Film "Mahasiswi Baru" yang mulai tayang 8 Agustus 2019, seperti ingin mengatakan bahwa di dunia yang sedang berubah dengan cepat, kita harus terlatih patah hati. Caranya? Tanya Lastri...
Merasa persoalanmu sangat berat, lebih berat dari drama-drama FTV? Kosongkan jadwal pada 8 Agustus 2019. Lastri akan melatihmu terbiasa patah hati.
Betapa berat pun persoalan hidup, harus dihadapi, bukan ditinggal lari. Dan Lastri memilih menghadapi pedihnya kehilangan cucu satu-satunya yang meninggal karena kecelakaan, dengan menjadi mahasiswi di usia 70 tahun.
Maka berputarlah kisah-kisah manusia dari tiga generasi, bertemu di era serba viral. Lastri yang angkatan baby boomers, anaknya, Anna mewakili generasi X, dan teman-teman kuliah, generasi millenials.
Kisah pedih Lastri kehilangan cucu bertemu dengan Reva yang harus kuliah sambil kerja, Erfan yang ayahnya menikah dengan mantannya, Sarah yang tak bisa akur dengan ayahnya, dan Dany yang setiap detik kehidupannya diviralkan.
Monty Tiwa berhasil mengemas pedih kehidupan dalam komedi jenaka. Benar-benar seperti melihat kekonyolan diri sendiri.
Aktris gaek Widyawati yang berperan sebagai Lastri, tokoh sentral, menunjukkan kelasnya. Ia berhasil berganti karakter dengan sempurna. Marah, menangis sedih, konyol, bahkan ketika harus merayu Pak Dekan.
Tiga film terakhir Widyawati, "Mama Mama Jagoan" (2018), "Ambu" (2018), "BrideZilla" (2019, dan "Mahasiswi Baru" (2019), tampaknya semakin mengokohkan totalitas dan profesionalitasnya dalam menekuni dunia seni peran.
Film "Mahasiswi Baru" yang mulai tayang 8 Agustus 2019, seperti ingin mengatakan bahwa di dunia yang sedang berubah dengan cepat, kita harus terlatih patah hati. Caranya? Tanya Lastri...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews