Bahasa Tulis [6] Buku Analog Tetap Teratas

Ke depan, dengan berbagai kelebihannya, buku analog masih tetap eksis dan tak tergantikan. Asalkan jeli melihat peluang, tren rata-rata 70% masih akan didominasi buku analog/ cetak.

Kamis, 2 Juli 2020 | 06:23 WIB
0
232
Bahasa Tulis [6] Buku Analog Tetap Teratas
Ilustrasi membaca buku (Foto: seruni.id)

Tidak setiap 5 tahun sekali terbit buku fenomenal semacam Harry Potter (1997) atau setidaknya sekelas Da Vinci Code-nya Dan Brown (2003). Yang terjual menembus bilangan angka ratusan juta eksemplar.

Jujur, data membuktikan hal ini. Hanya buku analog yang menembus ratusan juta kopi dalam sejarah perbukuan dunia, pada sepanjang era. Meski digadang-gadang sebagai “era digital”, nyatanya, era itu belum berbanding lurus dengan penjualan buku-buku elektronok alias e-book.

“Print book sales are increasing as ebook sales drop,” tulis Angela Hoy, publisher of WritersWeekly.com. Ia merujuk pada data yang disampaikan pada September 2015, Hachette Book Group CEO Michael Pietsch dari WSJ. Hal sama diperteguh penjualan buku Kindle.

Hasil penelitian menunjukkan. tren penjualan buku analog dari tahun 2015-2015 malah naik 2%. Tidak terbukti nujum para ekonom yang meramalkan: era paperless telah tiba, memangsa segala amcam industri berbasiskan kertas. Untuk industri koran, hal itu benar adanya. Tetapi untuk buku --setidaknya hingga saat ini-- masih meleset.

Tepatlah olok-olok kepada para ekonom-peramal. "An economist predicts that tomorrow will happen not as he/she predict" (Seorang ekonom adalah dia yang meramalkan bahwa yang terjadi esok tidak seperti yang diramalkannya."

Kemelesetan ramalan itu, antara lain karena mengabaikan bahwa buku bukan sekadar kertas yang ditintai dan dijilid. Yang sekali baca, selesai. Lalu jadi bungkus kacang.

Keunggulan buku yang tidak tergantikan:
1) Mengikat ilmu pengetahuan.
2) Sistematis dan detail.
3) Tahan lama.
4) Mudah dibawa dan dibaca.
5) Life-style
6) Produk budaya.
7) Alat/ media pendidikan paling mustajab (menurut Ensiklopedi Indonesia).
8) Terdisplay yang mencerminkan siapa pembaca/ pemilik/ kolektornya.
9) Gagalnya proyek Guttenberg untuk mendigitalkan semua buku yang pernah ada, gatot, karena terbentur hak cipta. Ini berarti, tidak semua buku dapat dibeli/ diakses di Internet.

Ke depan, dengan berbagai kelebihannya, buku analog masih tetap eksis dan tak tergantikan. Asalkan jeli melihat peluang, tren rata-rata 70% masih akan didominasi buku analog/ cetak. 

***

Tulisan sebelumnya: Bahasa Tulis [5] Editor, Ragam dan Penjenjangannya