Indonesia Dorong Peran Perempuan Dalam Presidensi G20

Jika fokus ini berhasil maka bukan tak mungkin rencana-rencana apik bagi kesejahteraan perempuan akan gampang terealisasikan.

Kamis, 30 Desember 2021 | 00:51 WIB
0
197
Indonesia Dorong Peran Perempuan Dalam Presidensi G20
Peren perempuan (Foto: Satu Nusantara News)

Indonesia terus mengangkat isu dan mendorong peran perempuan dalam presidensi G20. Pemerintah menganggap bahwa perempuan memiliki peran penting dalam sektor kesehatan, transformasi digital, hingga perubahan energi terbarukan yang menjadi fokus Indonesia dalam kepemimpinannya dalam G20 tahun 2022.

Perempuan menjadi figur penting dan menginspirasi. Kiprah perempuan selalu dibutuhkan di banyak sektor, momentum, hingga tonggak peradaban yang nyata. Meski tak menampik banyaknya masalah yang mendera perempuan, akan selalu ada pahlawan bernama perempuan yang mampu keluar dan menemukan jalan.

Dalam berbagai perspektif, perempuan seringkali dinilai sebagai makhluk yang lemah. Makhluk yang ditagline lebih mengedepankan perasaan ketimbang logika. Namun, bukankah seluruh kehidupan juga berawal dari seorang perempuan?

Permasalahan-permasalahan atas perempuan ini ternyata juga mendapat banyak sorotan dan perhatian. Bahkan di kelas internasional, perempuan juga mendapat tempat khusus untuk selalu diperjuangkan, pun dengan fokus G20.

Maka dari itu, presidensi G20 diklaim akan membawa janji inklusivitas serta pemberdayaan perempuan. Dimana mereka ini begitu rentan juga miskin. Termasuk anak-anak perempuan yang notabene kerapkali jadi korban.

Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri juga menyatakan bahwasanya perempuan mempunyai peranan yang sangat penting. Yakni dalam tiga area prioritas dimana hal inilah yang menjadi fokus Indonesia atas kepemimpinannya pada kelompok 20 Ekonomi Utama atau G20 di tahun 2022.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Menlu Retno ketika acara G20 Women’s Empowerment Kick-Off Meeting, serta dipantau dari Jakarta. Ia juga menambahkan apabila peran kaum perempuan di ketiga sektor tadi menjadikan pemberdayaannya semakin vital. Lantas, apasajakah ketiga sektor tersebut?

Pertama ialah sektor Kesehatan, dimana sekitar 70 persen dari total tenaga kesehatan global ialah kaum perempuan. Harapannya, langkah ini akan menyumbangkan arsitektur kesehatan yang lebih kokoh, kuat dan lebih baik demi memastikan keamanan hingga kesehatan mereka. Sejalan dengan hal itu tentunya akan mampu memfasilitasi pertumbuhan profesional para perempuan.

Kedua ialah tranformasi digital yang kerap ada di banyak negara. Perempuan nyatanya memegang peranan yang cukup dominan dalam usaha mikro, kecil maupun menengah atau UMKM. Bahkan, di Indonesia sendiri sekitar 64 persen pelaku usahanya ialah kaum perempuan.

Pengadaan kemampuan serta pengetahuan secara digital ini bakal membuka jalan bagi perempuan agar mampu mendongkrak usaha, termasuk mendorong mereka menjadi bagian dari value Chain hingga memperkuat basis konsumen.

Sementara untuk sektor ketiga ialah menjadikannya fokus dalam agenda presidensi G20. , yakni menuju energi yang terbarukan. Dalam hal ini, perempuan dinilai mampu mendorong capaian dalam transisi energi dunia serta memastikan bidang energi menjadi lebih aware dan sensitif bagi hak-hak maupun kebutuhan perempuan.

Menlu Retno juga memaparkan jika beragam komitmen Indonesia atas pemberdayaan perempuan hingga kesetaraan gender, baik pada tingkat regional, Nasional juga secara global. Untuk tingkat nasional, pemerintah berkomitmen untuk mendongkrak keterlibatan perempuan khususnya di tingkat strategis hingga tingkat pembuatan kebijakan. Termasuk mendorong peranan perempuan sebagai agen perdamaian, yang biasanya hanya didominasi oleh kaum pria.

Upaya negara Indonesia ini kabarnya telah dilakukan melalui berbagai program, salah satunya ialah melalui penyediaan pelatihan bagi para perempuan. Atau lebih tepatnya yang berfokus pada perdamaian serta keamanan. Khususnya bagi para diplomat muda, termasuk meluncurkan program mediator dan negosiator perdamaian perempuan di kawasan Asia Tenggara.

Demi meningkatkan keterlibatan perempuan untuk proses perdamaian tersebut.
Sejalan dengan hal itu, Indonesia turut menggunakan perannya pada DK PBB (Dewan Keamanan PBB) untuk proses inisiasi resolusi mandiri yang pertama pada penjaga perdamaian perempuan.

Di era ini tentu peranan perempuan haruslah bangkit dan menjadi prioritas utama. Sebab, sebagaimana yang kita tahu, hak-hak perempuan memang wajib diperjuangkan. Apalagi jika esensinya sebagai mediator maupun negosiator perdamaian. Langkah negara untuk menjadikan perempuan sebagai fokus G20 wajib didukung dan kita kawal sebaik-baiknya.

Jika fokus ini berhasil maka bukan tak mungkin rencana-rencana apik bagi kesejahteraan perempuan akan gampang terealisasikan. Begitupun dengan fokus-fokus lain yang berkaitan atas problematika perempuan. Bukankah, jika komitmen ini mampu berjalan dengan baik, perempuan bakal lebih maju dan mampu membangun peradaban lebih baik lagi. Sehingga akan ada banyak sekali pihak yang akan diuntungkan.

Semoga, upaya pemerintah ini memperoleh hasil yang maksimal. Agar semua dapat menikmati buah dari kerja keras berbagai pihak.


Kinanti Lestari, penulis adalah kontributor Pertiwi institute