Anak-anak ini sadar bila sedang dimanfaatkan oleh politikus busuk. Syukurlah generasi muda bangsa ini cepat sadar bila sedang dibawa ke jurang kerusakan.
Siang tadi dihubungi Radio KBR Jakarta. Ingin minta pendapat terkait maraknya demonstrasi akhir-akhir ini. Demo penolakan Undang-Undang Cipta Kerja atau UUCK. Ada tiga hal yang ditanyakan.
Sebelum demonstrasi, apakah demonstran atau orang yang protes UUCK sudah membaca RUU setebal lebih dari 900 halaman? Hampir setara dengan 2 rim kertas. Benar-benar dibaca pasal demi pasal dan ayat demi ayat.
Demonstrasi itu hukum aksi - reaksi. Aksi dilakukan dengan mempelajari RUU. Jadi, orang yang mau protes itu aktif mempelajari UUCK. Benar-benar ditelaah dan atau dikaji. Jadi, masyarakat itu diedukasi lewat koridor yang benar.
Bila ada temuan yang jadi indikasi merugikan masyarakat, silakan protes. Protes secara proporsional dan cerdas. Bukan asal protes karena diajak temen dengan iming-iming tertentu. Jadi, protes atau demonstrasi merupakan reaksi masyarakat atas kebijakan yang lahir dari kesadaran sendiri. Kalau belum mempelajari UUCK, apanya yang mau diprotes?
Jika ditemukan potensi merugikan masyarakat, silakan salurkan lewat jalurnya. Tempuh lewat judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Yakinlah bahwa hakim agung akan memberikan keputusan yang tepat dan benar.
Indonesia tidak mengenal partai oposisi. UU bisa lahir dari inisiatif pemerintah dan DPR. Pemerintah adalah lembaga pelaksana UU atau eksekutif. DPR merupakan lembaga pembuat UU atau legislatif. Jadi, jangan salahkan pemerintah jika RUU sudah diputuskan DPR karena tugas pemerintah memang melaksanakan isi UU.
Penyaluran aspirasi lewat demonstrasi memang tak dilarang. Namun, demonstrasi sering berujung tindakan anarkis dan destruktif alias merusak. Puluhan tahun dibangun dengan uang rakyat triliunan sering dirusak. Apa coba untungnya demonstrasi yang anarkis itu?
Salurkan saja aspirasi itu lewat JR ke MK. Kawal bersama-sama. Tekan lewat petisi. Adakan kajian-kajian ilmiah. Libatkan pakar sesuai bidangnya. Itu baru orang cerdas yang tak bisa dirayu dengan imbalan rupiah. Murni gerakan moral untuk mewujudkan masyarakat yang beradab.
Pertanyaan terakhir tentang adanya gerakan pembangkangan nasional. Jelas itu ajakan bodoh yang ingin merobohkan bangsa dan negara. Jelas sekali dimana-mana sedang digalakkan pembangunan, la kok ada oknum (mudah-mudahan tak banyak) mengajak boikot bayar pajak.
Wah, menurut saya, ini sudah termasuk tindakan menghasut, bahkan subversif. Sebuah ajakan yang sangat tercela dan perlu ditindak karena bisa berdampak amat buruk. Aparat jelas perlu bertindak bila benar adanya gerakan macam ini.
Secara pribadi, saya bangga dengan anak-anakku SMA dan SMK di Jawa Tengah ini. Tadi tersiar kabar, mereka protes atas upaya mobilisasi para remaja dalam kegiatan unjuk rasa. Anak-anak ini sadar bila sedang dimanfaatkan oleh politikus busuk. Syukurlah generasi muda bangsa ini cepat sadar bila sedang dibawa ke jurang kerusakan. Ini baru generasi Indonesia Emas. Jos gandhozzzz....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews