Kediktatoran adalah musuh segala zaman, tidak ada istilah "L'etat C'est Moi" dalam politik Islam.
Karena kebodohan adalah musuh setiap manusia dan semua generasi, bahkan apapun agamanya.
Umat Islam tidak kekurangan majelis taklim, mereka tidak kekurangan ustadz, tidak kekurangan muballigh, mereka juga tidak kekurangan partai politik.
Tapi mereka kekurangan narasi, mereka miskin himmah, mereka terjebak dalam misi sempit, mereka misorientasi, sehingga mereka belum berdaulat dalam politik.
Mereka tidak kekurangan ormas, mereka tidak kekurangan massa, mereka tidak kekurangan dana, tapi mereka gak punya peta jalan, mereka kekurangan ilmu dan jaringan, mereka minim perencanaan.
Dan yang paling buruk yang menimpa umat ini saat ini adalah, kesalahpahaman mereka tentang konsep takdir politik dan takdir sejarah.
Sehingga musuh mereka berkuasa atas mereka, kedholiman dan kebodohan dipertontonkan di depan mereka, dan musuh mereka berhasil menguasai mereka.
Tidak ada kebodohan yang abadi, sama seperti tidak ada kediktatoran yang akan langgeng, maka umat islam wajib bangun mempersiapkan bekal.
Kita wajib melawan kedikatoran, kebodohan, pelemahan dan bahkan pembunuhan pelan pelan terhadap ideologi Islam langsung ataupun tidak, siapapun pelakunya, termasuk yang berasal dari rumah kita sendiri.
Baik saja tidak cukup, soleh saja tidak mempan, ini bukan zamannya lagi dimana pola pikir konvensional -tradisonal-komunal laku di pasaran.
Ini bukan zaman nya lagi gaya politik eklektisisme utopian menjangkiti umat Islam, sejarah mencatat, satu Erdogan di Turki mampu membuat kaki musuh Islam bergoncang hebat dibandingkan 1.000 mejelis taklim yang tanpa arah yang jelas.
Kedaulatan politik umat Islam adalah fardhu ain, gak bisa ditawar tawar, bahkan harga mahal itu gak bisa ditukar dengan peluru bahkan dengan jiwa jiwa kita.
Kedaulatan politik hanya bisa diraih dengan adaptasi yang maksimal, ilmu yang cukup, cara kerja yang rapi, narasi yang kaya, juga oleh pengikut setia ideologi baru yang lebih relevan sesuai DNA zaman nya.
Kedaulatan Politik umat islam bisa dicapai dengan ideologi yang kuat, tokoh yang kharismatis juga teladan dalam pemikiran dan pengikut, ibarat ideologi musa mengalahkan oligarki raksasa firun.
Ideologi Musa dan loyalitas pengikutnya, mampu menumbangkan berhala besar dalam politik (Firun), berhala besar dalam ekonomi (qorun) dan berhala besar dalam agama kala itu (Haman).
[irp posts="2729" name="Jokowi Dikatakan Diktator, Mengapa Megawati Pasang Badan?"]
Kita akan terus melawan segala bentuk kebodohan, oligarki hitam, dan berhala berhala baru yang akan menghambat langkah langkah kedaulatan politik umat islam, karena masalah politik umat Islam yang bertambah saat ini adalah bukti kebodohan kita yang meningkat, kebodohan multidimensi.
Sejarah bisa terulang, kejayaan masa sahabat rasul, dilanjutkan dengan kejayaan narasi Umar bin Abdul Aziz, kejayaan Umar bin Khatthab ditularkan ke era kejayaan Harun Al Rasyid.
Kejayaan Al Fatih ditransfer ke masa kejayaan At Tsaqafi, success story nya dinasti Utsmani bisa diulang dalam teritori NKRI.
Syaratnya: Narasi, Tokoh, Loyalis, Ideologi baru, mindset baru, cara cara baru, dan peta jalan baru.
Semua bentuk eklektisisme Islam politik masa lalu sudah saatnya ganti baju dan haluan baru, ini adalah keniscayaan sejarah dan tugas berat untuk mempersiapkan diri guna menghadapi berhala berhala baru dalam belantara politik Indonesia dimasa yang akan datang.
***
Tengku Zulkifli Usman.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews