Sri Mulyani tentang Garis Demarkasi Indonesia "Zaman Jahiliyah"

Indonesia banyak kehilangan posisi, lokasi-lokasi penting strategis di era Indonesia Jahiliyah. Karena pembangunan saat itu, tidak dicatat oleh pemerintah.

Selasa, 11 Juni 2019 | 08:45 WIB
0
660
Sri Mulyani tentang Garis Demarkasi Indonesia "Zaman Jahiliyah"
Sri Mulyani (Foto: Indonesia.go.id)

Garis Demarkasi Indonesia "zaman jahiliyah" adalah ketika pemerintah Republik Indonesia mulai membikin Neraca Keuangan. Yakni Neraca Keuangan Indonesia selepas krisis (1998) setelah lengsernya Soeharto....

"Ini adalah revolusinya Indonesia yang tidak dengan berdarah-darah..," kata Sri Mulyani dalam sebuah Kuliah Umum di depan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, suatu ketika.

Artinya, dari Neraca Keuangan Republik Indonesia ini terlihat jelas tak hanya berapa jumlah utang Indonesia (yang belakangan selalu disorot lawan politik untuk menyerang Jokowi), akan tetapi juga valuasi asset, kekayaan Indonesia, pemasukan Indonesia yang mengimbagi utang-utang itu....

"Banyak asset milik negara "diam diam" berpindah tangan di era 'Indonesia Zaman Jahiliyah'....," kata Sri Mulyani. 

Baca Juga: Wajar Jika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Gusar terhadap Guru

Ia memberi contoh salah satunya, di masa ia dan teman-temannya disebut 'Baby Boomers', ia banyak melihat kampus-kampus yang membangun perumahan-perumahan dosen, di atas tanah milik pemerintah tentunya.

Nah, ketika dosen ini sudah pensiun dan bahkan meninggal, perumahan di atas tanah pemerintah ini "dikuasai" oleh dosen itu dan juga keturunannnya. Tanpa ada keterangan hibah, atau apa, selain tetap tercatat di kampus bahwa tanah perumahan itu masih milik universitas....

Indonesia, menurut Sri Mulyani, banyak kehilangan kekayaan, atau assetnya seperti ini.

Semisal, ia kasih contoh Komplek Olahraga Gelora Senayan, yang meliputi lokasi Stadion olahraga serta lingkungan sekitarnya sampai ke komplek Kehutanan di Manggala Wanabhakti, Hotel Hilton (kini Hotel Sultan), Hotel Mulia, Plaza Senayan (dan hotel-hotel serta apartemen sekitarnya), sampai juga komplek studio TVRI segala.

"Itu dulu (Kawasan Olahraga Gelora Bung Karno) dibangun oleh Bung Karno, tentunya milik negara, tetapi pada perkembangannya, dengan dalih kerjasama di masa lalu, saat ini sudah banyak peruntukan olahraga di sekitar Gelora Senayan itu sudah punya titel sendiri...," dan bukan menjadi milik pemerintah. Dikuasai siapa? Entahlah....

Indonesia banyak kehilangan posisi, lokasi-lokasi penting strategis di era Indonesia Jahiliyah. Karena pembangunan saat itu, tidak dicatat oleh pemerintah.

Ada kalanya (pada masa jahiliyah Indonesia itu), menteri ingin menjual tanah? Ya dijual saja. Tidak ada catatan.....

***

Jimmy S. Harianto