Pesta olahraga terbesar di Benua Asia, Asian Games 2018 telah berakhir. Gelaran yang berpusat di Jakarta dan Palembang, serta beberapa tempat di Jawa Barat dan Banten ini menyisahkan kenangan yang tak bisa dilupakan.
Adalah Joko Widodo (Jokowi) tak bosan-bosannya memastikan pentas olahraga ini bisa sukses di adakan di Indonesia. Seakan tak peduli dengan 'nyinyiran' yang keluar dari politisi di luar Pemerintahannya, Jokowi terus memacu jajarannya untuk meyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana cabang olahraga beserta infrastruktur pendukung kegiatan.
Seperti halnya Presiden Pertama RI Sukarno yang membangun Istora Senayan, Hotel Indonesia (sekarang Hotel Kempinski), Stasiun TVRI, dan sebagainya ketika akan menjadi tuan rumah Asian Games 1962, apa yang dibangun Jokowi juga diharapkan juga bermanfaat di masa-masa mendatang. Hal ini, seperti yang dikatakan Jokowi saat rapat terbatas Asian Games pada 18 April 2017.
Seperti yang dilansir di laman Kominfo.go.id (28/07/2017), Dirinya ingin agar momentum Asian Games 2018 ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa. Selain itu, Jokowi juga meminta agar rakyat tidak berpikir bahwa semua yang dibangun hanya untuk Asian Games semata. Bagi Jokowi, kita membangun infrastruktur itu juga untuk kepentingan kemajuan bangsa kita di masa depan.
Selain segala fasilitas dan infrastruktur, Jokowi juga memperhatikan sisi manusianya, yaitu atlet-atletnya. Selain mendapatkan uang saku satu juta per harinya, bonus yang dijanjikan bagi peraih medali pun cukup fantastis. Kenaikannya cukup fantastis bila dibandingkan dengan even sebelmnya. Bahkan, atlet yang tidak meraih medali pun akan tetaemndpatkan bonus dari pmerintah.
Hasilnya pun terbukti, atlet-atlet kita sukses melebihi target yang diberikan Pemerintah. Indonesia masuk empat besar, dengan raihan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Itulah rekor terbanyak Indonesia sepanjang sejarah penyelenggaraan Asian Games.
Memahami adanya sebagian rakyat kita yang terkena bencana di Lombok, Presiden Jokowi pun mengajak warga Lombok di pengungsian untuk menonton bersama penutupan Asian Games 2018. Setelah pembagian bonus di Istana Negara, Jokowi langsung terbang ke Lombok. Inilah momen kebersamaan antara Presiden dan rakyatnya.
Ada pesan tersirat dari kehadiran orang nomor satu di Indonesia ini di tenda pengungsian.Jokowi lebih memilih berada bersama pengungsi dibandingkan berada di Gelora Bung Karno. Ada rasa optimisme yang dibangun Jokowi untuk masyarakat korban gempa. Hal ini jadi bukti, bahwa meskipun gempa di NTB ini tidak dikategorikan sebagai bencana nasional, upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat beserta jajarannya tidak ada yang berubah sedikit pun.
Kebahagian yang dirasakan di malam penutupan Asian Games, bukan cuma dirasakan mereka yang ada di GBK, tetapi juga dirasakan di masyarakat pengungsi di Lombok. Kebahagian lainnya dari NTB, adanya sosok Lalu Muhammad Zohri yang akan menginspirasi lahirnya atlet-atlet berbakat lainnya dari NTB. Meskipun, Zohri gagal meraih medali di final lari 100m, usianya yang masih muda jadi bekal sukses di masa depan, TribunNews.com (01/09/2018).
Jika kita pandai mengambil momen kesuksesan kita di ajang Asian Games 2018 ini, mka semangat untuk terus menjadi pemenang tak akan hilang begitu saja. Para pimpinan organisasi olahraga juga harus terus berbenah melahirkan atlet-atlet baru, sehingga regenerasi atlet tidak mandek di tempat.
Karena itu, memang sudah sepantasnya jika Presiden Jokowi merasa optimis Indonesia akan mampu bila diberikan kesempatan menjadi tuan rumah olimpiade 2032. Seperti kata Ketua Inasgoc Erick Thohir, kesuksesan menyelenggarakan Asian Games 2018 menjadi modal dan menumbuhkan kepercayaan diri bagi seluruh warga Indonesia.
Itu yang penting!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews