Sebelumnya saya memohon maaf kepada saudara-saudariku dari PKS, bukan saya mengecilkan Habib Salim Segaf Al Jufri apalagi PKS sendiri. Habib Salim seorang ulama besar yang Insya Allah di dalam darahnya mengalir darah mulia Rasulullah SAW.
PKS juga salah satu Partai yang sangat saya hormati, walaupun saya bukan kader PKS tapi berulangkali saya menulis rasa hormat saya kepada PKS.
Tapi mungkin justru karena saya bukan Kader PKS, saya bisa memandang lepas dari identitas dan kepentingan pribadi. Tujuan utama saya dan kita semua adalah 2019 Ganti Presiden.
Justru karena tujuan utama ini saya berharap Ustadz Somad yang memimpin barisan umat memenangkan pertarungan Pilpres 2019 nanti.
Para sahabat, mari kita buang ego dan menempatkan tujuan utama di atas kepentingan pribadi, golongan dan Partai. Pilpres ditentukan suara terbanyak dari rakyat, bukan sekedar pertarungan elit politik saja.
Mari kita buang sejenak identitas golongan dan Partai. Di akar rumput di antara Habib Salim dan Ustadz Abdul Somad (UAS), siapa yang paling dikenal rakyat?
Jangankan emak saya dikampung, kawan-kawan pemilih PKS sendiri banyak yang belum kenal siapa Habib Salim.
Padahal elektabilitas itu berhubungan erat dengan popularitas.
Berkacalah ke Pilgub Jabar, kita semua habis-habisan jungkir-balik saling mendukung siang dan malam demi memenangkan pasangan "Asyik", cuma kita asyik sendiri dan lupa pemilih terbesarnya adalah anak-anak muda milenial dan rakyat jelata. Nama Ridwan Kamil beserta si Cinta lebih populer di Televisi dan Instagram.
Pilihan meminta agar Ustadz Abdul Somad عبد الصمد bersedia memimpin barisan adalah pilihan terbaik yang sayang untuk kita lewatkan. Persis seperti kata beliau, beliaulah pemegang suluh yang harusnya berjalan di depan, memimpin umat yang berjalan tertatih-tatih dikegelapan politik yang semakin pekat mencekam. Kiri-kanan penuh jurang dan makhluk dari kegelapan dengan cakar dan taring yang mengancam.
Ustadz Somad juga akan menjadi jembatan penghubung di antara semua Partai Koalisi Umat dan Koalisi Kebangsaan, sehingga tidak ada yang merasa ditinggalkan.
Benar PKS partai terbaik yang paling solid, tapi suaranya masih kalah dari PAN dan Demokrat, saya harap sahabat-sahabat dari PKS bisa menyadari fakta ini.
Terakhir sebagai bahan renungan kita bersama, ada teori "Pantulan Kaca". Tidak usah dicari di buku The Art Of War-nya Sun Tzu, ini teori modern dari Ketua Umum Partai Tirik Yaluk Indonesia, Sir Egar Azwar dari Old Mountain alias Gunung Tua, Paluta-Sumatera Utara.
Berkacalah, maka bayangan yang ada dicermin adalah kebalikan dari kenyataan. Sekarang kita berkaca kepada lawan-lawan politik kita, andai mereka bisa memilih sudah pasti menginginkan jangan sampai Ustadz Somad bersama Pak Prabowo yang jadi pemimpin barisan. Mereka sadar kalau mereka sudah kalah telak.
Rezim ini dari awal sadar kalau lawan terberat adalah Prabowo Subianto sehingga berulangkali bermanuver mencoba sejuta-satu cara, agar Pak Prabowo tidak bisa ikut Pilpres. Mulai dari aturan Capres wajib minimal 20 persen Kursi di DPR-RI sampai mengirim utusan si Menteri segala urusan membujuk Pak Prabowo untuk menjadi "King Maker" saja.
Belum cukup, mereka lewat Opa Jek dan kroni-kroninya termasuk si TR berusaha menjadikan Bang Anies pengkhianat kedua setelah kisah Pengkhianatan Jok pertama dari Jakarta.
Mereka juga menciptakan proxy lainnya si Jenderal yang tiba-tiba dekat dengan ulama, entah uang dari mana tiba-tiba diklaim hartanya melebihi Pak Prabowo. Pak Prabowo selain warisan orang tua adalah Pengusaha, wajar kaya-raya. Tapi pensiuanan Tentara biasa bisa kaya-raya, bijimane ceritanye?
Teori Pantulan kaca mengajarkan, semakin mereka menolak artinya mereka semakin ketakutan.
Sebaliknya semakin mereka menerima apalagi mendukung pasangan lawan, artinya pasangan lawan dianggap ringan.
Jadi jangan heran kalau tiba-tiba saja mereka juga diam-diam ikut menyuarakan pasangan Prabowo-Habib Salim, karena mereka sadar kalau pasangan Prabowo -Ustadz Somad bukan cuma akan menang telak, tapi Insya Allah sudah menjadi jaminan kemenangan.
Maaf-maaf aja, saya bahkan hampir yakin kalau pasangan Prabowo-Ustadz Abdul Somad (PUAS) yang maju, pemilik martabak Markobar aja bisa-bisa ikutan memilih PUAS, karena adek kita itu tahu yang dia dan masyarakat Indonesia mau....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews