Teroris Tidak Beragama, Itu Cuma Omong Kosong!

Rabu, 23 Mei 2018 | 14:24 WIB
0
941
Teroris Tidak Beragama, Itu Cuma Omong Kosong!

Ada kata-kata bullshit yang beredar belakangan ini. "Terrorists are not relegious." teroris tidak beragama, katanya.

Tidak!? Coba lihat pelaku bom di Surabaya, periksa KTP dan Kartu keluarga mereka. Coba cek para pengacau di Mako brimob atau mereka yang yang ditangkap oleh Densus 88 karena merencanakan serangan. Apa agamanya? Islam!

Sebagai Muslim, kita boleh tersinggung dengan fakta ini. Tapi kita tidak dapat lari dari kenyataan bahwa semua yang sedang melakukan kekacauan dengan bom bunuh diri di negeri ini beragama Islam. Itu dulu yang penting kita jadikan pegangan.

Ok, selanjutnya kita telaah. Siapa yang mencoba membelokkan isu teroris ini dengan kepentingan politik? Atau malah menyalahkan polisi dan korban? Siapa yang bertepuk tangan gembira melihat mayat jemaat gereja bergelimpangan? Coba lihat akun media sosialnya, telusuri apa agamanya.

Kita akan dapatkan, mereka juga beragama Islam!

Apa latar belakang alasan mereka melakukan kebiadaban itu dan apa latar belakang alasan mereka yang membelanya? Sebagian besar justru beralasan karena agama. Statemen bahwa darah orang kafir halal, itu adalah pernyataan biadab yang berlatar belakang pemahaman agama. Mungkin bukan ajaran agama itu sendiri.

Selanjutnya, kita pertanyakan, kenapa ada orang Islam yang berlaku biadab ngebom sana-sini? Sementara sebagian besar muslim lain mengutuknya?

Ini yang harus kita jadikan titik tolak. Artinya ada segolongan umat Islam yang mengatasnamakan agama untuk melakukan kebiadaban. Dan ada banyak orang Islam yang mengutuk tindakan itu, juga karena mereka merasa sedang menjalankan kewajiban agamanya untuk berbuat baik dan mengutuk kebiadaban.

Kedua kelompok kaum muslim ini merasa sedang menjalankan kewajiban agamanya. Tetapi output dari keduanya saling bertolak belakang. Artinya, pasti ada yang salah pada salah satunya. Tidak mungkin keduanya sama-sama benar, padahal apa yang dilakukan saling berseberangan.

Pertanyaan selanjutnya, jika Anda muslim, Anda memilih untuk berdiri di mana?

Jika Anda ikhlas dan rela agama yang Anda anut dicap sebagai agama teror, penuh kekerasan, haus darah dan menganjurkan kebencian dan barbar. Silakan Anda berdiri di belakang gerombolan teroris. Bagi saya, Anda sedang mencoreng agama Anda sendiri.

Ustad dan pembicara agama yang menganjurkan pada kekerasan, adalah orang yang sedang mencoreng wajah agama ini. Para politisi berkedok agama yang memanfaatkan isu terorisme untuk mengambil keuntungan politis, adalah para perusak agama ini.

Jika Anda meyakini Islam adalah agama damai, agama yang menganjurkan menyebarkan kasih sayang ke seluruh alam, agama yang menegakkan keadilan, maka Anda harus bersikap melawan siapa saja yang ingin membengkokkan ajaran mulia ini menjadi seruan yang penuh kengerian dan darah. Atas nama agama, Anda wajib memerangi para perusak Islam.

Kenapa penyimpangan pemahaman agama ini makin marak? Karena ustad-ustad berpaham pekok dan penuh kebencian difasilitasi untuk berbicara di TV. Karena sekolah-sekolah dan pengajian dimasuki para penganjur kekerasan. Karena di lembaga legislatif ada partai yang sering menunggangi agama demi kepentingan politiknya.

Karena para laskar pekok digembalakan untuk menyuarakan kebencian, padahal hanya untuk kepentingan politik dan ekonomi para tokohnya saja. Para kurcaci berteriak anti pornografi, imamnya terlibat kasus chat mesum.

Para kurcaci diarahkan berjuang membela pemimpin muslim, pemimpinnya sedang asyik membagi-bagi dana APBD.

Para kurcaci diarahkan membela partai, Presiden dan tokoh partainya terlibat korupsi bersama para istri simpanan.

Para kurcaci diminta sumbangan untuk kaum muslim di Allepo, padahal dananya diserahkan kepada para pemberontak dan kaum teroris di Suriah.

Sekarang waktunya bergandengan tangan dengan siapa saja yang mencintai hidup damai, untuk melawan biang kerok kekacauan ini.

Kita berhadapan dengan para ustad penganjur kekerasan dan kebencian, stasiun TV yang menayangkan penyeru kekacauan, para politisi ngehe yang menjajakan nama Islam untuk kursi kekuasaan, para pemandu sorak teroris di media sosial, adalah pihak yang harus dihadapi setiap hari. Agar bangsa ini tidak berkembang seperti Suriah atau Libya.

Apakah teroris tidak beragama? Tidak, mereka beragama dan agamanya adalah Islam. Apakah mereka yakini agama Islam secara benar? Itu masalahnya.

Oleh sebab itu, jika umat Islam tidak mau agamanya disebut agama teroris, maka kaum muslimlah yang paling berkepentingan membersihkah tubuhnya dari kanker ganas yang membahayakan ini.

***