Mereka nggak sadar apa, merekalah yang sudah mempermalukan agamanya sendiri dengan bersikap seperti itu.
Seorang mantan istri ustad yang sudah almarhum membuka sebuah kebenaran tentang kehidupan rumah tangganya semasa ustad tersebut masih hidup.
Saya tidak tahu tujuannya apa. Karena kisah ini dibuka setelah sekian tahun.
Ternyata pengakuannya itu cukup mengejutkan publik. Almarhum ustad tersebut ternyata berpoligami juga! Itu mengejutkan! Tidak disangka!
Namun ada hal yang bikin miris lagi. Mantan istri almarhum ustad ini juga dikabarkan menikah kembali dengan seorang mantan anak band yang sudah mempunyai istri juga. Kisah yang sangat rumit.
Semasa ustad tersebut masih hidup, sering membagikan kisah bahagia mereka dengan anak-anaknya. Tidak terlihat ada kesedihan di sana.
Mereka selalu terlihat kompak dan bersenang-senang. Apakah itu asli bahagia atau hanya untuk pencitraan diri, hanya merekalah yang tau.
Yang saya soroti adalah sikap istri almarhum yang juga dipanggil ustazah. Pernikahannya kembali dengan anak band tersebut seperti pembalasan dendam akibat sakit hatinya yang juga dipoligami. Karena sudah jadi rahasia umum pernikahan rahasia mereka membuat istri pertama anak band tersebut meradang. Wajar!
Jadi, bagi orang yang sering meminta istri harus ikhlas dipoligami karena agama juga mendukung hal itu, kalian itu saya anggap teroris! Hukum agama yang berkesan egois!
Buktinya, dari kisah di atas meskipun seorang ustad sekalipun yang melakukan poligami itu, dan istrinya juga berpredikat ustazah tetap saja tidak bisa ikhlas!
Malah terkesan seperti menyimpan dendam. Karena hal tersebut terulang lagi, jadi berantai.
Contoh lain?
Ada!
Kisah ustad Kiwil dan istri-istrinya.
Jujur!
Gerah rasanya menyaksikan kisah-kisah miris tersebut. Karena identitas mereka dikenal sebagai pemuka agama. Mereka nggak sadar apa, merekalah yang sudah mempermalukan agamanya sendiri dengan bersikap seperti itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews