Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring mengatakan, partainya lebih baik pecah kongsi dengan Gerindra kalau kader yang disodorkan kepada Prabowo tidak terpilih menjadi cawapres.
Tifatul menilai bahwa cawapres dari kader PKS adalah tidak bisa ditawar lagi.
"Itu enggak bisa ditawar. Cawapres harus dari PKS. Kami enggak mau jadi penggembira aja dalam pilpres ini. Kalau kami disuruh dukung-dukung aja, mungkin enggak? Mungkin kami lebih baik jalan masing-masing aja," kata Tifatul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 10 Juli 2018.
Pernyataan Tifatul ini tentu sesuatu yang wajar, sekalipun bagi Gerindra ini bagian dari tekanan politik yang dilakukan oleh petinggi PKS. Karena di antara Koalisi Merah Putih yang masih tersisa setia dengan Gerindra adalah PKS. Kalau PAN tau sendirilah, nama plesetannya juga "Plin PAN", ngakunya partai pemerintah, tetapi dalam praktek adalah oposisi.
PKS adalah kawan setia Gerindra, baik suka maupun duka. PKS-lah yang menemani kesendirian Gerindra atau Prabowo.
Sedangkan giliran PKS meminta kadernya untuk menjadi cawapres dengan Prabowo kok terasa berat, malah bermain mata dengan partai lain. Dengan Demokrat, misalnya, kemarin Probowo muji-muji AHY alias Agus Harimurti. Tahu sendiri sakitnya dikhianati atau diselingkuhi nanti di menit-menit akhir pendaftaran calon capres dan cawapres.
Bahkan Tifatul juga melakukan komunikasi dengan partai lain sebagai antisipasi kalau Prabowo tidak memilih dari 9 kader yang telah disodorkan kepada Gerindra.
Inilah situasi partai-partai politik yang begitu sensitif dan bisa memancing pecahnya koalisi yang sudah dibangun, baik koalisi kubu petahana dan kubu oposisi. Karena semua partai ingin kadernya menjadi cawapres, hanya dibutuhkan kebesaran jiwa dari setiap partai-partai kalau kadernya tidak bisa menjadi cawapres.
Bisa-bisa kalau di antara partai pendukung menarik dukungan kepada salah satu kandidat capres, maka bisa jadi "gagal" menjadi capres, apalagi partai memaksa kepada capres untuk berpasangan dengan kader partainya.
Kalau sampai PKS meninggalkan Gerindra atau Prabowo, maka kekuatan separuh dari Prabowo sudah hilang dan akan menguntungkan pihak petahana, sekalipun di pihak petahana juga ada masalah yang kurang lebih sama dengan yang dihadapi oleh PKS dan Gerindra.
Partai Demokrat dan PAN juga ingin kadernya mendampingi Prabowo sebagai capres dan cawapres, apalagi akan ada pertemuan antara SBY dan Prabowo dalam waktu dekat untuk membicarakan pilpres 2019.
Apakah PKS berani keluar dari kubu Prabowo kalau kadernya tidak terpilih menjadi cawapres mendampingi Prabowo
Awas, kamu harus segera pakai helm, jaga-jaga kalau suatu waktu HP melayang lagi ke arahmu kalau berani keluar dari kubu Prabowo!
Sayangilah kepalamu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews