Seseorang kirim video ke saya: makan di kaki lima dengan bayar pakai hand phone. ”Sudah seperti di China pak,” katanya.
Alhamdulillah.
Dari segi teknologi kita memang tidak kalah. Banyak yang sudah siap dengan e-Money. Telkomsel sudah lama ingin masuk ke e-Money. Saya kejar terus mereka. Saat saya jadi atasan mereka. Tapi peraturannya belum siap. Seperti mobil listrik itu. Atau nuklir itu.
Tapi dunia tidak mau menunggu peraturan.
Teknologi selalu lebih cepat melangkah. Masyarakat juga tidak mau menunggu. Itu memudahkan konsumen.
Tiongkok menyambar itu. Dengan kecepatan kungfu panda.
Kini alhamdulillah. Peraturan Bank Indonesia (PBI) sudah mengakomodasikannya.
Memang ini ancaman: bagi bank. Bisnis bank adalah bisnis aturan. Demi keselamatan pemilik uang.
Kini sudah empat izin e-Money keluar: Telkomsel dengan T-Cash-nya, Gojek dengan Go-Pay-nya. dan ini dia: Pay-Tren milik Ustadz Yusuf Mansyur. Satunya lagi milik bank BUMN.
”Izin Pay-Tren sudah keluar tanggal 21 Mei lalu,” ujar uatadz YM. ”Tanggal 1 Juni langsung operasi,” tambahnya.
Kini sang ustadz lebih konsentrasi di Pay-Tren. Saya memuji itu: harus fokus.
Tinggalkan bisnis konvensional. Sudah banyak ummat yang mampu melakukannya. Tapi dari jutaan pebisnis ummat terbukti: hanya Ustadz Yusuf Mansyur yang bisa masuk dunia baru ini. Dengan segala jatuh-bangunnya. Dan kembang-kempisnya. Dan bully-nya.
Pay-Tren (Tren berasal dari kata pesantren. Bukan dari trend) akan jadi tonggak baru. Setelah Bank Persyarikatan milik Muhammadiyah tidak jalan. Juga setelah Nusumma milik NU tidak banyak kedengaran lagi.
Ustadz Yusuf Mansyur pun akan menghadapi realitas itu: hukum besi ekonomi. Sejuta atau lima juta ummatnya memang penting. Tapi uang itu tidak punya agama. Untungnya uang itu tidak anti agama.
Keuntungan Pay-Tren adalah: bukan milik organisasi. Keputusan bisa diambil lebih cepat. Lebih jelas siapa yang harus bertanggung jawab: Yusuf Mansyur. Lebih jelas siapa yang harus dituntut: Yusuf Mansyur.
Keuntungan yang lain: Ustadz YM sudah pernah jatuh. Lalu mampu bangun. Itu penting. Sudah tahu rasanya terpuruk. Tidak akan terjatuh di lubang yang sama. Tapi masih banyak lubang lainnya: itulah perlunya pengalaman terpuruk tadi.
[caption id="attachment_17132" align="alignleft" width="516"] e-Money (Foto: Disway.id)[/caption]
Masih ada keuntungan lain. Bahkan lebih besar: Bank Indonesia membatasi modal asing. Maksimum hanya 49 persen. Ini membuat persaingan tidak seberapa mematikan. Tidak akan ada gerojokan modal dari luar negeri. Kecuali akal bulus ambil peran. Termasuk membulusi pengawas aturan itu.
Sistem pembayaran digital seperti ini sangat padat modal. Bahkan rakus uang cash. Lebih rakus dari jenis bisnis apa pun. Itulah sebabnya: ekspansinya tidak bisa cepat. Setiap ekspansi perlu dukungan uang cash.
Tapi skala usaha ini memang menakjubkan. Tidak usahlah semua pemegang HP. Yang 50 juta saja. Menggunakan HP mereka untuk membayar. Perputaran uangnya bisa 20 triliun sebulan.
Saya terharu ketika Ustadz YM belajar sampai Tiongkok. ”Saya lagi di Ali-Pay,” tulis Ustadz YM kepada HP saya. Saat saya di Amerika.
Ali-Pay adalah salah satu sistem pembayaran mobile terbesar di Tiongkok. Dari grup Alibaba. Milik Jack Ma.
Sambil menunggu istri di rumah sakit saya kontak beliau. Via HP. Sekaligus menanyakan Pay-Tren-nya.
”Sekarang sistem teknologi Pay-Tren sudah sekelas Ali-Pay,” ujar Ustadz YM kemarin.
Ustadz YM menghayati benar bisnis ini. Hafal istilah-istilah dan aturannya. Sebagai ustadz yang hafal Quran tentu mudah menghafalkan semua itu.
”Alhamdulillah. Saya sudah dapat tiga izin,” ujar ustadz YM. ”Izin dari Bank Indonesia, izin dari OJK dan izin dari Allah,” tambahnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews