Kita juga harus percaya diri menggunakan bahasa Indonesia. Jangan malu untuk berbahasa Indonesia karena kita tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Kita sudah mengenal bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia. Tetapi mengapa kita masih belum percaya diri untuk menggunakan bahasa Indonesia, padahal sebenarnya tidak ada salahnya jika kita menggunakan bahasa Indonesia untuk berbicara dengan seseorang. Memang pada era globalisasi sudah mulai masuk bahasa asing diantaranya bahasa inggris, bahasa korea, dan sebagainya, namun kita harus sadari bahwa kita warga negara Indonesia tidak boleh mencampur aduk bahasa- bahasa yang kita gunakan agar bahasa Indonesia tetap lestari sebagai bahasa persatuan kita.
Bagaimana cara agar bahasa Indonesia tetap lestari sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia? Sejak kita masih kecil pasti sudah diajar oleh orang tua kita untuk berbahasa daerah di tempat lahir masing-masing. Namun di luar itu, kita juga pasti diajari berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar meskipun kadang-kadang kita salah mengucapkan tetapi orang tua masih terus melatih kita untuk berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar hingga kita bisa. Itulah salah satu contoh cara melestarikan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh orang tua kepada anak.
Kita juga sebagai bangsa Indonesia harus tetap melestarikan bahasa Indonesia. Jangan sampai kita yang menjadi penerus bangsa Indonesia justru tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena di era globalisasi sekarang ini, sudah sangat banyak yang mencampur aduk bahasa-bahasa asing di luar sana. Kita boleh menggunakan bahasa luar tetapi jangan sampai melupakan bahasa persatuan kita yakni bahasa Indonesia.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahasa Indonesia resmi sebagai bahasa pemersatu pada 28 Oktober 1928 dan juga resmi dalam pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus. Bahasa Indonesia baku digunakan untuk keperluan penulisan buku,surat kabar, siaran berita televisi/radio dan sebagainya,sedangkan bahasa Indonesia yang tidak baku digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kita tidak wajib untuk menggunakan bahasa baku dalam percakapan sehari-hari namun kita sudah sseharusnya tahu membedakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak baku.
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar di tangan milenial pasti sudah sangat sulit untuk diucapkan karena sudah terpengaruh oleh bahasa-bahasa lain dari luar sana. Namun, kita tidak dapat menyalahkan perkembangan zaman seperti sekarang ini, tetapi kita sendirilah yang harus sadar bahwa kita itu lahir di Indonesia, tumbuh dan berkembang di Indonesia sudah sepantasnya kita wajib melestarikan bahasa Indonesia yakni dengan cara menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
Kita sebagai kaum milenial yang menjadi penerus bangsa nantinya, harus mengakui bahwa bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Sudah sepantasnya kita memberikan contoh atau menjadi teladan yang baik dengan menggunakan bahasa Indonesia kepada siapapun itu agar mereka juga bisa mengikuti dan mereka juga akan sadar nantinya bahwa yang kita lakukan dengan berbahasa Indonesia itu sangat baik dan bermanfaat bagi kita dan bagi bangsa Indonesia.
Kita juga harus percaya diri menggunakan bahasa Indonesia. Jangan malu untuk berbahasa Indonesia karena kita tumbuh dan berkembang di Indonesia. “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa daerah, Kuasai Bahasa Asing”.
Patricia Novianty Rura, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik Darma Cendika
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews