Senin kemarin sidang lagi: apakah Sabrina Meng bisa dibebaskan. Dengan jaminan. Rp10 miliar. Atau harus tetap ditahan. Bahkan diekstradisi ke Amerika Serikat.
Kemarin itu pengacara Sabrina menambahkan jaminan: biaya penjagaan ditanggung Huawei. Agar Sabrina tidak lari. Penjagaan itu diusulkan seperti ini: dilakukan oleh perusahaan keamanan swasta. Yang mahal. Dan terpercaya. Dengan biaya dari Huawei.
Dengan demikian tidak ada lagi alasan pokok: melarikan diri. Tapi Canada merasa itu wewenang penegak hukum. Yang pemerintah Canada tidak bisa mencampurinya.
Saat saya menulis naskah ini sidang pengadilan itu belum dimulai. Di sini memang sudah Senin. Di sana masih Minggu malam. Di Vancouver itu, Canada.
Desakan untuk membebaskan Sabrina datang dari mana-mana. Sabrina, anak pendiri Huawei, Ren Zhengfei. Dari istri pertama: Meng Jun. Sabrina juga direktur keuangan grup Huawei. Juga wakil bos besar.
Pemerintah Tiongkok sampai mengancam: kalau Canada tidak membebaskannya ada konsekwensinya.
Bahkan polisi juga memeriksa dua rumah Sabrina. Yang di Vancouver. Apakah terjadi pelanggaran: perizinan, penggunaan tanah, cara pembeliannya dulu dan pajak-pajaknya.
Media sosial juga ramai: Sabrina memiliki 6 paspor. Dengan nada yang sangat memojokkan. Tapi pemerintah Hongkong menegaskan: itu tidak mungkin.
Memang Sabrina memiliki paspor yang tidak umum. Kodenya KJ. Masyarakat umum hanya tahu: kode paspor itu K. Atau J. Kok paspor Sabrina berkode KJ.
Namun itu ada alasan legalnya. Sabrina perlu paspor yang tebal: berisi 48 halaman. Sedang paspor biasa, seperti paspor saya, hanya berisi 32 halaman.
Sabrina memang seperti kipas angin: muter terus. Dari satu negara ke benua lain. Kalau paspornya hanya 32 halaman payah: tiap dua bulan harus minta paspor baru.
Pernah, Sabrina ke Amerika begitu sering: 33 kali dalam tiga tahun. Antara 2014-2017. Lalu tidak ke Amerika lagi selama tahun 2018. Sudah merasa akan ditangkap. Sejak ada kabar Amerika sedang mencurigai Huawei: berdagang dengan negara Islam Iran. Yang lagi diberi sanksi oleh Amerika.
Bisa juga itu karena menyebab lain: paspor-paspor lama Sabrina tetap harus dibawa. Biar pun sudah penuh stempel. Mengapa?
Karena di paspor lama itulah: terdapat visa untuk masuk ke negara lain. Paspornya memang sudah tewas tapi visanya masih hidup.
Saya juga tidak bisa pergi hanya membawa 1 paspor. Karena masih ada visa negara lain di paspor lama. Apalagi Sabrina: yang sudah seperti warga dunia.
Saya juga pernah punya teman Italia. Hampir setiap hari pindah negara. Baru tiba kembali ke negaranya setelah setahun. Begitu lagi tahun berikutnya. Ia pemilik perusahaan global Italia.
Saya tentu tidak tahu mana yang benar. Sabrina hahaha tidak pernah lapor saya. Mungkin takut kalau saya melirik adik tirinya: Annabel. Yang saya tidak kuat melihat kecantikannya.
Yang jelas penahanan Sabrina ini hebohnya bukan main. Bisa menyulut rasa nasionalisme di Tiongkok yang lebih luas.
Vendor-vendor Huawei sudah bergerak. Ada vendor yang terang-terangan: melarang karyawannya membeli iPhone. Handphone produksi Amerika itu. Yang dikalahkan Huawei tahun lalu.
Karyawan yang membeli iPhone dijatuhi sanksi keras. Dipotong gaji. Sebesar harga handphone-nya. Nama vendor itu: MenPed. Pabrik pembuat layar LCD. Yang dipakai di HP Huawei.
Apalagi karyawan Huawei. Memberi dukungan penuh pada Sabrina.
Rasanya hanya Huawei di dunia ini: perusahaan yang hampir semua sahamnya dimiliki karyawan. Boss besarnya hanya memiliki sekitar 2 persen: Ren Zhengfei. Padahal Ren juga pemilik idenya, pendirinya dan panglima tertingginya.
Pola ini tidak mungkin terjadi di negara kapitalis.
Dengan sekitar 2 persen itu saja Ren Zhengfei sudah punya kekayaan Rp 300 triliun. Saking besarnya Huawei.
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews