Manokwari menunjukkan gejolak yang luar biasa, massa turun ke jalan karena memprotes aksi intimidasi, penangkapan dan cacian terhadap Mahasiswa Asal Papua yang sedang kuliah di Surabaya dan Malang.
Kemarahan massa ditandai dengan memblokade jalan raya, membakar ban sehingga akses jalan sulit dilewati.
Aparat Gabungan TNI dan Polri bernegosiasi dengan massa agar kerusuhan tidak meluas. Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan bahwa situasi di Manokwari masih dalam kendali aparat dan status kemanan belum berubah.
Dedi berpendapat bahwa aksi massa di Manokwari tersebut dilatarbelakangi oleh munculnya informasi provokatif melalui media sosial terkait peristiwa di Surabaya dan Malang, namun kenyataannya situasi di dua wilayah di Jawa Timur tersebut telah kondusif.
Unit Siber Bareskrim Polri akan memprofilkan akun – akun media sosial yang diduga menyebarkan konten provokatif. Apabila akun anonim tersebut terbukti melakukan provokasi, maka polisi akan menindak si pemilik akun tersebut.
Pada kesempatan yang lain, massa di Jayapura juga turut menggelar aksi turun ke jalan, namun Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan bahwa situasi di Jayapura masih terkendali.
Amarah masyarakat Papua terbakar karena dicaci – maki oleh Ormas di Surabaya, Polisi juga memaksa masuk ke asrama tersebut setelah sebelumnya melancarkan gas air mata. Mahasiswa asal Papua tersebut kemudian diamankan ke Mapolres Surabaya untuk diperiksa terkait dugaan perusakan bendera yang diadukan ke pihak kepolisian pada 16 Agustus 2019.
Kapolri Tito Karnavian juga mengatakan ada akun – akun medsos yang menyebar hoaks perihal peristiwa di Surabaya. Hal tersebut lantas membuat masyarakat Papua Khususnya di Manokwari Marah.
Masyarakat tentu jangan mudah terprovokasi atau latah menyebarkan konten provokatif di media sosial yang dinilai dapat menyudutkan masyarakat Papua secara umum.
Konten povokatif tersebut jelas akan menjadi percikan api bagi wilayah – wilayah yang sebenarnya bisa dikondusifkan. Namun karena sudah terlanjut menyebar dan menyulut kemarahan, mereka pun lantas turun ke jalan dan melakukan blokade jalan.
Padahal kenyataannya situasi di lapangan saat ini tidak semencekam yang digambarkan di media sosial.
Sementara itu, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Mabes Polri telah menemukan sejumlah akun yang diduga sebagai akun yang menyebarkan konten – konten provokatif sebagai pemicu kerusuhan di Papua. Akun tersebut menyebarkan konten provokatif tersebut di Facebook dan Youtube.
Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, bahwa akun – akun tersebut tengah ditelisik Ditpidsiber Bareskrim Polri. Jika pemilik asli akun tersebut diketahui, maka akan langsung ditindak.
Dedi memastikan bahwa akun yang memposting konten provokatif yang menyebar di Facebook berbeda dengan di Youtube. Apakah pemilik akun itu sama atau orang yang berbeda.
Dari sini kita tentu bisa menilai bahwa pemberitaan provokatif di sosial media ternyata berbuntut panjang. Tidak hanya melakukan demo, tetapi massa d Papua membakar gedung DPRD. Aksi menjalar di Jayapura dan Sorong, Papua.
Sementara itu, untuk menjadikan suasana lebih kondusif, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan menggelar silaturahmi dengan sejumlah tokoh Papua di Surabaya. Acara tersebut dikemas santai dengan bincang – bincang dan ngopi bersama di rumah dinas Kapolda.
Pertemuan ini tentu diharapkan dapat menjadi penyejuk dan langkah konkrit ipemerintah dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Dalam pertemuan tersebtu, hadir pula Gubernur Jawa Timur Khofifah – Emil, tokoh agama dan ormas, serta beberapa pengurus Ikatan Keluarga Besar Papua di Surabaya.
Pada kesempatan tersebut, Khofifah mengatakan bahwa persaudaraan merupakan bagian dari penguat NKRI. Selama ini Jawa Timur telah membangun harmoni dengan rumpun manapun, termasuk dengan rumpun Papua.
Sementara itu, Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya, Piter Frans, menyambut gembira atas diselenggarakannya forum silaturahim tersebut. Dia berharap agar pertemuan tersebut dapat meredam gejolak yang terjadi sejak pagi.
Ia juga mengatakan kepada Kapolda dan Gubernur Khofifah secara langsung, dimana ia menitipkan warga Papua semua di Surabaya dan Jawa Timur. Ia juga ingin belajar dan bekerja seperti biasa.
Akan cukup bijak kiranya ketika kita menemukan konten provokatif di sosmed untuk tidak menyebarkannya, cukuplah berhenti di pandangan kita dan kontrol jemari kita untuk tidak terjebak dalam konspirasi provokasi yang ada.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews