Apa yang Salah dari Ceramah Ustadzah Oki yang Dianggap Menormalkan KDRT?

Jika benar-benar gak bisa menahan amarah, aku lebih memilih tembok yang kupukuli sampai puas sekedar untuk melampiaskan amarahku.

Jumat, 4 Februari 2022 | 14:16 WIB
0
488
Apa yang Salah dari Ceramah Ustadzah Oki yang Dianggap Menormalkan KDRT?
Oki Setiana Dewi (Foto: okezone.com)

Gak ada!

Yang ada, poin utama yang hendak disampaikan oleh Ustadzah Oki Setiana Dewi semakin jauh, semakin kabur, akibat ulah sebagian netizen yang menuduhnya menormalkan KDRT. Padahal beliau samasekali tidak bermaksud atau tidak ada ucapan beliau yang menyatakan bahwa KDRT itu hal yang normal atau biasa saja.

Terlepas dari kesengajaan atau tidak, ceramahnya tersebut diplintir atau terplintir sedemikian rupa. Bak bola salju, tuduhan yang sifatnya fitnah hingga hujatanpun semakin bertubi-tubi kepadanya.

Klip video tersebut berasal dari salah satu ceramahnya yang diunggah ke YouTube 20 Maret 2019 dengan durasi yang lebih panjang. Kemungkinan kisah itu berasal dari ceramah Ustad Syafiq Riza Basalamah yang diunggah ke Youtube pada 1 Desember 2016.

Inti kisahnya adalah kesabaran seorang istri dalam menjaga keutuhan rumah tangganya.

Ketika ia ditampar, ia menyadari bahwa suaminya sedang dikuasai amarah, BUKAN karena kebiasaan suaminya. Apalagi suaminya tersadar dan kagum dengan kesabaran istrinya sehingga ia jadi semakin sayang kepada istrinya tersebut.

Ustadzah Oki hendak menyampaikan bahwa istri (maupun suami) sebaiknya jangan gampang sekali menceritakan permasalahan dalam suatu rumah tangga kepada orang lain apalagi ke medsos.

Nah, ketika kekerasan sering terjadi dalam rumah tangga, menjadi sebuah kebiasaan sang suami atau sang istri, yang benar-benar bisa membahayakan kesehatan apalagi jiwanya, maka melaporkannya kepada pihak yang berwajib adalah wajib.

Janganlah terlalu picik memaknai KDRT sehingga dikit-dikit lapor polisi, sehingga perselingkuhan mudah terjadi, sehingga perceraian kerap terjadi.

Janganlah mudah latah sehingga rentan terjebak fitnah. Silahkan, sah-sah saja menghakimi seseorang dengan penghakiman yang argumentatif berdasarkan fakta dan logika setelah mengetahui permasalahannya secara utuh.

Bagi yang sudah berumahtangga, apalagi yang sudah pada usia lanjut, tentunya memahami benar bahwa banyak rintangan yang harus mereka lalui, termasuk adanya kekerasan fisik maupun psikis yang dalam batasan tertentu, masih dalam batas kesabaran, demi keutuhan dan kebaikan sebuah rumah tangga.

Bukan berarti aku mendukung KDRT, anti malah. Bagiku, musyawarah yang argumentatif yang paling utama. Semarah-marahnya aku, teramat sangat jarang sekali terjadi, aku gak mau menampar apalagi memukul istriku. Jika benar-benar gak bisa menahan amarah, aku lebih memilih tembok yang kupukuli sampai puas sekedar untuk melampiaskan amarahku.

[- Rahmad Agus Koto -]

Berikut ini isi lengkap ceramah Ustadzah Oki Setiana Dewi tersebut.

'Rumah tanggaku ya Allah, sedih.' Di depan orang banyak, 'Alhamdulillah baik. Doain ya sakinnah, mawaddah, wa rahmah. Suamiku tuh baik luar biasa,' tapi di sepertiga malam, 'Ya Allah sedih rumah tanggaku ya Allah.' Gitu Bu harusnya.

Ini kalau terjadi permasalahan rumah tangga curhat ke orang lain atau curhat di social media, dikit-dikit posting. Tapi yang udah sepuh-sepuh sih alhamdulillah nggak ada social media, bagus juga nggak gaul di social media.

Karena kalau zaman sekarang punya sosmed dikit, kasih cerita di sosmed, bikin status-status di sosmed, dibaca sama seluruh orang di dunia ini. Ya Allah ternyata rumah tangganya lagi berantakan.

Akhirnya ada laki-laki yang baca, 'Oh rumah tangganya lagi berantakan, aku pepetin ah.' Kesempatan 'Aku ini laki-laki ku tunggu jandamu. Dari dia gadis ku tunggu jandamu. Dia lagi ada problem aku pepetin ah.' Membuka pintu setan, buka-buka rahasia rumah tangga, membuka aib orang lain, atau aib suami sendiri. Buat apa?

Ada sebuah kisah nyata di Jeddah. Suami istri lagi bertengkar, suaminya marah luar biasa pada sang istri dipukullah wajah istri. Kemudian istrinya menangis, tiba-tiba terdengar bel pintu rumah berbunyi. Ketika istrinya membuka dalam keadaan sembab matanya, ternyata ibunya sang istri. Suaminya dari kejauhan deg-degan, ya Allah istriku ini pasti ngadu sama mertuaku ini bahwa tadi baru dipukul.

Orang tuanya tanya pada si perempuan ini, 'Anakku kenapa kok kamu menangis matanya sembab begitu kenapa?' Istrinya mengatakan, 'Ibu Ayah ya Allah aku tadi berdoa sama Allah. Aku rindu sama Ibu sama Ayah karena sudah lama nggak ketemu. Aku menangis karena rindu sama Ibu sama Ayah eh tahunya Allah langsung menjawab doa aku. Aku semakin terharu jadi aku menangis aku rindu sama Ibu sama Bapak, bahagia bisa ketemu sama Ibu sama Bapak.'

Suaminya dari kejauhan, 'Ya Allah ini istri.' Padahal bisa loh istrinya ngadu sama orang tuanya itu. Aku baru dipukul, ada KDRT, kekerasan dalam rumah tangga.

Kan kalau perempuan kadang-kadang suka lebay ceritanya, nggak sesuai kenyataan, dilebih-lebihkan gitu. orang kalau lagi marah, sakit hati biasanya ceritanya suka dilebih-lebihkan. Tapi sang istri mengatakan, 'Ya Allah aku tuh menangis karena rindu sama Bapak sama ibu.' Suaminya luluh hatinya, 'Istriku itu masyaallah menyimpan aibku sendiri ya Allah luar biasa.' Makin sayang dan cinta sumi tersebut.

Makanya kalau kita berantem suami istri, khususnya pernikahan muda, dikit-dikit ngadu sama orang tua. Orang tuanya kesel, eh kita sudah buat anak lagi sama suami kita, sudah baik lagi sama suami kita, orang tua masih sebel kita sudah harmonis lagi sama suami kita. Jadi tidak perlulah cerita-cerita yang sekiranya membuat kita menjelek-jelekkan suami kita sendiri.

***