Sudah lama sekali orang Selayar di Sulawesi Selatan mengalami kesulitan setiap kali ingin menyeberangi Selat Selayar. Selat ini adalah bagian dari perairan yang memisahkan landas kontinen Asia dan Australia sejak zaman es. Tak pernah jadi bagian dari daratan benua besar yang kemudian tenggelam ketika es mencair. Anda bisa menduga berapa kedalamannya.
Sudah lama sekali orang Selayar juga kesulitan mendatangi pulau-pulau lebih kecil lainnya di wilayah perairan yang sangat luas itu.
Tapi di awal tahun 1980-an ada hal yang mengejutkan.
Itulah eranya Pemerintahan Presiden Suharto. Ada sebuah BUMN bernama ASDP yang mengoperasikan kapal ferry dengan standar sangat bagus. Namanya KMP Tenggiri. Ini bukan jalur penyeberangan gemuk yang bisa mendatangkan laba.
Tapi kita tahu pemerintah saat itu menjalankan tugas pokok terkait keselamatan rakyatnya.
Sekarang tidak ada lagi pemerintahan yang mau begitu. Seakan-akan semuanya harus diserahkan ke pasar. Biarkan pemain swasta bersaing. Pakai logika kapitalistik.
Tapi logika dagang tak selalu menjamin keselamatan konsumen - terutama karena si pedagang dengan mudahnya main mata dengan si pemerintah. Tak perlu perduli kelayakan kapalnya. Tutup mata saja. Besi tua atau bukan, yang penting konsumen mau menggunakannya. Orang Selayar dijadikan konsumen dengan pilihan yang sangat terbatas.
Hari-hari ini orang Selayar memang berduka. Dan nanti jika pemilu tiba - para politisi itu akan mendatangi mereka dengan segala dustanya. Tanpa ada yang benar-benar menyentuh persoalan konkrit.
Yaitu: menghentikan untuk selamanya kesulitan orang Selayar menyeberangi Selat Selayar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews