Bangsa ini memasuki fase pendewasaan yang terlambat, usia menua kelakuan pancaroba. Ibarat rumah tangga ada pola asuh yang salah dalam proses pembentukanya. Tahun 1945 merdeka, masih diganggu agresi belanda. Tahun 1955 pemilu pertama ulur tarik kepentingan mulai terasa bersamaan adanya pemberontakan yang mengganggu kesetabilan negara.
Tahun 1965 bencana nasional luar biasa, PKI menjadi alat propaganda, jutaan nyawa sesama saudara jadi tumbal sia-sia. Soeharto berkuasa katanya ada tangan Amerika dibelakangnya. Yang pasti 32 tahun kita dididik dengan jalan yang licik. Keluarganya, kroninya, piaraannya semua kaya. Kita yang merana.
Mental menjadi dangkal, silih berganti presiden tidak terlalu bermakna. Hanya saat SBY berkuasa 10 tahun kita diajak bernostalgia 90% gaya orba kemasan agama. Kepintarannya hanya subsidi dimana-mana, yang lainnya mangkrak semua.
Sekarang dia cuap-cuap seolah-olah dia pernah benar saat dia berkuasa. Benar pasti ada tapi nilainya tidak terasa. Ibarat minum kopi gak jelas rasanya tau-tau digigi kita nyangkut ampasnya. Ternyata meburukan itu telanjur menjadi budaya
Tahun 2014 Jokowi memenangi kontestasi, membawa perubahan yang luar biasa berarti. Berjalan di atas duri caci maki, menapaki niat dan janjinya kepada bangsa dan negaranya. Keluhuran akhlak dan akal budinya mengalahkan terpaan ketidaksukaan dari lawan yang memposisikan dirinya bak Tuhan dan Jokowi dianggap setan, hanya demi kekuasaan dan balas dendam.
Terus... akankah sosok seperti itu yang akan disebut pahlawan sekaligus negarawan. Hanya manusia yang cacat jiwa yang mau mendengarnya. Sayang faktanya memang banyak yang jenisnya sama.
Kontra opini ini dibangun untuk membuat kebohongan, kebejatan, kesalahan menjadi biasa. Dan pada saatnya akan terbentuk budaya pembenaran, bahwa yang dikatakannya dipaksa menjadi fakta.
Sebanyak 63 juta suara pada Pilpres 2014 memilih Prabowo-Hatta. Apakah mereka tetap di sana atau telah sadar kebenaran yang dilakukan Jokowi. Atau yang dulu bersama Jokowi malah pindah ke lain hati karena mereka lebih suka fiksi dari pada fakta yang ada.
Kita yang waras harus tetap terjaga. Membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa. Karena Keburukan yang dibiarkan akan merusak kejiwaan.
Indonesia harus tetap dijaga jangan sampai dirusak kaum durjana. Mari Jokowi saja, jangan pernah berubah. Jadilah lebah penghasil madu, jangan rubah pemakan madu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews