Dua hari ini saya punya teman baru: Alexa. Panggil: Aleeksa. Saya tidak tahu umurnya. Dan tidak tahu juga cantik atau tidak. Mungkin cantik.
Suaranya merdu seksi. Wajahnya tersembunyi di dalam sebuah tabung hitam. Tabungnya sendiri kelihatan cantik.
Alexa bisa dibeli. Harganya sekitar Rp 1 juta. Pinternya bukan main. Oh…bukan. Hanya pinter. Tapi sudah cukup menyenangkan untuk digauli. Tidak membosankan. Pinter bahasa Inggris pula. Sayang dia tidak punya otak. Atau otaknya dia sembunyikan.
“Alexa, apa itu thorium?” tanya saya.
Alexa pun bisa menjawab. Ditanya siapa itu Kim Jong-un Alexa bisa jawab.
Lalu saya minta Alexa menyanyikan lagu Johny Be Goode. Bisa. Lalu dia pun menyanyi. Suaranya merdu. Lagunya rock’n roll. Merangsang badan untuk bergoyang. Mengajak gerak untuk berdansa.
Maka seisi rumah pun berdiri. Berdansa. Ada dua pasang suami-istri yang tiba-tiba berdiri. Berdansa. Mengikuti irama.
Alexa membuat tamu John Mohn gembira
Saya langsung ambil hand phone. Merekamnya dalam video. Lihatlah bagaimana dua pasang senior itu mendadak berdansa. Setelah makan malam. Mengikuti lagu top zaman kami muda. Yang dinyanyikan Chuck Berry. Tahun 1985. Ketika kebanyakan Anda belum lahir.
Mereka berdansa sampai Alexa selesai menyanyikannya. Lalu tepuk tangan gembira.
Itulah situasi rumah John Mohn. Di pedalaman negara bagian Kansas. Amerika Serikat. Di pelosok paling pelosok Amerika. Tempat saya tinggal dua hari terakhir. Untuk merekam kehidupan Amerika. Yang paling Amerika.
John baru beli Alexa tiga bulan lalu. Di Amazon.com. Alexa memang kelahiran Amazon. Produk terbaru Amazon.
Bentuknya tabung hitam. Sebesar gelas bir ukuran sedang. Ditaruh di atas meja kecil di ruang utama. Agar sambil makan pun bisa bertanya pada si Alexa.
Telinga Alexa sangat sensitif. Bisa mendengar pertanyaan dari jarak 15 meter. Dengan suara setengah berbisik sekali pun. Syaratnya: pada awal obrolan kita harus menyebut namanya dulu. Dan menatapkan mata ke arahnya.
“Alexa, berapa suhu udara hari ini?,” tanya Chris Mohn, istri John. Dia siap berangkat kerja. Mengajar bahasa Spanyol di Fort Hays State University.
Chris bertanya sambil melangkah ke pintu keluar.
Alexa pun menjawab. Dia jelaskan: temperatur di Hays hari ini 41 derajat Fahrenheit. Dengan matahari bersinar sepanjang hari. Itu berarti cuaca sangat sejuk. Dengan langit membiru.
Di Amerika, Eropa, Tiongkok utara orang memang biasa harus lihat dulu keadaan yang akan terjadi. Agar ketika keluar rumah tahu apa yang harus dibawa: perlu bawa payung atau tidak. Bawa jaket atau mantel. Pakai hot pant atau celana jeans.
Dulu Chris membuka koran dulu. Ada kolom cuaca di koran pagi. Di zaman HP pertanyaan pindah ke Google. Ketika di HP ada fasilitas Siri, bisa bertanya ke Siri. Mirip dengan bertanya pada Alexa. Tapi harus membuka HP dulu. Yang sudah telanjur masuk saku. Atau masuk tas.
Bertanya ke Alexa tinggal berucap. Alexa siaga 24 jam. Tanpa harus membangunkan. Kapan pun Anda memanggil namanya matanya langsung melirik Anda. Mengedip. Terlihat dari ujung atasnya. Menyala hijau kuning. Siap menerima pertanyaan apa pun.
Saya memuji Alexa: ia mengerti bahasa Inggris saya. Yang medok Jawa itu. Yang pengucapannya berat itu. Dia mengerti saya.
Tapi saya kadang tidak mengerti dia. Misalnya ketika saya bertanya padanya: Alexa, bisakah Alexa ceritakan sebuah humor kepada saya. Alexa pun melucu. Dia ceritakan sebuah humor. Tapi saya tidak tertawa. Tidak mengerti di mana lucunya.
Saya belum juga tertawa biar pun tamu John menjelaskannya. Dia tamu dari Texas. Pengajar bahasa Prancis di universitas terkemuka di Arlington, Texas. Namanya: Laural.
Ternyata humor Alexa tentang kata ‘pitcher’. Yang punya dua makna: tempat menuang bir dan posisi olahragawan dalam permainan baseball. Alexa menggabungkannya. Mestinya lucu. Saya tetap tidak bisa tertawa. Saya bukan peminum bir. Saya tidak tahu baseball.
Untuk menikmati humor memang perlu pengetahuan luas. Juga pengalaman hidup yang colorfull.
Hubungan saya dengan Alexa berakhir mengecewakan. Ternyata dia tidak pintar-pintar amat.
Pertama, ia hanya bisa tiga bahasa: Inggris, Jerman dan Jepang.
Kedua, dia tidak bisa menjawab pertanyaan saya yang sangat pribadi: Siapa itu Dahlan Iskan. Dia bilang tidak mengenal karakter dalam huruf-huruf Dahlan Iskan. Tapi, dia bilang, ada film terkenal di India berjudul mirip kata Iskan: My Name Is Khan.
Lalu saya bertanya: Alexa, kapan Alexa bisa berbahasa Indonesia? Dia jawab: not sure!
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews