”Pak Dahlan, Lamongan juga punya lho,” ujar dokter Asro Abdah.
Ia ahli urologi. Lulusan Unair. Juniornya dokter Boyke Subhali, yang di Samarinda itu.
Maksudnya: punya alat baru seperti yang di Samarinda itu. Yang bisa dipakai untuk mengambil batu dalam ginjal. Yang posisi batunya nylempit sekali pun.
Nama alatnya: flexible ureteroscope (FURS).
Memang RSUD Wahab Syachranie Samarinda yang pertama memilikinya. Sampai sekarang pun masih satu-satunya: yang kekuatan lasernya 100 watt.
Yang seangkatan dengan Samarinda itu adalah Balikpapan. Dengan kekuatan laser 30 watt.
Di balik kemajuan dua kota utama di Kaltim itu ternyata satu orang: dokter Rahim Dinata itu. Kepala RSUD Samarinda saat itu. Yang berjuang keras meyakinkan gubernur Kaltim. Untuk membeli alat tersebut.
Itulah sebabnya calon-calon ahli urologi dari Unair magang di Kaltim. Sebagian magang di Balikpapan. Di bawah bimbingan dokter Widiyanto Prasetyawan. Yang dulu magang di Jerman.
Sebagian lagi magang di Samarinda. Dibimbing dokter Boyke. Yang dulu magang di Korea.
”Sepulang magang di Kaltim itu saya berjuang ke direksi. Untuk dibelikan alat itu,” ujar dokter Asro.
Asro kelahiran Majalengka, Jabar. NU asli. Setamat SD ia mondok di Darul Ulum Jombang. Lalu terpilih untuk masuk SMA Insan Cendekia Tangerang. Binaan Pak Habibie itu.
Begitu jadi dokter, Asro kerja di RS Muhammadiyah Lamongan. Tidak memilih jalur menjadi dokter pemerintah. RS Muhammadiyah itulah yang menyekolahkannya lebih tinggi: spesialisasi urologi.
Dokter Asro bersyukur direksi RS Muhammadiyah Lamongan berani maju. ”Alat ini tidak murah. Sekitar Rp 7 miliar,” ujar Asro.
Teman-teman Asro pada kagum. Banyak yang menghubunginya. Bagaimana mungkin RS Muhammadiyah di kota kecil seperti Lamongan seberani itu. Surabaya saja belum punya. ”Saya jawab saja yang hebat itu direksinya,” ujar Asro sambil tertawa. Logat Sundanya sudah hilang.
Saya minta maaf padanya: tidak membawa istri saya ke Lamongan saja. Setahu saya alat itu itu baru ada di Samarinda.
Saya tidak tahu RS Muhammadiyah Lamongan hebat. Lamongan dekat sekali dari Surabaya. Hanya satu jam pakai mobil. ”Tapi bapak kan niatnya sambil pulang kampung,” ujar Asro merendah.
“Memang banyak yang belum tahu kalau RS Muhammadiyah Lamongan sudah memilikinya. Baru mulai beroperasi Februari lalu,” tambahnya.
Di RS Muhammadiyah Lamongan itu baru sedikit pasiennya. Yang perlu ditangani dengan menggunakan alat itu baru dua pasien satu hari. Jadi, tidak perlu antre. ”Dari pengalaman lima bulan ini, dengan laser 30 watt sebenarnya juga cukup. Masih bisa diatasi,” kata dokter Asro.
Watt yang lebih tinggi diperlukan untuk kasus-kasus khusus. Misalnya karena batunya keras sekali. ”Dengan laser 30 watt juga bisa diatasi. Tapi harus diulang-ulangi. Kadang harus diulangi seminggu kemudian,” katanya.
Dengan FURS yang fleksibel alat itu bisa belok-belok. Bisa menuju lokasi batu. Di tempat yang nylempit sekali pun. Setelah ujung alat itu menemukan batunya, dokter bisa melihat sang batu dengan amat jelas.
Urolog lantas mengarahkan lasernya tepat pada batunya: dihancurkan. Istilahnya: batu itu dijadikan debu. Agar bisa keluar bersama air kencing.
Selama pengerjaan itu pasien sadar. Bisa melihat sendiri proses penghancuran batunya. Pasien hanya dibius separo badan.
Kini tinggal pilih. Sudah mulai banyak kota yang memiliki FURS. Saya memilihkan istri di Samarinda. Saya sendiri memilih jangan punya batu ginjal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews