Nuzulul Quran ini seharusnya kita jadikan momen untuk berefleksi diri. Sudahkah kita melakukan membaca dan menulis dalam keseharian kita? Atau kita lebih sering melompati proses penting ini?
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam ketujuhbelas. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.
Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.
Malam ketujuhbelas di bulan Ramadan merupakan malam yang spesial bagi umat Islam. Pada malam ini, di Gua Hira, untuk pertama kalinya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam menerima wahyu dari Allah. Melalui perantara malaikat Jibril, lima ayat pertama dari Alquran diturunkan ke bumi.
Wahyu pertama yang turun adalah Surah Al-Alaq ayat 1-5. Lima ayat ini menarik, selain karena merupakan wahyu pertama yang turun, juga karena makna yang terkandung di dalamnya.
Iqra’ bismirabbikal ladzi khalaq. Khalaqal insana min ‘alaq. Iqra’ wa rabbukal akram. Alladzi ‘allama bil qalam. ‘Allamal insana ma lam ya’lam.
Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan perantara pena. Dia mengajar manusia apa-apa yang tidak ia ketahui.
Jika kita perhatikan, perintah pertama yang turun bukanlah perintah untuk menyebarkan dakwah. Bukan perintah untuk berbicara. Namun perintah untuk MEMBACA. Secara mudah, sebelum masuk ke yang lainnya, BACA DULU.
Setelah membaca, disebutkan bahwa Allah mengajar pengetahuan kepada hamba-Nya dengan perantara pena. Sudah jelas maksudnya, setelah membaca, ya kita MENULIS. Membaca dan menulis merupakan proses penting dalam belajar, sedangkan kita tahu bahwa orang Islam itu harus belajar sepanjang hayat dan berpikir kritis.
Tahap pertama belajar, kita membaca. Kita membaca buku, jurnal, berita, dan berbagai sumber belajar lainnya. Membaca itu tidak sekadar mengeja huruf, mengeja kata. Dalam kita membaca, kita melakukan proses berpikir kritis, mencari informasi-informasi yang kita butuhkan dalam bacaan yang kita baca, memilah informasi mana yang benar atau salah, penting atau tidak.
Selanjutnya, kita menulis. Ini yang sering terlupakan. Dalam proses kita belajar, menulis itu penting. Kita menuliskan catatan yang penting dari apa yang kita pelajari, untuk meningkatkan retensi daya ingat kita. Dengan menulis kita bisa menentukan mana informasi yang penting, butuh penekanan lebih, mana informasi yang menghubungkan satu dengan lainnya.
Dalam perkembangannya, kita tidak hanya menulis untuk mencatat apa yang kita baca. Melalui proses berpikir kritis saat membaca, kita bisa menyintesis informasi baru. Informasi baru ini kemudian selain kita tuliskan dalam bentuk catatan belajar, bisa kita kembangkan lebih lanjut menjadi berbagai jenis tulisan. Mulai dari tulisan opini, artikel populer, hingga artikel ilmiah dalam jurnal.
Yang perlu kita perhatikan, urutannya adalah membaca dulu lalu menulis. Artinya, ketika kita menulis, tulisan kita haruslah memiliki dasar. Menulis saja harus memiliki dasar, apalagi berbicara. Ini penting juga ketika kita menelaah informasi bacaan, ketika bacaan itu tidak memiliki dasar yang jelas, maka itu berarti penulisnya asal nulis, tidak melalui proses membaca dan menelaah informasi.
Nuzulul Quran ini seharusnya kita jadikan momen untuk berefleksi diri. Sudahkah kita melakukan membaca dan menulis dalam keseharian kita? Atau kita lebih sering melompati proses penting ini?
Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews