Sulit untuk mengatakan bahwa NU tidak berpolitik praktis, karena banyak kader NU yang terjun di ranah politik praktis, menjadi bagian dari Partai Politik, bahkan Ada yang mendirikan Partai Politik dengan membawa embel-embel NU.
Jadi sangat mustahil NU bisa bersikap netral.
Yang baru saja kita lihat dan rasakan bagaimana NU mempertontonkan kekuatannya, memberikan tekanan Politik kepada Jokowi, jika Jokowi tidak memilih salah satu kader NU, maka NU tidak memberikan jaminan untuk mendukung Jokowi di Pilpres 2019.
Hanya segelintir orang mungkin yang mengatakan secara fisik Mahfud MD bukanlah NU, tapi banyak orang yang melihat bahwa Mahfud MD itu secara batiniah adalah representasi dari NU, akhlak dan prilakunya sangat NU, bahkan lebih NU dari Muhaimin Iskandar.
Itu yang harusnya disadari oleh kalangan nahdliyin. Kalau akhlak dan prilakunya tidak sangat NU, tidak mungkin seorang Gus Dur, cucu Pendiri NU mau merangkulnya.
Mungkin Kita masih ingat bagaimana Muhaimin menghianati Gus Dur, apakah seperti itu karakter seorang Kader NU?
Sekarang bagaimana dia memaksakan kehendaknya agar Jokowi harus memilih dia sebagai Cawapres, seharusnya dia tahu bahwa, "Jabatan itu bukanlah sesuatu yang diminta, tapi jabatan itu diberikan kepada yang Berhak."
Sebagai Kader yang islami harusnya bukan mengedepankan ambisi pribadi, tapi mendahulukan kepentingan umat.
Ketua PBNU, Kiyai Haji Said Agil Siradz (SAS), seharusnya bisa melihat kepentingan yang lebih besar, bukan sekedar melihat kepentingan kelompok NU, karena NU itu didirikan untuk kepentingan umat bukan untuk mengutamakan kepentingan kader semata.
Akhirnya Kita melihat teladan yang diberikan oleh seorang Mahfud MD yang sangat merepresentasikan keislamannya dengan baik, dia legowo menerima sebuah keputusan injury time, bahwa bukan dia Cawapres Jokowi, tapi Kiyai Haji Ma'ruf Amin.
Lagi-lagi Mahfud memperlihatkan ke-NU-annya, lebih dari apa yang dipertontonkan Muhaimin yang nota bene kader NU.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews