Siapa saja boleh minta dibonceng Presiden Jokowi. Dengan sepeda gunungnya. Di dalam bandara Ngurah Rai, Bali.
Ada pemandangan baru di terminal keberangkatan domestik. Di bandara itu. Banyak yang antre. Ingin merasakan dibonceng Jokowi . Lalu mengabadikannya. Lewat foto atau video.
Bandara Bali memang salah satu bandara baru yang indah. Saya pernah minta manajemen bandara itu melakukan survey. Khusus bagi penumpang asal Australia.
Pertanyaannya: adakah di seluruh Australia bandara yang lebih indah dari bandara baru Bali?
Jawabnya mutlak: tidak ada. Mereka menambahkan catatan: bandara baru ini sangat indah. Dibanding di negara mereka. Apalagi dibanding bandara Bali yang lama.
Di Jakarta juga banyak menariknya. Di bandara baru terminal 3. Saya jarang lewat bandara baru ini. Sejak ada banyak jurusan terbang dari Halim. Juga sejak ada Batik Air yang murah dan ontime.
Tapi sesekali saya menikmati terminal 3 Soekarno Hatta. Megahnya. Bersihnya. Penataannya. Dan juga kreatifnya.
[caption id="attachment_20989" align="alignleft" width="392"] Foto Disway.id[/caption]
Memang kalau menuju gate nomor besar ada tidak logisnya. Begitu masuk dari pemeriksaan semua harus belok kiri. Jauh. Lalu belok muter balik. Ke arah gate nomor besar.
Tapi itu tidak nengurangi apresiasi saya. Salah satu kreativitas itu adalah penyediaan kursi luks di dekat gate. Untuk kelas bisnis. Atau yang punya handicap.
Kreasi lain juga di bidang seni interior. Terutama bagaimana alat-alat pemadam kebakaran ini dihias.
Kehadiran alat pemadam memang harus. Sebagai syarat keamanan penumpang. Tapi di terminal 3 pemadam kebakaran itu tidak tabrakan dengan keindahan terminal. Caranya: diciptakanlah komik di sekitar alat pemadam kebakaran itu.
Lucu, unik dan bikin senyum.
Saya pernah lama menikmatinya. Satu persatu. Dari dinding ke dinding. Saat masih punya waktu. Dan gate saya nomor terjauh: 27.
Hidup kreativitas!
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews