Ketika anak-anak muda terjerat narkoba, yang menderita itu orang tua mereka, yang harus mati-matian mencari uang tebusan, yang nilainya sangat tidak masuk akal.
Inilah fenomena unik masyarakat kita, sudah jadi rahasia umum kalau tersangkut kasus narkoba, ada harga yang harus dibayar untuk menebusnya. Bagi artis atau selebriti, atau pun pejabatnya negara, mungkin tidaklah susah, tapi kalau hal itu terjadi pada masyarakat biasa, yang buat makan sehari-hari saja susah, inilah yang menjadi masalah.
Hidup orang tuanya saja susah, tapi anaknya sehari-hari bergaul dengan narkoba. Begitu anaknya ketangkap karena kasus narkoba, maka setengah mati orang tuanya mencari uang yang nilainya bukanlah puluhan atau ratusan ribu, tapi puluhan juta harus dikeluarkan. Dan anehnya demi anak, uang itu bisa diusahakan, padahal untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja susah.
Pernah suatu ketika ART saya cerita, bahwa anaknya tersandung kasus narkoba, dan harus punya uang 30 juta untuk menebus anaknya. Sampai nangis darah pun rasanya tidak mungkin ART saya itu bisa menebus anaknya. Untungnya orang yang membuat anaknya terlibat narkoba tersebut mau mengeluarkan uang buat menebus anaknya.
Hari ini mendengar lagi kasus yang sama, dan terjadi disekitar rumah. Yang saya tahu tentang kehidupan orang-orang disekitar wilayah rumah saya, untuk memenuhi hidup sehari-hari saja setengah mati, namun naifnya anak-anaknya bergaul dengan narkoba, begitu terciduk, orang tuanya setengah mati mencari uang untuk menebus anaknya.
Kasus seperti ini terus berulang, setelah ditebus, selang berapa lama akan kembali terulang, dan hebatnya lagi orang tuanya tetap bisa menebus anaknya dari tahanan. Padahal, buat makan sehari-hari saja mencarinya setengah mati, tapi anaknya tidak tahu diri.
Yang menjadi pertanyaan, siapa sebetulnya yang menjadi objek pemerasan aparat? Kenapa bisa ditebus? Untuk apa uang tebusan tersebut? Kemana larinya uang tebusan tersebut? Lantas bagaimana dengan pemberantasan narkoba itu sendiri? Apakah akan terus dibiarkan, agar aparat terus ada objekan?
Kita pantas prihatin kalau pemberantasan narkoba ini seperti lingkaran setan, seperti halnya pemberantasan korupsi. Kita tidak sungguh-sungguh ingin memberantas narkoba. Inilah juga yang menjadi masalah bagi Badan Narkotika Nasional (BNN).
Seserius apa BNN ingin memberantas narkoba? Kalau kondisi dilapangan seperti tersebut diatas. Sejauh apa konetivitas BNN dengan Polri dalam pemberantasan narkoba? Sebagai masyarakat kita cuma bisa prihatin, kalau pemberantasan dan penanggulangan kasus narkoba 'dikelola' sedemikian rupa.
Kapolri boleh saja terus berganti, tapi kalau mentalitas aparat diapangan tidak dibenahi, maka kasus narkoba ini hanya menjadi lingkaran setan, yang berputar-putas pada lingkaran yang sama. Kalau benar-benar berniat memberantas narkoba, berantas dulu mentalitas aparat kepolisian yang masih memanfaatkan narkoba sebagai mata pencarian.
Saya hidup dilingkungan masyarakat kelas menengah ke bawah, menyaksikan penderitaan dan keseharian masyarakat pada level tersebut. Ketika anak-anak muda terjerat narkoba, yang menderita itu orang tua mereka, yang harus mati-matian mencari uang tebusan, yang nilainya sangat tidak masuk akal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews