Manusia adalah hamba yang lemah dan banyak dengan dosa-dosa, maka seringkali manusia mempunyai rasa malu dengan Tuhannya waktu memohon maaf supaya diampuni atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Semakin sering berbuat dosa, semakin malu waktu memohon ampunan atau maaf.
Jadi manusia sebagai hamba yang lemah wajarlah kalau mempunyai rasa malu kepada Tuhannya. Bukan dibalik, Tuhan malu kepada hambanya. Kalau begitu Tuhan mempunyai sifat “malu” dong.
Tetapi dalam urusan politik, demi kekusaan terkadang memaksa atau mendesak Tuhan untuk mengabulkan doa dan permintaannya.
Tokoh gaek Amien Rais berpesan 11 bulan ke depan akan ada pilpres, untuk itu supaya meluangkan waktu 3 menit untuk berdoa di waktu pagi, sore dan menghadap Kiblat, pakai bahasa masing-masing, Ya Allah Tuhan kami, moga kau beri pemimpin Indonesia yang lebih amanah.
Menurut Amien Rais kalau doa dipanjatkan puluhan juta umat dengan bersama-sama, Tuhan akan malu kalau tidak mengabulkan permintaannya.
Seakan-akan Tuhan akan malu atau punya perasaan tidak enak kalau ada jutaan umatnya berdoa secara bersama-sama dan memohon untuk mengganti seorang presiden yang dianggap zholim atau tidak amanah.
Ini mirip kejadian pilpres 2014, waktu itu Mokhtar Ali Ngabalin yang menjadi juru bicara pasangan Prabowo-Hatta mendesak Tuhan untuk memenangkan hasil Pilpres yang dianggap ada kecurangan.
Inilah kalau Tuhan dibawa-bawa dalam ranah politik, seandainya umat di dunia ini ingkar semua tidak mau menyembah Tuhan, tidak akan mengurangi kebesarannya. Begitu juga kalau Tuhan mau didemo oleh umatnya dengan doa-doa yang terkesan mendesak dan memaksa untuk mengabulkan suatu permintaaannya, Tuhan tidak bisa dipaksa atau didesak lewat doa-doa. Kalau Tuhan tidak mau mengabulkan doanya gimana?
Bahkan Amien Rais demi syahwat politik menantang duel Presiden Jokowi secara gentle.
“Jadi saya menantang Pak Jokowi, mari kita bertanding secara fair. Mari kita duel secara gentle. Artinya apa, kita nggak usah jihad dengan fisik, menimbulkan bloodshed, tumpah darah, itu nanti ada masanya, kalau semua mentok saya kira perlu. Tapi itu masih jauh, masih ada cara lain, yaitu kita turunkan dengan demokrasi dan konstitusi,” kata Amien.
Jadi menurut Amien untuk menurunkan presiden Jokowi dengan cara demokrasi dan konstitusi,tapi kalau cara itu tidak bisa mengalahkan atau menurunkan presiden Jokowi,maka akan dilakukan jihad fisik, yang artinya memakai cara kekerasan yang tidak mungkin akan menghalalkan segala cara dan timbulnya perang saudara.
Usianya sudah tua, tapi semangat untuk merebut kekuasaan patut diacungi jempol untuk Amien Rais ini.B iasanya usia seperti Amien Rais ini mengabiskan hari tuanya dengan jadi MC. Bukan master of ceremony, tapi momong cucu. Atau masa tua biasanya memperbanyak ibadah.
Mungkin Amien Rais mendapat malam “Lailatul Qodar” sampai menyuruh umat Islam berdoa supaya Presiden Jokowi tidak terpilih kembali.
Tuhan tidak bisa dipaksa-paksa atau didesak-desak untuk urusan politik hanya karena dilandasi sifat benci hambanya yang mabuk kekuasaan.
Jamane jaman edan, ora edan ora keduman, tapi nek melu edan ora bakal kuat, eling lan waspada, itulah yang akan membawa keselamatan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews