Ngabalin Memang “Nyebelin”

Minggu, 2 September 2018 | 12:27 WIB
0
700
Ngabalin Memang “Nyebelin”

Sebagai seorang Ahli Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi, seharusnya Ali Mochtar Ngabalin tugasnya menyampaikan capaian kinerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo – Wapres Yusuf Kalla.

Bukan berdebat secara membabi-buta, apalagi seolah ingin menjelma menjadi “hukum” yang dengan mudahnya menuding aktivis #2019GantiPresiden sebagai gerakan “makar” segala. Ini jelas-jelas sangat merugikan Joko Widodo sebagai Presiden RI.

Apalagi, sekarang ini Jokowi maju kembali sebagai capres petahana pada Pilpres 2019. Tidak semua relawan atau pendukung Jokowi sepakat dengan tudingan yang dilontarkan Ngabalin itu. Bahkan, Ade Armando, pendukung fanatik Jokowi mengkritisinya.

“Di mana logikanya, menganggap #2019GantiPresiden adalah Gerakan Makar?” begitu tulis Ade Armando dalam akun Facebook-nya. “Saya adalah pendukung Jokowi,” lanjut dosen di Universitas Indonesia (UI) itu.

Tapi, ia harus katakan, pernyataan Ngabalin yang menyamakan gerakan #2019GantiPresiden dengan gerakan makar sangat menggelikan. “Presiden Jokowi sebaiknya menegur Ngabalin, mengingat dia adalah Tenaga Ahli Deputi IV Kantor Staf Presiden,” tegasnya.

“Ngabali mungkin ingin menunjukkan kesediannya untuk membela Jokowi secara total, tapi apa yang dilakukannya justru memalukan. Di mana logikanya bahwa sebuah gerakan untuk mengganti Presiden disamakan dengan gerakan makar?” ujarnya.

Menurutnya, dalam demokrasi, ketidakpuasan pada pemerintah harus difasilitasi. “Rakyat harus diizinkan mengecam, mengeritik pemerintahnya, dan meminta agar pemerintahnya diganti. Apalagi melalui Pemilu!” tegas Ade Armando.

“Kita semua tahu bahwa gerakan anti Jokowi ini adalah gerakan pro Prabowo. Tidak ada yang salah dengan tuntutan mereka,” lanjutnya. Ade Armando ingin meminta teman-teman sesama pendukung Jokowi untuk tidak terjebak menjadi fasis!

Karena, ia menilai, Jokowi adalah representasi pemimpin yang demokratis, toleran, mencintai rakyat, bersahabat, menghormati HAM. “Karena itu kita jangan mencoreng citranya dengan pernyataan-pernyataan fasis seperti yang dilontarkan Ngabalin,” tegasnya.

“Malah menuding kegiatan Neno Warisman di Riau adalah kegiatan makar,” lanjutnya. Apa yang disampaikan Ade Armando perihal tudingan Ngabalin itu sangatlah logis. Betapa tidak. Karena, pernyataan tersebut jelas sangat merugikan citra Jokowi sendiri.

Ngabalin memang punya karakter seorang “pembela majikan”. Ketika dia diundang ke acara talk show atau diskusi umum, dia akan memperlihatkan kegigihannya saat sudah menyatakan mendukung.

Saat membela Prabowo Subianto pada Pilpres 2014, dia kerap berapi-api pada pihak lawan. Telunjuknya laksana api yang siap melahap lawan bicara, ucapannya pedas dan terkesan arogan sekali. Walau banyak cibiran, Ngabalin tetap tidak peduli.

Ngabalin memang “nyebelin”. Mungkin Ade Armando juga merasa “sebel” dengan apa yang dilakukan Ngabalin dalam pembelaannya atas Jokowi. Demikian pula saat membela Prabowo kala itu kerap membuat pendukung Prabowo malu dan mengelus dada.

Apa yang dilakukan Ngabalin saat membela Prabowo, membuat pendukung Prabowo tidak respek dengan apa yang dia tampilkan di televisi. Sikapnya serampangan menjadi amunisi kubu Jokowi menggambarkan bagaimana karakter Prabowo jika dilihat dari pembelanya.

Dalam tayangan Dua Sisi TVOne kemarin tak ada yang aneh dari Ngabalin. Dia masih tetap menjadi pembela dan penjaga bagi “tuannya”. Tetap “menyalak, mengeram” menampakkan taring pada setiap orang yang membahas buruk tuannya.

Mengutip seorang netizen Nozal Lazon, Ngabalin harus terus dipancing menggonggong, saat dia memperlihatkan karakter ngotot tiada akal, maka saat itu juga dia sedang menurunkan nama Jokowi. “Siapa yang bangga dengan karakter Ngabalin itu?” tulisnya.

Apa semua pendukung Jokowi merasa bangga akan pembelaan Ngabalin? Ade Armando satu contoh pendukung Jokowi yang gerah dengan tampilan karakter Ngabalin. Sosok Ngabalin malah akan memperburuk citra Jokowi yang saat ini mulai menurun.

Bukannya mengangkat, malah Ngabalin melakukan blunder saat membela tanpa akal. “Rocky Gerung, Fadli Zon, Fahri Hamzah sangat hebat menghadapi Ngabalin. Bergaya tenang dan penuh senyum membalas segala teriakan Ngabalin,” lanjut Nozal Lazon.

Mereka seperti bermain layang-layang saat menghadapi Ngabalin. “Bagi Ngabalin, apa yang dia lakukan seperti sudah menguasai. Padahal, dia lah yang sedang dimainkan oleh Rocky, Fadli, dan Fahri,” ungkap Nozal Lazon.

Kontroversi ucapan Ngabalin sempat pula menarik perhatian Wapres Jusuf Kalla. Mengutip Kabarnusantaranews.com, Jum’at ((31/08/2018), JK menganggap, #2019GantiPresiden bukan gerakan Makar Nasional.

Namun, menurutnya, gerakan ini bisa memicu konflik antar sesama masyarakat. “Oh ndak- lah, kalau mau makar tidak itu, tapi nanti terjadi konflik kalau tidak pada tempatnya,” kata JK di Kantor Wapres Jalan Medan Merdeka Utara.

Tapi, kata politisi senior Partai Golkar ini menganggap gerakan itu adalah kampanye sebelum waktunya. “Kalau ingin kampanye maka cara dan waktunya harus sesuai dengan aturan yang sudah ada,” tegas JK. Jadi, Ngabalin harus hati-hati dengan ucapannya.

Jejak Ngabalin

Ali Mochtar Ngabalin adalah mantan anggota Komisi I DPR RI periode 2004-2009. Saat itu ia masih menjadi anggota dari Partai Bulan Bintang (PBB). Ia kemudian pindah ke Partai Golkar pada 2010.

Ngabalin pernah menjadi anggota tim sukses (timses) paslon Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa pada Pilpres 2014. Ia alumni Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI). Ngabalin meraih gelar doktornya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Sekarang, politikus partai Golkar tersebut masuk Istana. Ngabalin dipercaya menjadi tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP). Menurutnya, kini ia bertugas mengkomunikasikan segala pencapaian pemerintah.

Ia bekerja di bawah Deputi IV KSP yang membidangi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi. Tenaga Ahli Deputi IV Kantor Staf Presiden. Bila melihat rekam jejaknya, dulu Ngabalin dikenal kerap melontarkan kritik untuk Presiden Jokowi.

Contohnya saat Ngabalin menyebut Jokowi hanya pencitraan terkait penolakan pembeliaan mobil Mercy pada 2014 silam. “Ini kan sudah habis pemilu, habis sosialisasi, sudah ada yang menang, jadi pencitraan itu sudah tidak perlu ada lagi,” katanya.

“Kalau Jokowi membatalkan mobil-mobil kementerian yang digunakan menteri, itu artinya masih kerja untuk kepentingan pencitraan,” kata Ngabalin, di Jakarta, Rabu (10/9/2014) lalu. Selain soal mobil Mercy, ia juga sempat membahas alasan partai Golkar yang memilih berada di luar pemerintahan Jokowi-JK.

Salah satu alasan memilih di luar pemerintahan yaitu untuk menyeimbangkan dan mengawasi pemerintahan Jokowi-JK agar tak koruptif dan otoriter. “Kekuasaan itu cenderung korup dan otoriter,” ungkap Ngabalin.

“Bukan tidak mungkin Jokowi-JK akan korup dan memerintah secara otoriter. Maka kita jadi penyeimbang untuk mengawasi itu,” ujar Ngabalin, di Cikini, Jakarta, Sabtu (23/8/2014) lalu. Kepala KSP Moeldoko menjelaskan mengapa Ngabalin masuk Istana.

Bahwa Ngabalin merupakan politikus senior yang punya banyak pengalaman dan jaringan. Ia juga menegaskan, pengangkatannya untuk memperkuat peran KSP berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2015. Salah satunya soal fungsi komunikasi politik kepada publik.

“Dia (Ngabalin) adalah politikus senior yang punya banyak pengalaman dan jaringan. Dia ini juga akan membantu mengkomunikasikan apa yang sudah dikerjakan oleh pemerintah. Sudah banyak program dan kebijakan yang dibuat pemerintah itu memerlukan komunikasi ke publik yang lebih luas,” ujar Moeldoko, Rabu (23/5/2018).

Itulah Ngabalin, nyablak, ceplas-ceplos, dan mungkn juga “nyebelin” bagi yang kurang suka dengan tingkah polah politiknya. Sekarang ini seolah ingin menjadi “hukum” dengan ucapan aktivitas #2019GantiPresiden sebagai gerakan makar!

***