Rupanya Tahun ini KPU selain memverifikasi partai yang dibentuk oleh para politisi juga diam-diam memfasilitasi para setan untuk membentuk partai. Entah anggotanya mungkin gondoruwo, Wewe gombel, Brekakak, Kuntil anak, pocong, demit dan makhluk dari dunia lain yang dipersepsikan sebagai setan hantu blau.
Para tokoh intelektual bahkan profesor bidang politik saja mengamini munculnya partai setan. Selain partai yang dibentuk karena kehendak Allah. Padahal dunia politik itu bidang sekular, tidak ada hubungannya dengan keyakinan agama tapi di Indonesia partai berbasis agama seakan- akan mewakili suara Tuhan dan partai yang tidak berafiliasi agama disebut partai setan.
Bagaimanapun menghubung-hubungkan politik dan agama membuat otak semakin tidak waras. Yang terjadi akhirnya pikiran konyol yang membuat masyarakat terkotak-kotak dan dikotomi partai Allah dan partai setan. Setahu saya jika sudah masuk dalam wilayah politik peran agama boleh dikatakan kecil. Alasannya adalah jika peran agama besar pasti tidak ada konspirasi untuk saling menjatuhkan, saling menjegal dan memelihara korupsi.
Jika nafsu korupsi besar tentu tidak sejalan dengan agama yang mengajarkan kejujuran, ketulusan dan bekerja penuh pengabdian.
Menurut pemahaman penulis partai politik itu meskipun dibentuk berdasarkan agama dalam prakteknya tetap mendekat kepada nafsu setan untuk bisa memenangkan kontestasi. Dalam politik intrik-intrik, pemufakatan jahat, taktik aneh dihalalkan. Setan paling tidak mempunyai andil dalam memuluskan jalan menuju puncak kekuasaan. Jadi jika ada yang mengklaim partainya partai Allah dan yang lain partai setan jangan-jangan ia tengah berbicara mewakili setan.
Tapi sudahlah bicara tentang politik seperti berbicara tentang orang-orang yang tengah berhalusinasi. Kalau saya masuk dalam lingkaran politik maka lebih gila lagi sebab setan-setan yang ada di perut, di mulut, di mata di telinga segera mengerubung untuk membisiki beberapa rencana ke depan jika terpilih sebagai waki rakyat (setan).
Setan dalam perut saya akan membisiki agar saya mendatangi perhelatan pesta orang-orang kaya, yang seperti tidak ada habisnya berpesta pora. Saya khan sosialita baru. Wakil rakyat yang difasilitasi berbagai kemudahan. Akan tidak mudah saya rutin berdoa karena di perut saya selalu keroncongan melihat makanan – makanan enak tanpa harus membayar, cukup datang kesebuah acara besar, di sana mengaku saja sebagai anggota DPR komisi bla-bla, bla.
Kalau mau cepat terkenal, jualan kecap di televisi, sebut saja beberapa kekurangan pemerintah, kritik saja sepak terjang pejabat yang berkuasa lebih lebih kepala negaranya.
Toh sebagai wakil rakyat sudah dilindungi undang – undang. Jika kedudukan sudah amat tinggi tidak mudah untuk melengserkan Yang dipertuan agung , Yang Terhormat. Boleh Nyinyir da nasal beda toh itu merupakan funsi control anggota DPR untuk mengritik penguasa. Sah.
Setan akan membisiki sesuatu dan bisa menekan lawan politik untuk berkompromi, bermufakat agar tidak saling merugikan. Lalu siapakah Partai Alalh jika setiap tindakan-tindakan politiknya saja selalu berbeda haluan dengan ajaran agama tentang cinta kasih, saling menghargai dan jujur.
Lihat sekarang, betapa banyak politilisi atau komentator yang tidak jujur. Ada kebenaran yang sengaja disembunyikan, ada fakta yang mestinya diapresiasi tetapi sengaja disimpan. Dan ketika musuh politiknya melakukan kesalahan betapa agresifnya mereka mengeksposnya di media masa.
Menurut penulis jangan jumawalah menyebut partai lain partai setan meskipun hanya dalam bentuk kotbah. Menebarkan kebaikan itu kewajiban tiap agama tapi menyebarkan cerita-cerita yang disusupi oleh kepentingan politik itu sudah masuk dalam ranah bisikan setan. Siapapun orangnya bila sudah mencampuradukkan pemahaman keimanan dengan kepentingan politik praktis ujung-ujungnya dia sudah tidak murni lagi dalam memahami agama sebagai pengendali manusia dalam berperilaku.
Siapapun akan disebut partai setan jika dalam perjalanannya mereka lebih banyak menebarkan kebohongan, menggunakan cara-cara tidak jujur dalam mencapai tujuan serta terlalu sombong menganggap orang lain lebih rendah, lemah dibanding dengan dirinya. Kesombongan itu bukan ajaran agama, arogansi itu adalah perwujudan setan yang menelusup dalam diri manusia.
Saya hanya berdoa agar perhelatan politik di tahun ini berjalan lancar. Sebagai penulis hanya bisa menyumbang tulisan untuk ikut andil mendinginkan suasana bukan menambah beban masalah.
Jika saya ikut-ikutan memanas-manasi suasana dengan membuat tulisan “Hot” media Indonesia bukannya semakin damai tetapi bertambah kicauan yang memerahkan telinga. Biarlah setan menjadi ujian manusia untuk semakin memperkuat keimanannya, jangan libatkan setan untuk berpolitik praktis. Salam damai.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews