, Cak Sat. Sakjane siapa sih sing bener? Aku berusaha untuk mendengar dari kedua belah pihak. Pihak pembela KPK kudengarkan, pembela DPR dan pemerintah kudengarkan, dan bahkan pihak-pihak para pendukung dan penentang mereka kudengarkan. Tapi semakin banyak aku mendengarkan semakin bingung aku.” keluhnya.
Tentu saja, pikir saya dalam hati. Ini adalah masa-masa fitnah bertebaran dengan panah-panahnya yang datang dari segala penjuru angin. Ini adalah masa kebingungan yang melanda sebagaimana umat Islam dulu di masa Khalifah Ali r.a. yang diperangi oleh para sahabat dan umatnya sendiri. Mari kita menengok kembali sejarah dan benar-benar belajar darinya. Jangan menjadi orang dungu dan bebal yang meski sudah diberi pelajaran melalui sejarah tapi tak mampu melihat dan mendapatkan pelajaran darinya.
Pada masa khalifah Ali r.a. sesama umat Islam berperang untuk mempertahankan kebenarannya masing-masing. Semua pihak tentu saja merasa benar dan mereka bersedia berperang dan bahkan jika perlu membunuh pihak yang bertentangan pendapat dengan mereka meski mereka sadar bahwa lawan mereka adalah sesama muslim. Ketika ego sudah memuncak maka nafsu pun menguasai. Ketika nafsu sudah menguasai maka mereka pun tanpa segan mencampakkan nasihat Nabi Muhammad soal bagaimana menyelesaikan sebuah perselisihan di antara sesama muslim.
Seandainya Anda hidup di zaman itu, kemana Anda hendak berpihak? Ke Khalifah Ali r.a. atau Muawiyah? Jangan kuatir. Kedua belah pihak punya alasan kuat masing-masing. Kelompok Muawiyah punya alasan kuat untuk memberontak pada Khalifah Ali karena menganggap Ali tidak mampu menegakkan keadilan atas terjadinya pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang keji tersebut.
Bukankah Islam sangat menekankan pentingnya menegakkan keadilan? Lantas mengapa Khalifah Ali tidak mau dan tidak mampu menegakkan keadilan? Untuk apa punya khalifah yang tidak bisa menegakkan keadilan? Turun saja engkau wahai Ali…! Melawan Khalifah Ali sama dengan membela dan menegakkan keadilan. Begitu kira-kira argumen dan logika yang mereka tegakkan. (Does it ring you a bell?).
Khalifah Ali r.a memang mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya. Beliau diangkat dalam keadaan genting dan kepercayaan pada kepemerintahan Khalifah Utsman yang sangat rendah. Tuduhannya sama dengan sekarang kok, yaitu soal korupsi dan KKN. Bahkan akhirnya ketidakpercayaan memuncak dan beliau sampai dibunuh dengan keji.
Meski akhirnya Ali diangkat menjadi khalifah tapi ketidakpuasan dan kekecewaan umat tidak juga reda. Mereka juga tidak puas dan tidak percaya pada Khalifah Ali. Ketidakpuasan dan ketidak percayaan pada Khalifah Ali akhirnya menimbulkan peperangan antar sesama umat Islam dan sesama sahabat Nabi. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya.
Dalam Pertempuran Basra 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah. Padahal yang memaksa Ali menjadi khalifah menggantikan Utsman bin Affan yang dibunuh secara keji justru Zubari bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah sendiri. Ali di baiat pertama kali oleh Thalhah bin Ubaidilah, kemudian diikuti oleh Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi Waqqash, dan selanjutnya diikuti oleh orang-orang dari kalangan Anshar dan Muhajirin.
Sebetulnya mereka yang mendorong Ali untuk naik tapi kemudian mereka pula yang mengkhianatinya. Bayangkan betapa rumitnya situasi dan terbelahnya umat Islam saat itu. Sebanyak lebih dari 10.000 umat Islam gugur pada peperangan itu. Mereka para korban adalah umat Islam awal dan juga para sahabat nabi.
Pemberontakan kedua dilakukan oleh Muawiyah, yang menolak Ali sebagai khalifah. Ia bahkan menganggap dirinya setara dengan khalifah walaupun ia hanya seorang gubernur. Akhirnya terjadilah Perang Shiffin yang melibatkan kelompok Muawiyah dengan kelompok Khalifah Ali. Perang ini terjadi di kota Shiffin, yang hampir dimenangkan oleh pasukan Khalifah Ali. Namun berkat kecerdikan pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh Amr bin Ash, pasukan Ali gagal mendapatkan kemenangan.
Amr bin Ash mengacungkan Al-Quran dan tombaknya, yang memiliki arti meminta perdamaian menggunakan Al-Quran. Khalifah Ali sebenarnya mengetahui bahwa hal itu hanyalah strategi licik yang dilakukan oleh pasukan Muawiyah, namun karena didesak oleh pasukannya, Khalifah Ali menerima tawaran tersebut. Akhirnya dilakukanlah perundingan untuk mencapai perdamaian yang berakhir dengan mengenaskan bagi pihak Ali.
Jadi tolong jangan naif sebagai umat Islam itu. Sejak zamannya Khalifah Ali, penggunaan simbol, lambang dan idiom agama untuk mengecoh dan menipu umat demi memenangkan pertempuran sesama umat Islam sudah dilakukan. Dan yang melakukan juga sesama sahabat Nabi.
Jadi kalau sekarang kita melihat ada umat Islam dan para ustad yang kemudian menggunakan bendera tauhid sebagai lambang perlawanan pada pemerintah maka itu sebenarnya cuma pengulangan strategi licik yang dulunya dipakai oleh kelompok Muawiyah.
Strategi licik ini dulu berhasil membuat Khalifah Ali terguling dan belakangan anak-anaknya, yang berarti cucu Nabi Muhammad, dibantai dengan sangat sadis oleh penguasa lawan politiknya. Akhirnya kekhalifahan Islam berubah menjadi kerajaan atau dinasti. Muawiyah berhasil menciptakan Kerajaan atau Dinasti Umayyah yang dengan bangganya kita sebut sebagai Kekhalifahan Umayyah.
Lalu bagaimana kita harus bersikap ketika telah pecah peperangan antar sesama umat Islam sebagaimana pecahnya umat Islam di zaman Khalifah Ali r.a.?
Ya bersikaplah sebagaimana umat Islam yang mengikuti pesan-pesan Nabi Muhammad sebagai panutan kita. Jangan bersikap sebagai umat Islam yang namanya saja umat Islam tapi tidak mengikuti ajaran-ajaran Nabi. Jangan jadi umat Islam yang hanya mengikuti ego dan nafsu belaka dan lupa bahwa ada ajaran Nabi yang harus diikuti. Tentu saja semua pihak akan MENGAKU bahwa pihaknya yang benar.
Apa sih pesan-pesan Nabi Muhammad dalam soal kepemimpinan dan ketika terjadi perselisihan? Bukankah Nabi sudah berpesan agar jika terjadi perselisihan dalam umat Islam maka mereka diminta untuk kembali pada pesan-pesan yang tertulis dalam Alquran dan Hadist? Apa sih yang tertulis dalam Alquran dan Hadist soal bagaimana kita harus bersikap pada pemimpin kita?
Kalau mau tahu sila kunjungi website saya dan baca artikel ini.
Sekian dulu dan semoga tulisan saya ini membuat Anda menjadi lebih paham, lebih awas, dan lebih waspada. Semoga…!
Surabaya, 28 September 2019
***
Tulisan sebelumnya: KPK vs DPR [1] Batman vs superman Ala Indonesia
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews