Inisiatif Kementerian Agama meluncurkan sertifikat HALAL ini jelas sebuah terobosan penting dan harus diberi dukungan. Harus kita dukung.
Seru ya... perdebatan netizen perihal lambang "Halal"/ حلال baru keluaran Kementerian Agama. Saya ditanya.. menurutmu gimana, Tulz?
Saya tahu pertanyaan ini ditujukan kepada saya dalam konteks desain. Ya, karena saya orang yang berkecimpung di dunia kreatif dan desain, bukan ahli agama, ustad, apalagi ulama.
Menurut saya, saya lebih suka logo Halal menggunakan tulisan arab: حلال. Kenapa? karena tulisan arab barusan sudah menjadi simbol universal atau logogram.
Rasanya semua orang di Indonesia... jangan-jangan se-dunia, sudah mengenal simbol حلال sebagai label atau penanda makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi orang Islam. Simbol barusan banyak saya temui di banyak negara tentunya.
Jadi, kenapa tidak menggunakan "simbol" yang sudah umum saja? Perihal frame-nya sih terserah lah, mau pakai ornamen gunungan, segi-lima ala TNI, padi-kapas atau apa pun sih bebas. Selama yang muncul sebagai penanda utamanya ya tulisan arab, atau simbol حلال itu saja.
Jadi pertimbangan saya bukan beda atau tidak beda, lalu ada yang menjelaskan pemaknaannya dalam kaidah bahasa Arab, ada juga yang menjelaskan bahwa keragaman ini biasa digunakan di banyak negara dan seterusnya. Ya itu semua betul... makanya saya hanya bisa kasih pandangan dari aspek desain dan kemudahan dibaca oleh publik saja koq.
Di luar itu?
Ah, jelas inisiatif Kementerian Agama meluncurkan sertifikat HALAL ini jelas sebuah terobosan penting dan harus diberi dukungan. Harus kita dukung... kenapa?
Menurut saya karena, kalau hanya mengandalkan sertifikasi HALAL dari MUI, kasihan mereka pengajuan yang masuk banyak sekali sementara mereka nampak kewalahan. Akhirnya proses sertifikasi halal bagi UMKM bisa lama sekali. Kalau gak ada sertfikasi HALAL-nya maka si UMKM susah berjualannya.
Jadi, saya sangat mendukung dengan sertfikasi HALAL dari Kemenag.. Semoga menjadi manfaat bagi banyak pihak.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews