Tendangan dari Oksibil

Senin, 5 November 2018 | 08:46 WIB
0
444
Tendangan dari Oksibil
Taekwondoin Oksibil (Foto: Kristin Samah)

“Mati sudah...” Begitu pikiran pria muda itu ketika mendapati ia seorang diri di tengah lapangan. Pada 2 Oktober 2018, sekelompok massa pendukung Bupati Pegunungan Bintang bertikai dengan kelompok yang kontra. Salah satu kelompok menuju ke arah dirinya. Mereka membawa berbagai-bagai senjata tajam. Ada parang, tombak, panah, balok, juga lainnya.

“Mati sudah...” pikiran itu kembali datang, membuat lututnya lemas. Seragam Polisi yang selalu ia banggakan, tak bisa menyelamatkan. Ia berserah.

Sekonyong-konyong sembilan orang, mungkin lebih, mengelilinginya. Memagarinya. Mereka tanpa senjata tetapi suaranya mampu menghalau massa yang beringas.

“Jangan sentuh anak pung pelatih...” teriakan berulang-ulang itu disertai gerakan merapat, melindungi Eduard S Habibu, polisi berseragam Bhabinkamtibmas dengan bet di lengan sebelah kiri. Ia satu-satunya polisi yang terlambat meninggalkan lokasi untuk kembali ke Mapolres.

Pulih kekuatan Eduard. Ia selamat, diselamatkan orang tua yang mengenalinya sebagai pelatih Tae Kwon Do anak-anak di Pegunungan Bintang.

Anggota Bhabinkamtibmas Polres Pegunungan Bintang itu memang memanfaatkan kemampuannya menjadi pelatih Tae Kwon Do untuk mendekati masyarakat. Awalnya hanya tiga anak yang berminat memenuhi ajakannya berlatih bersama. Lambat laun jumlahnya bertambah karena selain berlatih, setiap akhir pekan ia bawa anak-anak pesiar. Sekadar mandi di sungai atau kemana saja di kawasan itu yang belum pernah didatangi. Maka anak asuhnya makin bertambah.

Puncaknya ketika Agustus 2017, dengan dana yang sangat terbatas, ia membawa tiga anak didiknya mengikuti Kejuaraan Tae Kwon Do Friendship Forever di Jakarta. Tiga atlit muda, Fidelis Kasibmabin, Sulvester Kasipmabin, dan Dodi Ningdana, berhasil meraih empat medali emas.

Eduard membawa ketiga atlit muda itu pawai keliling kampung, menarik perhatian anak-anak maupun orang tua. Apalagi selama di Jakarta, Eduard membawa ketiganya ke tempat rekreasi. Cerita yang mampu menjadi bumbu penyedap kesuksesan. Anak-anak yang berminat turut berlatih pun bertambah. Saat ini jumlahnya menjadi 114 orang.

Menyadari potensi dirinya mendekati masyarakat melalui anak-anak, Eduard mulai mengembangkan aktivitasnya. Secara periodik ia kumpulkan orang tua untuk diberi pengarahan pentingnya mendukung keberhasilan anak-anak. Komunikasi pun terjalin baik.

Tak kurang ide, Eduard menanyakan pada guru anak asuhnya, pelajaran apa yang kurang mereka sukai. Matematika dan bahasa Inggris. Kali berikutnya ia minta anak-anak membawa alat tulis. Alasannya untuk mencatat gerakan-gerakan. Ternyata Eduard memanggil guru matematika dan bahasa Inggris. Boleh berlatih menendang setelah selesai pelajaran tambahan.

Ia ingin memperkuat tendangan dari Oksibil. Itu yang membuat Eduard mau bergabung dengan Binmas Noken. Apa yang ia lakukan bersentuhan dengan masyarakat, sejalan dengan program Binmas Noken.

Itu juga sebabnya, ia menolak ditawari mutasi ketika Kapolda Papua melihat potensi anak muda itu. Komitmennya diberikan pada anak-anak di Pegunungan Bintang.

***

Kristin Samah