Somad nampaknya sedang menunggu perkembangan kasusnya di tanah air, terutama sikap polisi menindaklanjuti pelaporan atas dirinya.
Somad dipolisikan oleh Brigade Meo Nusa Tenggara Timur karena pernyataannya soal jin kafir disalib yang dianggap sebagai pelecehan agama Kristen. Tausiyah dobol itu tersebar viral dan kononnya diambil dari instagram @kajiaustadabdulsomad.
Bisakah Somad diseret ke meja hijau dan dipenjara? Apakah dia bisa disamakan dengan kasus Ahok. Mari kita lihat satu persatu.
1. WILAYAH PUBLIK VS PRIVAT
Ada yang bilang ngaconya Somad soal salib tidak bisa dikatakan sebagai pelecehan Kristen karena diungkapkan di depan kalangan yang seluruhnya Muslim. Beda dengan Ahok yang pernyataannya soal Al Maidah 51 diutarakan di depan publik.
Jadi Somad tidak bersalah. Yang bersalah adalah tim media penceramah itu yang secara sengaja mengantarkan pernyataan di wilayah privat ke wilayah publik lewat instagram. Disitu jelas-jelas mengundang khalayak untuk like and subscribe.
2. SIKAP POLISI
Kasus Somad soal salib sangat sensitif mengingat dia punya pengaruh besar di kalangan Muslim.
Ada jutaan pengikut yang pastinya akan bereaksi jika Somad diperiksa. Apalagi diadili dan di penjara.
Kalangan fanatik Somad akan membela penceramah ini dengan segala cara, termasuk lewat lobbi-lobbi tingkat tinggi.
Karena itu, agaknya polisi menunggu untuk sementara waktu. Memantau keadaan dan jika reda sungguhlah mereka lega.
Masalahnya eskalasi kasus Somad akan sangat rawan memicu kerawanan sosial. Yang bukannya tidak mungkin akan memicu konflik horizontal.
3. SIKAP KELOMPOK KRISTEN
Seluruh organisasi Kristen mengecam dan menyayangkan ucapan Somad yang melecehkan agama dan keyakinan mereka. Namun tidak satupun yang melaporkan ucapan Somad menjadi kasus hukum
.
Ini beda dengan MUI yang serta merta terlibat dalam menjadikan pernyataan Ahok ke tanah hukum. Juga kasus Otto Rajasa atau pendeta Saifuddin yang mendapatkan dukungan organisasi Islam.
Kalangan pemuka Kristen agaknya paham bahwa kasus Somad berbeda dengan Ahok atau Saifuddin. Keduanya orang Kristen dituduh menghina orang Islam di wilayah publik. Sementara Somad menghina Kristen di wilayah privat. Perlu pembuktian kuat bahwa ucapan Somad adalah pelecehan agama meski itu dilontarkan pada wilayah privat.
Disisi lain, jika organisasi Kristen menempuh jalur hukum maka yang terjadi adalah rusaknya kerukunan beragama yang susah payah didirikan.
Di kalangan akar rumput, sangat bisa jadi terjadi aksi protes dan bahkan perusakan gereja. Sehingga umat Kristen tidak tenang beribadah.
Dan akan juga muncul banyak video soal pendeta yang melecehkan Islam dalam kotbah Minggunya di wilayah privat.
Saya sudah punya video clip pendeta itu, tapi tidak akan saya sebarkan karena hanya akan menimbulkan kekacauan meski postingan saya mungkin bakal viral. Dan yang sudah punya sebaiknya jangan posting video clip itu.
Karena itu, saya pandang adalah sebuah keputusan bijak pemuka Kristiani dalam menyikapi pernyataan Somad.
Mengecam tapi sekaligus menghimbau agar umat Kristiani tidak melakukan manuver segila sekelompok Muslim menghujat Ahok.
Sekaligus secara implisit mereka ingin mengatakan bahwa reaksi umat Kristen beda kelas dengan umat Muslim garis kaleng-kaleng.
5. PANDANGAN MUSLIM SOAL SOMAD
Meski dipandang ulama, kelompok Muslim moderat yang jumlahnya mayoritas memandang dia tidak lebih sebagai penceramah. Meski pengikutnya jutaan, pangkatnya tidak naik cuma berhenti pada sebutan ustad. Tidak pernah disebut kiyai.
Baca Juga: Ustad Abdul Somad dan Perkataannya yang Menghebohkan Umat Kristiani
Kalangan kiyai sepuh NU memberi gelar Syaikh ketika Somad sowan ke aneka pesantren Jawa Timur. Tujuannya supaya Somad tobat untuk terus jaga NKRI dan jangan lagi menyampaikan materi dakwah yang memecah belah.
Kawan NU disana mengatakan bahwa kiyai sepuh itu sudah tahu maksud Somad bersilaturahmi.
Karenanya ketika dia datang, konon salah satu kiyai sepuh menerimanya ditempat dimana beliau menerima tamu dari kalangan biasa. Bukan tempat menerima tamu yang dipandang sang kiyai sebagai " tamu yang harus di hormati dan diperlakukan khusus. "
Dan dugaan kawan NU memang terbukti, Somad sowan ke kiyai sepuh NU cuma basa-basi. Cuma mau cari cantelan.
Somad kemudian dianggap melakukan blunder ketika dengan yakinnya dia menyampaikan ke Prabowo bahwa berdasarkan mimpi, Somad yakin Prabowo jadi presiden lengkap dengan segala do'anya.
Publik tidak tahu siapa yang mendorong Somad berbuat seperti itu namun yang jelas dia nampak kecewa berat mendapati Prabowo kalah telak, meski dia sudah berbuat maksimal.
6. BAGAIMANA NASIB SOMAD
Sejak bulan Juli 2019, Somad diberitakan tidak berada di Indonesia. Dia berada di Khartoum Sudan mengambil gelar doktoral di sana. Dia akan berada disana selama tiga tahun.
Dipastikan dia sudah mendapat berita tentang kecaman meluas soalnya pernyataan dia soal salib. Dia nampaknya sedang menunggu perkembangan kasusnya di tanah air, terutama sikap polisi menindaklanjuti pelaporan atas dirinya.
Dia akan minta maaf jika eskalasi terus tinggi.
Atau akan berada di Sudan selamanya mengikuti jejak Rijik yang melarikan diri karena takut terjerat kasus jika balik ke tanah air.
Atau sampai pada kondisi tertentu yang membuat Somad yakin dia akan aman jika kembali lagi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews