Dua orang yang berjalan bersisihan ini punya masa lalu yang mirip. Masa lalunya sama-sama pahit. Jokowi kecil mengalami digusur sampai tiga kali. Jack Ma tidak. Tapi jalan hidup Jack Ma tak kalah pahit. Pernah melamar kerja, dari semua pelamar yang mendaftar, cuma dia yang ditolak. Pernah mengajukan beasiswa sampai sepuluh kali, tidak pernah berhasil.
Pada suatu titik, mereka memiliki jalannya sendiri-sendiri. Tapi dalam pilihan yang berbeda itu, mereka menimba pelajaran yang sama. Mereka sama-sama mengolah kepahitan-kepahitan hidup yang dialami, dan memproyeksikannya dalam suatu ruang hidup yang berdialektika. Jatuh bangun lagi. Gagal coba lagi.
Jokowi belajar dari orang tuanya yang menjual bambu dan kayu menjadi pengusaha kayu sampai punya Rakabu. Sementara Jack Ma mendirikan Alibaba.
Jalan hidup Jokowi bergeser, dari bisnis ke politik. Jack Ma, sampai hari ini, tetap setia dengan bisnisnya. Tapi jangan ditanya pengaruh politiknya. Bahkan dalam skala sebesar negeri Tiongkok, pengaruh Jack Ma sangat luar biasa.
Apa buktinya?
Jika Jokowi memimpin Indonesia menyelenggarakan Asian Games untuk kali kedua, Jack Ma meminta pemimpin negerinya untuk menjadikan kota pusat Alibaba sebagai kota penyelenggara Asian Games setelah Jakarta dan Palembang. Hang Zhou namanya. Di kota inilah imperium bisnis Jack Ma dikendalikan dan menguasai bisnis digital, bukan hanya di daratan China melainkan buana.
Memang menarik belaka jalan hidup mereka berdua. Tak heran jika bukan pertama kali ini mereka bertemu dan berbicara satu sama lainnya. Di forum yang berbeda, mereka saling bicara, mungkin tanpa sekalipun bicara soal masa lalu mereka yang sama-sama pahit.
Jika menelusuri obrolan mereka yang merembes ke berbagai media, mereka memilih bicara tentang masa depan. Jack Ma belajar dari Jokowi menjadi tuan rumah yang sukses dalam Asian Games. Jokowi belajar dan menimba ilmu, bagaimana mengembangkan bisnis digital di masa depan buat Indonesia.
Yang pahit-pahit tiada lagi terselip dalam obrolan dan pembicaraan. Ke mana perginya yang pahit itu? Entahlah. Tak tahu rimbanya. Ia mungkin telah terkubur bersama lalunya waktu, menjadi fondasi dan batu penjuru.
Jika hidup kita pahit di masa lalu, mungkin saja kita bisa seperti mereka itu. Tapi jika sampai hari tua kita masih juga merasa pahit menjalani hidup, barangkali kita memang tak punya cukup waktu untuk mengunyah dan menelan yang pahit itu.
Ia tetap bersarang di mulut, lalu kepahitan-kepahitan hidup di masa lalu itu menyumbat mulut, dan tumpah ruah dalam caci-maki dan sumpah serapah. Mungkin saja mencacimaki atau menyumpahserapahi mereka berdua. Sementara mereka berdua tengah menikmati teh manis di beranda belakang istana berudara sejuk.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews