Menulis Politik itu Ngeri Ngeri Sedap

Sabtu, 4 Agustus 2018 | 19:10 WIB
0
687
Menulis Politik itu Ngeri Ngeri Sedap

Menulis di PepNews penulis mau tak mau berurusan dengan politik, mau tidak mau mencoba membuka lagi pengetahuan sekilas dari teori-teori Karl Mark, Carl Gustav Jung, Machiavelli, John Locke yang sudah melayang entah ke mana. Tetapi apakah toeri-teori itu juga dibaca oleh politikus Indonesia saat ini?

Barangkali tidak penting. Lebih penting beternak isu dan berbicara panjang lebar tentang baik buruk dari tokoh selebritas politik. Percayalah tidak usah sekolah di jurusan politik untuk menjadi politikus, percuma paling- paling malah menjadi wartawan yang sekarangpun kesulitan menulis di media massa mainstream.

Magnet Berita itu bernama Politik

Politik itu adalah sebuah magnet. Isu-isu, hoax dan intrik-intrik berita harian tidak jauh dari berita tentang politik. Apalagi saat ini partai politik sedang menghitung hari untuk mendengarkan siapakah wakil presiden yang akan dipilih capres yang berasal dari partai politik.

Tarik ulur dukungan masih seru  dan alot. Beberapa tokoh yang masuk dalam radar bisa menaikkan elektabilitas yang terus dirayu untuk bisa digandeng. Semua sedang menggodog strategi agar rakyat bisa digiring untuk menentukan siapa pasangan pemimpin yang akan terpilih di saat Pilpres 2019 nanti.

Jokowi Presiden, petahana masih merahasiakan siapa wakil presidennya nanti. Prabowo malah boleh dibilang sedang pusing tujuh keliling. Partai partai koalisinya masih terus merayu agar wakil mereka bisa digandeng menjadi wakil Presidennya.

Belakangan Demokrat merangsek dan ingin menjadi mitra dengan memaksakan tokoh andalannya AHY bisa menjadi pendamping Prabowo. Sementara PKS yang merasa sebagai sohib dalam suka dan duka dengan Gerindra terus mendesak agar tokoh pilihan PKS bisa diajukan sebagai pendamping calon Presiden.

Strategi, lobi, jamuan makan, ancam mengancam, demonstrasi menjadi magnet dari para pembaca yang sebagian besar memang lebih suka gosip, perang opini, dan melontarkan komentar nyinyir melahap dengan antusias. Boleh jadi dukun, paranormal, anak indigo dengan kemampuan insting indara ketujuhnya mampu meraba sejauh mana sisi keuntungan dari perhitungan mempertimbangan wakil Presiden sebagai kunci untuk bisa duduk di takhta tinggi pemerintahan. yaitu Presiden.

Dengan menjadi pengamat siapa tahu penulis dilamar parpol untuk menjadi komentator maupun konsultan seperti bos Poltrak Eep Saifulloh Fattah. Dengan modal pengetahuan luas tentang politik sering menulis di media massa dan canggih dalam tik tok saat debat publik dan PD menjadi orang keminter yakinlah banyak partai politik tertarik untuk diajak diskusi tentang trik-trik menaikkan elektabilitas.

Itulah opini penulis tentang politik… bikin gemes sih orang –orang politik itu… suka pengin nyubit saat ia sedang memaparkan tentang keberpihakkannya dengan rakyat, padahal siapakah sih yang dibelanya. Apakah ia yakin rakyat mendukungnya sementara kinerja di parlemen saja saat ini mereka masih menyisakan banyak pekerjaan belum selesai.

Mencari topik tentang politik itu amat mudah. Buka saja semua situs sebagian besar mereka akan bicara politik. Politik itu mampu menaikkan pusat perhatian pembaca, yang susah adalah membuat judul agar tampak lebih heboh padahal isi artikelnya biasa-biasa saja.

Oke…tetapi perkecualian dengan artikel Dahlan Iskan. Tulisan-tulisan beliau memang renyah, gurih dan story telling bingit. Ceritanya membuat merinding yang membacanya, Jadi meskipun tidak sedang menulis politik artikelnya tetap menjadi magnet tersendiri.

Dari Kesunyian muncul Kehebohan

Mau tidak mau menulis politik itu akan menaikkan keterbacaan, entah kenapa ya para pembaca itu lebih suka berita heboh dibandingkan bacaan yang memberi efek tenang, butuh pemikiran, butuh penelaahan mendalam misalnya tentang manfaat meditasi untuk politisi… eitts… berita SBY sedang Semedi agar anaknya goal menjadi wakil (Presiden) Prabowo …eh malah gosiip dan hoaks …hehehe.

Sebagai penulis kata Ernest Hemingway  …menulis itu adalah sebuah kehidupan sunyi… Tetapi dari tulisan penulis ternyata lahir kehebohan-kehebohan apalagi tulisan  politik… setelah dengan sengaja di publish entah di media online maupun lini massa tulisan-tulisan yang lahir dari sebuah kehidupan sunyi itu menjadi viral- ramai dan gaduh… dan tulisan akan menemui takdirnya dengan adanya respon dari pembacanya.

Yah menulis  ngomongin, membicarakan, ngrumpi tentang politik itu boleh dikatakan ngeri-ngeri sedap (seperti yang dikatakan Alm Sutan Batoegana)…Kadang dijauhi tetapi saat menjauh rasa kangen terus menari-nari di pikiran  saat sunyi menyergap...

***