Ke depan, dengan berbagai kelebihannya, buku analog masih tetap eksis dan tak tergantikan. Asalkan jeli melihat peluang, tren rata-rata 70% masih akan didominasi buku analog/ cetak.
Tidak setiap 5 tahun sekali terbit buku fenomenal semacam Harry Potter (1997) atau setidaknya sekelas Da Vinci Code-nya Dan Brown (2003). Yang terjual menembus bilangan angka ratusan juta eksemplar.
Jujur, data membuktikan hal ini. Hanya buku analog yang menembus ratusan juta kopi dalam sejarah perbukuan dunia, pada sepanjang era. Meski digadang-gadang sebagai “era digital”, nyatanya, era itu belum berbanding lurus dengan penjualan buku-buku elektronok alias e-book.
“Print book sales are increasing as ebook sales drop,” tulis Angela Hoy, publisher of WritersWeekly.com. Ia merujuk pada data yang disampaikan pada September 2015, Hachette Book Group CEO Michael Pietsch dari WSJ. Hal sama diperteguh penjualan buku Kindle.
Hasil penelitian menunjukkan. tren penjualan buku analog dari tahun 2015-2015 malah naik 2%. Tidak terbukti nujum para ekonom yang meramalkan: era paperless telah tiba, memangsa segala amcam industri berbasiskan kertas. Untuk industri koran, hal itu benar adanya. Tetapi untuk buku --setidaknya hingga saat ini-- masih meleset.
Tepatlah olok-olok kepada para ekonom-peramal. "An economist predicts that tomorrow will happen not as he/she predict" (Seorang ekonom adalah dia yang meramalkan bahwa yang terjadi esok tidak seperti yang diramalkannya."
Kemelesetan ramalan itu, antara lain karena mengabaikan bahwa buku bukan sekadar kertas yang ditintai dan dijilid. Yang sekali baca, selesai. Lalu jadi bungkus kacang.
Keunggulan buku yang tidak tergantikan:
1) Mengikat ilmu pengetahuan.
2) Sistematis dan detail.
3) Tahan lama.
4) Mudah dibawa dan dibaca.
5) Life-style
6) Produk budaya.
7) Alat/ media pendidikan paling mustajab (menurut Ensiklopedi Indonesia).
8) Terdisplay yang mencerminkan siapa pembaca/ pemilik/ kolektornya.
9) Gagalnya proyek Guttenberg untuk mendigitalkan semua buku yang pernah ada, gatot, karena terbentur hak cipta. Ini berarti, tidak semua buku dapat dibeli/ diakses di Internet.
Ke depan, dengan berbagai kelebihannya, buku analog masih tetap eksis dan tak tergantikan. Asalkan jeli melihat peluang, tren rata-rata 70% masih akan didominasi buku analog/ cetak.
***
Tulisan sebelumnya: Bahasa Tulis [5] Editor, Ragam dan Penjenjangannya
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews