Semoga ini dapat jadi bisnis jualan baru untuk mereka yang kreatif dan mau menolong sesama juga. Jangan mahal-mahal ya jualnya. Salam sehat dan bebas C19!
Sudah adakah made in Indonesianya?
Paling kesal kalau di toko ketemu orang yang suka dekat-dekat. Bukan apa-apa, kan sudah dibilang self distance. Apalagi terdengar suaranya berat, hidungnya digosok2 terus. Bukan menuduh dia pembawa virus. Tapi ya ga merasa nyaman saja di dekatnya.
Apalagi, ini pengalaman pribadi banget, apa perasaan saya saja, pernah lho saya merasa diikuti perempuan yang batuk-batuk mulu dekat saya, kemana pun saya pergi sekeliling toko. Mana dia ga pake masker lagi, uhuk-uhuk seenaknya kemana saja. Nyebelin banget. Dibilangin supaya ditutup ke siku tangannya kalau batuk malah marah.
Jadi, berkali-kali ke toko, pertemuan dengan banyak orang tentu tak dapat dihindarkan. Dengan segala resikonya. Harus ke toko karena stok sayur, buah, dan ikan habis. Sudah seperti "berperang" dengan memakai jaket, topi, masker wajah dan sarung tangan.
Berperang lagi di dalam dengan sesama pembeli yang tak pakai pelindung apapun.
Yang bersin lah, batuk berdehem dan virus yang dikabarkan bertebaran di udara yang masih dingin di sini. Belum lagi "perang" antrian masuk dan keluar toko dengan self distance. Plus antrian kasir yang Panjang.... Sepertinya malasssss banget ke toko.
Rasanya, alat ini menolong banget untuk jaga wajah dari udara yang dipadati manusia yang tak jelas kondisi kesehatannya bagaimana. Membantu banget. Anti debu, anti uap dan embun, anti angin, dan anti ludah orang yang mungkin terlempar tak sengaja ke wajah kita.
Apa di Indonesia alat ini juga sudah banyak beredar ya?
Semoga ini dapat jadi bisnis jualan baru untuk mereka yang kreatif dan mau menolong sesama juga. Jangan mahal-mahal ya jualnya. Salam sehat dan bebas C19!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews